Apa nan Dicantumkan Dalam Riwayat Hayati Penulis

Apa nan Dicantumkan Dalam Riwayat Hayati Penulis

Ketika hendak membeli atau membaca sebuah buku, calon pembeli atau calon pembaca selalu memperhitungkan beberapa hal. Misalnya, kesesuaian buku dengan kebutuhannya, kedalaman atau keluasan materi nan dibahas, gaya penyampaiannya, dan siapa penulisnya. Beberapa penerbit bahkan mencantumkan riwayat hayati penulis secara singkat di sampul belakang (backcover) buku.



Riwayat Hayati Penulis

Pencantuman riwayat hayati sebagai seorang penulis di sampul belakang ini bertujuan buat memberi klarifikasi singkat kepada calon pembeli atau pembaca buku mengenai penulis. Dapat dipercaya penulis nan dicantumkan dalam riwayat hayati itu diharapkan bisa menarik minat calon pembeli buku.

Tak banyak penerbit nan mencantumkan riwayat hayati sebagai seorang penulis di sampul belakang buku. Sampul belakang lebih banyak diisi oleh sinopsis buku dan endorsment ( testimoni) tokoh-tokoh publik mengenai buku tersebut.

Namun bukan berarti riwayat hayati sebagai seorang penulis tersebut tak tercantum. Riwayat hayati sebagai seorang penulis biasanya diletakkan di halaman terakhir buku. Ruang nan lebih luas daripada sampul buku menjadikan riwayat hayati sebagai seorang penulis nan tercantum di dalam buku menjadi lebih lengkap. Pembaca akan lebih mendapatkan citra nan menyeluruh tentang si penulis buku tersebut.

Dalam sebuah buku, riwayat hayati sebagai seorang penulis ini sering diberi tajuk nan berbeda-beda, tergantung pada penerbit dan penulis buku itu sendiri. Ada nan mencantumkan tajuk Biodata Penulis, Biografi, Tentang Penulis, About Me, dan sebagainya. Beberapa penerbit mensyaratkan penulis buku buat mencantumkan foto diri mereka, namun ada pula nan tidak.

Selain digunakan di dalam sebuah sampul buku, riwayat hayati sebagai seorang penulis ini akan sangat berguna buat hal nan lainnya. Karena memang di dalam informasi in akan menunjukan bagaimana kehidupan si penulis ini.

Misalnya penulis tersebut sedang mengajukan ke sebuah penerbit buat menerbitkan bukunya. Maka pihak penerbit akan melihat bagaimana pengalaman menulis nan sudah dimiliki oleh si penulis tersebut dan hal ini akan bisa dengan mudah dilihat di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis ini.



Apa nan Dicantumkan Dalam Riwayat Hayati Penulis

Panjang pendeknya suatu riwayat hayati nan dimuat di buku umumnya tergantung pada penulis buku itu sendiri dan pada kebijakan penerbit. Ada penerbit nan memberikan ruang cukup buat menuliskan riwayat hidup, ada nan membatasi beberapa baris saja.

Hanya saja, sangat diharapkan bahwa infaormasi nan diberikan di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis ini akan lengkap dan detail. Atau paling tak bisa mewakili informais nan ingin buat diketahui oleh pembaca dari buku nan ada.

Akan terdapat banyak informasi nan bisa buat dituliskan atau dicantumkan di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis ini. semuanya juga tergantung dari bahan pertimbangan dari si penulis sendiri buat memberikan data nan sahih dan detail mengenai dirinya. Jika memang ia menginginkan buat tak memberitahu beberapa hal mengenai dirinya maka hal ini kemudian tidak akan pernah ditemukan di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis nan ia buat.

Informasi nan tercantum di dalam lembaran riwayat hayati sebagai seorang penulis ini mencakup:

1. Nama penulis. Nama memang menjadi sebuah hal nan sangat krusial buat diketahui oleh pembaca dari buku nan ada. Sebagai seorang penulis, terkadang ada beberapa penulis nan lebih suka buat menggunakan nama pena yaitu semacam nama samaran di samping dari nama orisinil dari dirinya sendiri.

Namun di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis, pastilah akan dicantumkan nama orisinil dari si penulis. Kalaupun ada nama pena, biasanya nama inilah nan akan lebih populer dan dikenang oleh orang dibandingkan dengan nama orisinil dari penulis tersebut.

2. Tanggal lahir. Informasi mengenai tanggal lahir ini tak harus dicantumkan. Banyak penulis nan tidak mau menyebutkan tanggal lahirnya. Jika menyebutkan pun, banyak nan tidak mencantumkan tahun lahir.

Hal ini memang sebab ada sebagian orang nan menginginkan buat diketahui umurnya berapa. Karena terkadang ketika diketahui umur seseorang ternyata lebih tua dari nan dikira maka bisa buat menurunkan rasa percaya diri nan ada. Walaupun memang hal ini tidak dirasakan oleh semua orang.

