Aqidah Islam dan Surat Al-Ikhlas

Aqidah Islam dan Surat Al-Ikhlas

Anda ingin mengetahui aqidah islam tentang Allah? Mau tahu pondasinya? Gampang. Yuk, kita kaji surat Al-Ikhlas. Mungkin Anda bertanya, ingin mengkaji aqidah islam atau tauhid, kok malah disuruh mengaji surat Al-Ikhlas? Santai. Baca terus artikel ini, Anda akan tahu apa interaksi surat Al-Ikhlas dengan aqidah Islam.



Sekilas Makna Aqidah Islam

Menurut bahasa, aqidah ialah ikatan. Ia berasal dari kata 'aqada, ya'qidu, 'aqdu . Seseorang dikatakan absah menikah, apabila dia telah melakukan akad (dalam bahasa indonesia) atau 'aqad (dalam bahasa Arab). Maka seseorang dikatakan absah islamnya, apabila dia berpegang teguh pada akad atau 'aqad nan diatur Allah.

Sedangkan kata aqidah sendiri dalam disiplin ilmu gramatikal bahasa Arab, kata 'aqidah termasuk golongan kata shighat al-mabalaghah (bentuk kata nan menunjukkan aktualisasi diri lebih). Makanya, makna nan dari aqidah ialah al-syaddu bil quwwah (pengikatan dengan kekuatan).

Karena itu, aqidah Islam, jika ditinjau secara bahasa (etimologi) ialah pengikatan nan kuat terhadap islam. Artinya, memegang teguh agama Islam dengan sekuat-kuatnya. Dengan berpegang teguh pada rukun Iman dan rukun Islam nan diajarkan oleh Rasulullah Saw. Tidak menambah-nambahi dan tak mengurang-ngurangi apa nan diajarkan Muhammad bin Abdullah. Terkhusus, mengenai Allah Swt.



Aqidah Islam dan Surat Al-Ikhlas

Biasanya, jika membahas tentang aqidah islam, pembahasan pokoknya mengenai Allah Swt. Untuk mengkajinya, para ulama cenderung menggunakan surat Al-Ikhlas. Surat nan berjumlah empat ayat dan diturunkan di Mekkah tersebut muatannya memang spesifik mengenai Allah Swt.

Muhammad Abduh di dalam kitab Tafsir Juz 'Amma-nya menyatakan, bahwa salah satu tugas Rasulullah Saw. ialah buat meng-esa-kan dan menyucikan Allah Swt. dari segala nan hal nan menyamakan dan menyekutukan-Nya.Maka tepat sekali surat ini diturunkan di Mekkah, sebab buat meluruskan kembali akidah masyarakat Quraisy nan melenceng dengan kembali pada aqidah islam nan lurus dan benar. buat membuktikannya alasan mengapa surat ini diturunkan sebagai penguat bahwa Muhammad bin Abdullah ialah Rasul Allah dan salah satu langkah buat meluruskan akidah khalayak Quraisy saat itu, bisa Anda baca di dalam kitab "Lubabun nuqul" karya imam As-suyuthi.

Kitab spesifik nan ditulis tentang sebab-sebab turunnya ayat Al-Quran atau biasa disebut dengan kitab asbabunnuzul. Imam as-Suyuthi menulis, riwayat turunnya surat ini bersumber dari Imam At-Tirmidzi nan diriwayatkan dari Abu Aliyah dari Ubai bin Ka'ab, bahwa orang-orang musyrik ketika itu datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata,

"Jelaskanlah kepada kami bagaimana Tuhanmu?"

Allah Swt. menurunkah surat ini sebagai jawaban Rasulullah Saw. kepada masyarakat musyrik Quraisy.Makanya tidak heran bila di dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa surat Al-Ikhlas ini seimbang dengan sepertiga Al-Quran. Karena orang nan dengan sahih mengetahui makna surat Al-Ikhlas ini akan memiliki aqidah islam nan benar-benar lurus.

Dan banyak para sahabat Rasulullah Saw, menjadi surat nan menjelaskan aqidah islam ini (baca; surat Al-Ikhlas) sebagai salah satu zikir sebelum tidur. Di antaranya adalah, Aisyah binti Abu Bakar, isteri Rasulullah Saw.



Aqidah Islam - Allah Tuhan Yang Maha Esa

Ayat pertama surat Al-Ikhlas berbunyi,

"Katakanlah (Hai Muhammad), 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa."

Kata ahad atau esa menunjukkan bahwa Allah ialah zat nan tunggal, nan satu, tak ada nan serupa dengan-nya. Sehingga Allah tak terdiri atas beberapa substansi nan berbeda-beda. Inilah aqidah Islam mengenai Allah.

Karena itu, buang jauh-jauh pemahaman Anda bahwa Allah bersifat materi dan terdiri atas beberapa individu nan bersifat immateri. Allah tak seperti itu. Allah itu Esa. Dia Esa, baik dalam zat, nama, dam sifat-sifat-Nya. Makanya, nan memiliki seluruh sifat kesempurnaan hanya Allah Swt.

