Teknik Penulisan Feature

Teknik Penulisan Feature

Feature atau karangan khas ialah salah satu jenis karya jurnalitik. Berbeda dengan straight news atau warta lempang nan terikat dengan formula 5W + 1H ( Who, What, Where, When, Why + How ) dan ditulis seobjektif mungkin, teknik penulisan feature membebaskan penulis buat memilih sudut pandang pendalamannya dan bersikap subjektif.



Apa Itu Penulisan Feature?

Daniel R. Williamson dalam bukunya “ Feature Writing for Newspaper” menyebutkan bahwa feature adalah sebuah kisah kreatif, terkadang subjektif nan dibuat buat menghibur dan menginformasikan pada pembaca tentang suatu peristiwa, situasi atau aspek kehidupan.

Menurut Septiawan Santana, teknik dan penulisan feature merupakan sesuatu nan tidak terduga dan tak selurus penulisan warta reguler. Apa nan dihadapi oleh penulisnya ialah kelinglungan mencari news value dari suatu peristiwa buat diangkat kedalam feature .

Williamson menyebutkan unsur-unsur nan dimiliki feature ialah kreativitas, subyektivitas, informatif, menghibur dan tak dibatasi waktu. Tulisan feature juga harus bersifat orisinal dan deskriptif.

Jadi, dapat saja didalam sebuah tulisan feature terdapat banyak informasi. Namun, bedanya tulisan itu harus disampaikan dengan gaya nan menarik atau sebaliknya gaya penulisannya nan menarik dengan informasi nan tidaklah terlalu banyak.

Edward J. Friedlander dan John Lee mengungkapkan dua hal nan menyebabkan sifat orisinal feature. Pertama, orisinalnya nan terbentuk sebab penyajiannya nan tak terbatas dan nan kedua ialah sebab muatan isinya nan mengandung nilai-nilai human interest sebagai nilai warta nan akan dijual kepada masyarakat.

Penulisan feature juga cenderung deskriptif sebab berbeda dengan warta reguler nan kekuatannya terletak pada obyektivitas, kisah-kisah feature justru diberatkan buat bagaimana membangkitkan membangkitkan khayalan pembaca terhadap apa nan diangkat dalam tema penulisannya.

Feature koran atau majalah ialah salah satu jenis tulisan feature yang memiliki dua ciri, yaitu mengikuti headline news nan muncul di halaman-halaman primer koran dan peristiwa-peristiwa primer nan termuat di koran tersebut dan penulis nan ditekan deadline .

Tipe ini disebut juga dengan istilah sidebar, yaitu tulisan nan mendukung atau dibalik warta utama. Kedua ialah tipe feature nan dibuat dengan karakteristik timeless artinya penulisannya tak mengikuti cepatnya koran harus memberitakan peristiwa. Wartawan dapat lebih santai dalam menulis karyanya dengan konsekuensi karyanya itu mendetail dan lebih bergaya feature dalam penyampaiannya.

Kegiatan jurnalisme sebagai seni tulis menulis juga mengembangkan karyanya mengenai gaya sastra lewat penulisan feature . Dalam skup ini, sastra digunakan buat mengembangkan tulisan nan berbentuk news maupun views.

Dalam news , sastra dipakai sebagai wahana faktual bagi pengembangan sisi human interest dan views dipakai sebagai saran buat memikat pembaca dengan gaya penulisan nan enteng, cair dan sederhana. Intinya, gaya sastra menjadikan feature sebuah kekuatan baru bagi media massa buat mensiasati media lain nan lebih cepat penyampaian informasinya.

Dalam sejarahnya, Feature mulanya hanya menjadi sebuah bentuk tulisan nan mengungkapkan sudut pandang lain dari fakta warta nan tak mungkin buat dibahas mendalam didalam straight news . Lalu pada perkembangannya, Feature menjadikan rahasia humanisme dalam suatu peristiwa buat menggugah dan menyadarkan pembaca.

Septiawan Santana mengimpikasikan pemakaian garis pemikiran pelaporan jurnalisme sastra membuat laporan feature punya daya tembus lain. Hal Ini sebab feature dibuat berdasarkan pemikiran buat memudahkan pembaca dalam mengenal dan mengidentifikasi sebuah persoalan atau peristiwa.



Terampil Menulis Feature
  1. Syarat-syarat nan harus dimiliki oleh penulis feature, antara lain:
  2. Kemampuan menangkap ketertarikan pembaca.
  3. Gemar dan setia menulis tentang kisah manusia.
  4. Memiliki kemampuan mengaduk, merangsang, mengasyikkan dan menghibur emosi pembacanya.

Lalu, ketajaman inderawi berbentuk ’rasa ingin tahu’ juga absolut dimiliki seorang jurnalis. Kekuatan mengamati, Norma tak menerima begitu saja apa nan dilihatnya dan keinginan buat menggali pertanyaan nan tak memiliki jawaban di baik peristiwa ialah dasar nan baik pula.

Dalam sebuah peristiwa, banyak sekali nilai human interest nan dapat diangkat menjadi sebuah tema penulisan feature nan baik. Septiawan menjabarkan nilai ini ke dalam kategori sesuatu nan aneh, luar biasa dan tak wajar; misteri, bala alam atau petaka, romantisme dan seks, petualangan dan kepahlawanan, kompetisi, anak kecil, remaja, orang tua, fauna, hobi dan rekreasi, bisnis, aktivitas rumah tangga dan kehidupan profesional, kesejahteraan sosial, kesuksesan, dan kebahagiaan.