Dengan memberikan data mengenai tanggal lahir dengan jelas dan niscaya maka akan dilihat berapa umur dari penulis tersebut. Lalu dengan bekal data ini maka akan bisa ditentukan arah penghargaan nan ada, kalaulah memang masih muda maka pantaslah buat dihargai namun kalau sudah lebih tua maka pantas pula buat mendapatkan penghormatan.

3. Pendidikan. Informasi pendidikan ini pun tidak harus dicantumkan, kecuali buat buku ilmiah. Untuk buku-buku ilmiah, pencantuman latar belakang pendidikan justru bisa mengangkat dapat dipercaya si penulis buku. Umumnya nan dicantumkan ialah pendidikan terakhir. Jadi tidak perlu mencantumkan riwayat pendidikan lengkap mulai dari TK atau SD. Kecuali jika si penulis buku tersebut memang masih duduk di bangku SD.

Namun hal ini juga masih bersifat optional, ada beberapa penulis nan menuliskan data mengenai pendidikan mereka, terutama ialah pendidikan akhir nan sudah mereka tempuh. Biasanya, pendidikan nan sudah ditempuh oleh seorang penulis ini akan sangat memberikan pengaruh pada gaya dan hasil dari tulisannya.

Misalnya ia ialah seorang nan telah menempuh pendidikan di bidang kedokteran, ketika ia ialah seorang penulis novel maka isis dari novelnya niscaya juga akan kebanyakan berisikan mengenai global kedokteran. Baik hal ini dirasakan secara langsung atau hanya sekilas saja.

4. Pekerjaan. Untuk buku-buku fiksi, informasi mengenai pekerjaan ini pun tidak selalu dicantumkan. Sebaliknya, buat buku-buku ilmiah lebih baik mencantumkan informasi mengenai pekerjaan, lebih-lebih jika berhubungan dengan buku nan ditulis.

Biasanya nan ditulis di data mengenai pekerjaan ini memang jika seorang penulis telah menempuh sebuah pekerjaan formal selama ia menulis atau bahkan sebelum menjadi seorang penulis.

Hal ini juga akan sangat memberikan pengaruh pada bagaimana gaya tulisan nan dibuat. Karena seakan pekerjaan nan telah ditempuh ialah sebuah hal nan akan memberikan pengaruh pada segala hal yanga ada di dalam hayati seseorang termasuk hasil tulisan nan dibuat.

5. Prestasi. Tak semua prestasi nan pernah diraih oleh penulis perlu dicantumkan di dalam riwayat hayati sebagai seorang penulis. Cantumkan saja informasi nan berhubungan dengan bidang penulisan atau bidang nan berkaitan dengan isi buku. Prestasi nan relevan ini akan mengangkat gambaran penulis di mata pembaca bukunya.

Hal ini memang buat memberikan penghargaan nan lebih kepada si penulis. Dengan mencantumkan berbegai prestasi nan sudah pernah dicapai oleh penulis tersebut maka akan semakin memberikan nilai tambah dalam diri si penulis tersebut. Bahwa nantinya, pembaca akan tahu bahwa penulis misalnya mempunyai talenta di suatu bidang tertentu.

6. Karya tulis nan pernah dihasilkan. Tercakup di sini ialah karya tulis dalam bentuk buku maupun tulisan lepas (artikel, cerpen, opini) nan di muat di media massa. Cantumkan judul buku-buku nan pernah diterbitkan, dilengkapi dengan nama penerbit dan tahun terbit. Jika buku nan diterbitkan sudah sangat banyak, pilih saja judul-judul buku nan terbaru atau terbaik.

Demikian pula dengan tulisan lepas. Penulis nan baru menerbitkan 1-2 buku biasanya mencantumkan judul-judul tulisannya nan pernah dimuat di media massa. Hal ini sah-sah saja sebab akan membentuk gambaran baik tentang sang penulis tersebut.

Inilah hal paling inti dan krusial dalam sebuah penulisan riwayat hayati sebagai seorang penulis. Karena dalam informasi akan hal ini akan bisa buat diketahui bagaimana pengalaman menulis nan sudah dicapai oleh penulis tersebut.

Dan hal inilah nan akan menunjukan eksistensi dirinya sebagai sosok penulis. Jika seorang penulis sudah mampu buat menciptakan buku dengan jumlah nan banyak maka ia sudah bisa terkategorikan sebagai seorang penulis nan produktif. Dan hal ini juga akan menjadi sebuah penghargaan tersendiri bagi dirinya.

Dalam buku, riwayat hayati sebagai seorang penulis ini dituliskan secara deskriptif, dipaparkan sebagai sebuah narasi. Riwayat hayati nan ditulis seperti mengisi formulir lamaran kerja dinilai tak menarik dan kaku.

Karena dalam riwayat hayati penulis ini seakan memberikan taaruf dari sang penulis kepada setiap pembaca bukunya. Agar nantinya, pembaca mengetahui siapa dan bagaimana sosok di balik buku nan mereka baca.