Hutan Rusak di Bangka Belitung

Hutan Rusak di Bangka Belitung

Pernahkah Anda bayangkan apa nan akan terjadi jika hutan rusak? Hutan merupakan sebuah kawasan nan banyak ditumbuhi pohon-pohon dan tumbuhan lainnya. Wilayah hutan ini bisa ditemui di seluruh dunia, baik nan beriklim tropis maupun dingin. Ya, hutan ialah satu bagian terbesar nan terdapat di bumi selain lautan. Namun, bagaimana jadinya jika hutan rusak

Hutan memiliki fungsi nan sangat penting, terutama sebagai pelestari tanah, penampung karbon dioksida (CO 2 ), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan salah satu aspek biosfer Bumi nan paling dibutuhkan. Jadi, entah bala seperti apa nan akan terjadi di global jika sebagian besar hutan rusak. Jangankan di dunia, satu huma hutan rusak di Indonesia pun dapat menyebabkan bala nan hebat.

Indonesia termasuk negara nan memiliki area hutan paling luas. Sayangnya, akhir-akhir ini luas hutan alam di Indonesia kian menyusut dengan cepat sebab banyak hutan rusak. Keadaan ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan hayati para binatang nan tinggal di hutan. Mereka terancam tak memiliki loka tinggal.

Apa sebetulnya nan menjadi penyebab hutan rusak di Indonesia? Apa pula akibat dari kerusakan hutan atau hutan rusak ini?



Penyebab Hutan Rusak

Ada banyak hal nan dapat menyebabkan hutan rusak. Namun, sebagian besar kerusakan nan terjadi tak lepas dari peran manusia. Berikut ialah dua hal nan bisa menyebabkan hutan rusak.



1. Penyebab Hutan Rusak - Penebangan Liar

Penebangan liar merupakan aktivitas penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu nan dilakukan tanpa izin dari pemerintah setempat. Orang-orang nan kurang bertanggung jawab ini melakukan pendayagunaan terhadap pohon-pohon nan ada di hutan.

Mereka menebang sebanyak-banyaknya pohon tanpa memedulikan dampak perbuatannya tersebut. Penebangan hutan secara liar atau illegal logging diduga menjadi penyebab terbesar hutan rusak di Indonesia. Dengan maraknya penebangan liar, ekosistem dalam hutan menjadi kian rusak.



2. Penyebab Hutan Rusak - Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan merupakan situasi kebakaran nan terjadi di alam liar, namun bisa juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Kebakaran hutan ini sering diakibatkan oleh sambaran petir, kecerobohan manusia, aktivitas vulkanis, dan pembakaran nan disengaja buat membersihkan huma pertanian atau membuka huma pertanian baru serta tindakan vandalisme.

Sementara itu, penyebab primer terjadinya kebarakan hutan besar-besaran diakibatkan oleh musim kemarau dan minimnya upaya pencegahan terhadap kebakaran hutan kecil. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan Indonesia, tercapat pada 2005, Indonesia menderita kerugian dampak hutan nan terbakar seluas 13.328 hektar atau sekitar 133 km. Kebakaran meyebabkan hutan rusak parah.



Akibat Hutan Rusak

Menipisnya area hutan atau hutan rusak, menimbulkan berbagai kehancuran dari segi sumber daya hutan nan tak ternilai harganya, kehidupan masyarakat, serta berkurangnya pendapatan negara. Selain itu, kerusakan hutan ini juga menimbulkan banyak imbas negatif bagi keberlangsungan hayati di bumi, di antaranya sebagai berikut.



1. Dampak Hutan Rusak - Bala Banjir

Hutan merupakan daerah resapan air nan sangat bermanfaat di saat musim penghujan tiba. Ia bisa mengendalikan banjir dan menjamin ketersediaan air kala musim kemarau datang.

Namun, kerusakan hutan atau hutan rusak bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya bala banjir. Hutan nan telah rusak tak lagi bisa berfungsi dengan baik buat menyerap air dan jika musim kemarau tiba, akan banyak wilayah mengalami kekeringan dampak kurangnya pasokan air. Selain menyebabkan kerugian materi, banjir terkadang menelan banyak nyawa manusia.



