Efek Pengangguran

Efek Pengangguran

Dahulu hanya orang-orang dengan kondisi ekonomi eksklusif saja nan dapat mengecap pendidikan bangku kuliah. Namun saat ini siapa saja dapat kuliah. Sebuah kenyataan nan cukup positif, hanya sayangnya tak diimbangi dengan komitmen pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan. Pengangguran pun tersebar dimana-mana, dan nan sangat dikhawatirkan dari kondisi ini ialah akibat pengangguran di Indonesia itu sendiri.



Gotong Royong Entah Kemana?

Adalah galat menganggap bahwa masalah pengangguran ialah masalah negara, masalah pengangguran ialah masalah masing masing, toh orang bersaing buat mendapatkan kelayakan, dibanding orang lain. Masing masing dong , kita professional saja. Benarkah? Alih alih hendak membaca sebenarnya apa nan dibutuhkan oleh negara ini agar maju, pandangan Anda nan menganggap pengangguran sebagai seuatu plaque, sebagai suatu urusan pribadi, amat sangat keliru. Amat sangat salah, dan menyalahi kaidah sosial kultural manapun. Kita pernah mendengar wilayah individualistis melahirkan manusia individualistis, tapi menganggap semu pengangguran, atau merasa biasa saja melihat orang menganggur merupakan jenis patologi sosial. Anda bukan bagian dari solusi, sebaliknya Anda ialah masalah. Masalah primer bangsa ini sebenarnya mempersiapkan orang orang buat saling berjenjang berani menjadi bos, menjadi entrepreneur, setelah sebelumnya dia menjadi opas kecil-kecilan. Akibat pengangguran di Indonesia, tak akan pernah dapat di atasi, bila masih ada mindset elu gue, kamu ya kamu, aku ya saya.

Apa nan Anda lihat sebagai semakin banyak pengangguran di Indonesia, ialah 10 besar masalah nan mengintai Anda 24 jam, yakni :

  1. Semakin banyak orang nan tak sadar bahwa dirinya calon bos,
  2. Semakin banyak orang di Indonesia, tak menggunakan kemampuan komunikasi dasar, bersosialisasi kepada sesama manusia.
  3. Semakin banyak orang nan disesatkan pilihan pada saat selesai sekolah ialah membatasi diri hanya mengenal satu pintu peluang, yakni personalia.
  4. Semakin banyak orang nan kurang memotivasi diri menjadi spectator dari setiap peluang nan bertebaran.
  5. Semakin jelek suasana pelayanan perekonomian, dalam pengertian umpan kapital bagi usaha kecil dan menengah.
  6. Semakin korup suatu bangsa, dalam pengertian data ekonomi terpaku kepada peningkatan PDB nan dibaca dari suksesnya beberapa perusahaan konglomerasi.
  7. Masyarakat semakin konsumtif pada produk luar negeri.
  8. Semakin memburuk kualitas lahan, dan produk bahan baku, pula ketersediaannya.
  9. Adanya tikus tikus koruptor nan diam diam tanpa cukai menyeludupkan barang dagangan dari luar ke Indonesia.
  10. Gagalnya secara generik pendidikan formal di Indonesia menciptakan lulusan berkarakter.

Dari 10 besar masalah nan berkaitan dengan akibat pengangguran di Indonesia di atas, berapa poin nan berkaitan langsung dengan hayati Anda? Entah itu di derita oleh sosok nan dekat dengan Anda sendiri? Maka dari itulah, sekali lagi diulangi, ialah bentuk patologi sosial, bila ada orang nan menganggap akibat pengangguran di Indonesia, tidak, atau bukan, berkaitan dengan dirinya.



Mental PNS

Sistem pendidikan di Indonesia telah menempa mental-mental para alumninya buat berpikiran keras bagaimana mendapatkan lapangan pekerjaan. Bukan membuat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Sebagai bukti konkrit bisa kita lihat tingginya angka pendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tiap tahunnya, dan tentu saja hal ini masuk ke dalam poin poin akibat pengangguran di Indonesia.

Sangat jauh bila dibanding dengan keinginan nan tertanam di hati para sarjana di tanah air buat bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri melalui wirausaha. Pola pemikiran para sarjana rata-rata hanyalah pemikiran instan, bekerja disebuah instansi milik pemerintah dirasa nyaman, karena akan terjamin masa depannya melalui sejumlah gaji nan niscaya akan diterima tiap bulan. Menjauhi resiko berwirausaha, nan dapat saja gagal dapat saja untung. Wirausaha dipandang sebagai upaya spekulasi buat meraih kesuksesan hidup.

Bandingkan dengan Singapura sebagai negara maju. Di negara ini, rakyatnya memiliki minat nan lebih besar buat jadi pengusaha ketimbang pegawai negeri. Satu saja upaya pemerintah Indonesia nan dibutuhkan saat ini buat menanggulangi akibat pengangguran di Indonesia yakni menekankan optimalisasi aplikasi kurikulum pembelajaran kewirausahaan di forum pendidikan formal. Hal ini agar tertanam keinginan berwirausaha bagi kalangan generasi muda tanah air.