Feature memiliki kekuatan lain bila dikaitkan dengan news story . Feature dapat menjadi alat pemberitaan nan bisa menunjang kekuatan penulisan. Hal ini tercermin ketika penulis menunjukkan target dan imbas tulisan jurnalismenya. Umumnya, feature mengambil posisi dan mengangkat kisah-kisah “musiman“ seperti : pesta rakyat, sketsa tokoh lokal, seremoni hari jadi dan lain-lain.

Charnley (1965) mengungkapkan cerita feature tak mungkin didapat dari tempat-tempat nan bersifat formal. Contohnya ialah peristiwa-peristiwa nan telah bisa diduga dan ter-format pola kejadiannya.

Materi human interest tak akan melampaui materi warta news story . Materinya hanya mungkin mampu melampaui news story tatkala feature digunakan sebagai teknik penyajian didalam pengisahan warta investigatif dan interpretatif.

Disinilah letak fungsi keunggulan sastra dalam kaitannya dengan pengembangan pelaporan berita. Dimana pengembangan “news story-feature” jadi tak hanya terfokus pada tujuan penyampaian berita, akan tetapi terfokus pula pada teknik penyajian berita.

Feature dan artikel berhubungan erat. Hal ini tercermin dari bentuk feature artikel sebagai salah satu jenis dari artikel views di dalam penulisan jurnalistik. Septiawan berpendapat jurnalisme mengembangkan sturktur penulisan hingga mencapai mencapai kedalaman ‘keintiman ‘tertentu. Dalam sturuktur penulisan secara holistik bentuknya hanya meneruskan model-model nan sudah ada.

Keunikannya justru terlihat dalam kreatifitas wartawan dalam mengembangkan bagian-per bagian dari tulisannya. Wartawan akan mengembangkan bagian-perbagian dengan menggunakan hasil suntikan kaidah sastra pada ciptaan emotif dan rasa tulisan hasil tulisan sebuah feature nan mengungkap sisi humanisme harus mengocok pembaca buat membaca apa apa nan ditulisnya.

Feature juga akrab dengan emosi atau sentimen kemanusiaan. Dalam kalkulasi tertentu, laporan feature lebih banyak memainkan sisi “kemanusiaan” dengan cara menarik minat, memusatkan perhatian, dan memberi sentuhan kesenangan pada sebagian pembaca. Perhatian kemanusiaannya digugah lewat kisah-kisah cinta, kebencian, keingintahuan, ketakutan, humor, atau tema-tema nan aneh nan “kenapa tidak”.



Teknik Penulisan Feature

Pada dasarnya, teknik penulisan feature serupa dengan penulisan prosa atau karya fiksi, nan menekankan pada gaya penceritaan sebuah berita. Feature juga mengizinkan penulisnya menggunakan metafora buat memberikan kesan pada perasaan pembaca. Akan tetapi, sebab merupakan karya jurnalistik, feature tetap berpijak pada data-data faktual atau kejadian nan sebenarnya.

Salah satu karakteristik khas dalam teknik penulisan feature ialah penggunaan lead nan menarik. Lead atau paragraf pertama pada feature berperan sebagai umpan buat menangkap minat pembaca. Keberadaan lead nan baik sangat berperan dalam keberhasilan sebuah feature .

Jika straight news selalu berpola piramida terbalik, dalam teknis penulisan feature biasanya digunakan alas sebagai ending atau epilog cerita. Di antara lead dan ending , terletak batang tubuh atau isi cerita. Ibarat sebuah tubuh, lead ialah kepala feature , batang tubuh ialah badan, dan ending ialah ekornya. Ketiganya harus saling terkait. Isi lead harus tergambar dalam batang tubuh dan ditegaskan oleh ending .



Persiapan Sebelum Menulis

Sebelum menulis sebuah feature , penulis biasanya melakukan beberapa langkah persiapan sebagai berikut:



  1. Menemukan tema

Hampir semua kejadian, baik nan biasa-biasa saja maupun nan luar biasa, dapat dijadikan latar penulisan sebuah feature . Langkah persiapan pertama nan harus dilakukan dalam teknik penulisan feature ialah menemukan tema nan akan diangkat ke dalam feature . Setelah tema didapatkan, barulah penulis memilih peristiwa nan akan dijadikan latar.



  1. Mengumpulkan bahan

Langkah selanjutnya dalam teknik penulisan feature ialah mengumpulkan bahan. Penulis dapat langsung terjun ke lokasi peristiwa buat mewawancarai pelaku dan orang-orang nan ada di sekitar peristiwa, atau melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku tentang sebuah peristiwa atau menelusurinya di search engine .



  1. Membuat kerangka karangan

Setelah bahan-bahan terkumpul, langkah berikutnya ialah membuat kerangka karangan. Seperti nan telah disinggung sebelumnya, bagian teratas dari karangan ialah lead , dilanjutkan dengan batang tubuh, dan ditutup dengan ending . Kerangka karangan nan perlu dipersiapkan dalam teknik penulisan feature ialah poin-poin nan akan dijabarkan dalam batang tubuh.



  1. Mencari lead

Sebagai langkah epilog dari persiapan sebelum menulis ialah mencari lead nan sesuai, menggambarkan holistik atau paling tak poin-poin krusial nan hendak disampaikan dalam feature , serta mampu menarik minat pembaca. Lead bisa berbentuk kutipan, pertanyaan, deskripsi, tudingan, atau bahkan humor.

Setelah semua langkah persiapan tersebut selesai dilakukan, barulah penulis dapat menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sebuah feature dengan baik. Sebagai penutup, ending dapat berupa pengulangan lead atau berisi kalimat-kalimat nan mempertegas lead .