2. Dampak Hutan Rusak - Imbas Rumah Kaca

Efek rumah kaca ialah proses pemanasan pada bumi nan terjadi sebab naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2 ) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan gas ini disebabkan meningkatnya pembakaran bahan bakar minyak, batu bara, dan bahan bakar organik lainnya nan melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan bahari buat menyerapnya.

Hutan bisa dikatakan sebagai paru-paru bumi nan berfungsi sebagai penyerap gas CO 2 . Dengan berkurangnya area hutan dampak hutan rusak, gas CO 2 akan meningkat, sedangkan daya serap tumbuhan terhadap gas CO 2 akan menurun. Lama-kelamaan, gas ini semakin banyak dan akan membentuk satu lapisan nan mempunyai sifat seperti kaca.

Lapisan ini akan membuat energi panas dipantulkan kembali ke permukaan bumi sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Itulah sebabnya suhu bumi kita semakin hari semakin panas.



3. Dampak Hutan Rusak - Rusaknya Lapisan Ozon

Lapisan Ozon (O 3 ) merupakan lapisan nan melindungi bumi kita dari radiasi sinar ultraviolet nan berbahaya. Jika hutan rusak parah, zat-zat kimia di bumi akan meningkat dan menimbulkan rusaknya lapisan ozon.

Kerusakan ini akan menciptakan lubang-lubang pada lapisan ozon nan makin lama semakin membesar. Melalui lubang-lubang tersebut, sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi sehingga bisa menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.



4. Dampak Hutan Rusak - Punahnya Spesies Hutan

Hutan di Indonesia dikenal kaya akan keragaman hayatinya. Dengan rusaknya hutan, bisa dipastikan keanekaragaman ini sulit buat dipertahankan. Bahkan, nan lebih jelek akan mengalami kepunahan.

Dampak hutan rusak tak hanya melanda spesies pohon, tetapi juga kenyamanan para penghuni hutan. Mereka sewaktu-waktu akan kehilangan habitnya.

Inilah saatnya bagi kita buat ikut serta dalam upaya pelestarian hutan dan meminimalisir hutan rusak agar tercipta kembali ekuilibrium hayati nan diharapkan. Mulailah mencintai alam dan hutan kita demi masa depan nan lebih baik. Dengan menjaga kelestarian hutan, berarti kita ikut menyelamatkan bumi dari kerusakan.



Hutan Rusak di Bangka Belitung

Wahana Lingkungan Hayati Indonesia (Walhi) cabang Bangka Belitung menganggap kerusakan hutan atau hutan rusak di Bangka ialah dampak baanyaknya perkebunan sawit berskala besar nan dikelola pihak swasta. Hutan rusak di sana, 70 persennya akbibat perkebunan sawit nan berskala besar, sedangkan 30 persen lagi hutan rusak dampak penambangan bijih timah ilegal serta ladang berpindah.

Setiap tahunnya, Bangka Belitung kehilangan 1.000-1.500 hekter hutan dan huma produktif dampak alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit dan tambang timah ilegal. Hutan nan rusak dan sudah beralih fungsi ini mengakibatkan perubahan iklim, ekologi, bahkan pemanasan dunia nan cukup tinggi.

Untuk mencegah hutan rusak lebih parah, pembukaan huma baru harus dihentikan sebab akibat dari hutan rusak sudah mulai dirasakan, misalnya curah hujan nan tak menentu, perubahan suhu udara, pasang surut air bahari nan juga tak menentu, dan lain-lain. Pengelolaan hutan di Bangka Belitung selama ini belum memberikan laba bagi masyarakat, khususnya pangalihfungsian hutan menjadi perkebunan sawit nan membuat hutan rusak.

Kebijakan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan membuat huma baru di hutan sebaiknya dikaji ulang. Sebaiknya, pendirian perkebunan kelapa sawit dilakukan di hutan rusak dampak aktivitas penambangan, kebakaran, dan illegal logging .

Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, perkebunan kelapa sawit memang bisa diunggulkan, tetapi jangan sampai mengaklibatkan hutan rusak dan kerusakan lingkungan lainnya. Hutan rusak dapat saja mempengaruhi kehidupan hajat hayati orang banyak. hutan rusak terjadi sebab perubahan kultur perkebunan nan dilaksanakan masyarakat, yaitu dari perkebunan multikultur ke perkebunan monokultur (perkebunan kelapa sawit nan dilakukan partikelir dan masyarakat).