Efek Pengangguran

Ada beberapa hal nan terjadi sebagai dampak dari akibat pengangguran di Indonesia. Akibat tersebut tidak hanya berpengaruh pada orang bersangkutan, namun juga memberikan pengaruh sistemik nan bersifat negatif.

Dampak individu :Pernahkah Anda mengalami menjadi seorang pengangguran? Bagi Anda lulusan jurusan nan sporadis dicari tentu saja akan mengalami masa-masa sulit menjadi pengangguran setelah tamat dari bangku pendidikan formal.

Menjadi pengangguran ialah tekanan mental nan tidak terdeskripsikan. Banyak orang hampir putus harapan dan stres dengan status sebagai pengangguran. Terlebih saat ia dituntut menghidupi keluarga, anak dan istri.

Bagi nan masih lajang pun akan merasa tertekan, baik di lingkungan keluarga, teman-teman dan masyarakat sekitar. Bertemu dengan rekan-rekan lama nan telah berhasil ialah hal nan sangat menyebalkan. Terlebih saat Anda ditanya, 'Sudah bekerja dimana sekarang?'

Banyak juga orang nan tidak sanggup menghadapi kondisi ini. Terlebih jika dari pihak keluarga ikut-ikutan memberi tekanan. Siapa orangnya nan mau jadi pengangguran? Kondisilah nan membuat seorang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Dampak sosial :Dampak pengangguran di Indonesia memicu berbagai macam jenis kejahatan sosial nan terjadi di masyarakat. Berbagai bentuk kejahatan sosial tersebut diantaranya; perampokan, pencopetan, korupsi dan berbagai tindakan kemaksiatan. Bayangkan jika seorang pemuda nan sudah begitu ingin menikah namun tidak kunjung menemukan lapangan pekerjaan, maka nan mungkin akan ia lakukan ialah berbagai tindak asusila. Juga seorang kepala keluarga pengangguran nan harus menghidupi anak dan istri, maka pekerjaan seperti copet atau rampok menjadi pilihan pekerjaan nan dengan mudah dapat dilakukan. Demikian juga korupsi, sebagian orang dapat jadi melakukan korupsi dampak merasa ketidakcukupan penghasilannya dalam menafkahi keluarga. Di samping bagi sebagian orang telah menjadi budaya tradisi.



Mengucap Salam ialah Solusi

Apa lantas langkah dan solusi buat mengurangi atau setidaknya menjadi painkiller terhadap akibat pengangguran di Indonesia, bila di ibaratkan, pengangguran itu sebagai luka nan menganga. Tapi hayati harus jalan terus, walau memang terdapat luka, tapi kepayahan, dan barangkali kelak sekarat, lalu mati. Indonesia, bahkan bangsa ini berada dalam bahaya bala katastrop, nan dapat menelan jiwa sebab konflik sosial besar besaran kelak.

Salah satu solusi nan paling jitu, saat ini, menjadi painkiller, ialah menebarkan akhlak di tengah masyarakat. Akhlak nan sangat spesial, nan dinamakan menebarkan salam. Jangan pernah lupa mengucap salam. Orang Jepang memilikinya, pada saat siapapun mereka liwat selintasan di depan suatu meja resepsionis, orang sontak mengucap salam, Selamat datang, mohon bantuannya, mudah mudahan kita dapat berkerjasama, semangat! Sekilas remeh, bung! Tuan dan nyonya. Mendoakan orang di jalan itu bukan perkara remeh, apalagi dengan suara keras dan lantang. Semoga selamat! Mudah-mudahan bisa! Anda niscaya sukses! Bersemangatlah. Jangan sedih! Coba lagi! Kepada orang asing di jalan, tanpa kita kenal, tanpa kita tahu masalahnya, dan berkesan 'untuk apa?' tentu saja buat mengisi ruhani sesamanya setiap saat.

Alih alih memarahi, Anda harus memberikan energi positif, pada sesama. Jangan lupa mengucap salam, dan biasakan salam menjadi solusi. Termasuk solusi primer dari dampak pengangguran di Indonesia. Kenapa? Karena kepentingan menjaga moral calon bos Anda. Walaupun dia saat ini di mata Anda pengangguran nan menggembel. Menjaga moral orang nan kelak akan menjadi bos dari puteri Anda, putera Anda, walau saat ini dia ialah siswa sekolah nan nakal dan brengsek. Menjaga semangay orang nan kelak dapat menyediakan nasi di rumah Anda, walau saat ini dia pembantu rumah tangga miskin. Memberikan daya juang pada dokter nan menyelamatkan nyawa Anda walau saat ini dia ialah mahasiswa miskin, intinya orang di jalan nan anonim Anda tak kenal siapa, tapi Anda selalu menyemangati. "Jangan patah semangat, coba lagi!" setiap kebaikan nan ditebar, akan kembali kepada penanamnya. Sesederha itulah.