Jika ditanya, apa dalil rasio aqidah Islam menyatakan bahwa Allah sendiri nan menciptakan alam ini? Jawabannya, jika Allah terdiri dari dua atau tiga zat nan dianggap satu meski berbilang, maka dalam menciptakan Allah membutuhkan donasi zat nan lain. Dan ini menunjukkan bahwa Allah tak Esa. Di dalam aqidah Islam, nan menciptakan hanya Allah Swt. tak ada nan lain.



Aqidah Islam - Segala Sesuatu Bergantung kepada Allah

Ayat kedua surat Al-Ikhlas nan kedua kian menjelaskan tentang Allah Swt dalam kajian aqidah Islam. Yaitu,

"Allah ialah Tuhan nan bergantung kepada-Nya segala sesuatu".

Artinya, tidak ada nan diciptakan-Nya nan tak memohon kepada-Nya. Sekaligus, ayat ini juga mengajarkan bahwa di dalam aqidah islam , tak seorang pun umat islam dibenarkan memohonkan pertolongan kepada selain Allah Swt. Artinya, tak diboleh memohonkan pertolongan kepada jin buat mencapai hajat nan diinginkannya.

Ayat ini juga mengajarkan bahwa di dalam aqidah islam, usaha manusia buat mewujudkan keinginannya ialah sebagai jalur buat mengetahui alur-alur pencapaian kesuksesan nan diinginkannya. Hakikatnya, nan mewujudkan keinginannya ialah Allah Swt. Sehingga dalam terwujudnya apa nan dicita-citakan seseorang ialah kesesuaian antara kehendak Allah dengan kehendak-nya. Barangkali Anda akan menyanggah pemahaman ini.

Sebagai bukti konkritnya seperti ini, Anda sudah berusaha menyediakan makanan. Saat Anda ingin menyuapkan makanan ke dalam mulut, prediksi Anda makanan tersebut akan sampai ke mulut dan bisa dicerna oleh lambung. Namun nyatanya, ketika Anda ingin memakannya, entah karena apa tiba-tiba anak Anda nan sedang bermain di dekat lokasi Anda makan menyenggol Anda.

Lantas, makanan tersebut jatuh dan tak jadi Anda makan. Pertanyaannya, kehendak siapa nan terjadi? Anda ataukah Allah Swt? Inilah nan dinamakan takdir dalam kajian aqidah Islam.



Aqidah Islam - Allah Tidak Memiliki Garis Keturunan dan Keturunan

Ayat ketiga dari surat Al-Ikhlas menjelaskan lebih konkrit mengenai Allah dalam kajian aqidah Islam. Yaitu, "Dia tak beranak dan tak diperanakkan". Ayat ini singkat dan padat makna. Ayat ini masih menjelaskan kedua ayat sebelumnya. Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa. Pastinya, Allah tak diperanakkan. Dia ialah Esa. Dan Juga, Allah tak memiliki garis keturunan alias punya anak.

Sehingga aqidah Islam mengajarkan, bahwa tak ada nan sama atau serupa dengan Allah. Dia benar-benar Esa. Dengan kata "tidak beranak dan diperanakkan" maka Allah tak bergantung kepada sesuatu apa pun. Karena kalau Dia diperanakkan, tentu Dia membutuhkan pengakuan sebagai anak. Atau, jika Dia beranak tentu ia membutuhkan pengakuan sebagai ayah atau mama.

Karena itu, dalam aqidah islam, Allah tak pernah berhajat atau bergantung kepada sesuatu apa pun. Tapi sesuatulah nan bergantung kepada-Nya. Lantas, buat apa Allah menciptakan malaikat dan rasul? Jawabannya, Allah ingin mengajarkan kepada manusia bahwa buat mengatur global ini perlu pimpinan dan bawahan.

Bukan Allah tak mungkin menyampaikan tugas kenabian langsung kepada rasulnya. Tapi, Allah mengajarkan seperti ini cara menyelesaikan tugas-tugas di dunia. Buktinya Allah juga pernah langsung menyampaikan tugas kepada Rasul-Nya adalah, perintah shalat nan diterima Rasulullah sebagai buktinya. Perintah tersebut tak melalui jibril, tapi langsung didapat Rasulullah Saw. saat Isra' dan mi'raj.



Aqidah Islam - Tak Ada Serupa Dengan-Nya

Ayat keempat surat Al-Ikhlas ialah kajian epilog tentang Allah. Kajian nan menjelaskan bahwa dalam aqidah islam, tak ada nan serupa dengan-Nya. Allah Swt berfirman,

"Dan tak ada seorang pun nan setara dengan Dia".

Ayat ini mengungkapkan tidak seorang pun sama dengan Allah, baik dalam zat, sifat, perbuatan dan penciptaan-Nya. Menurut Muhammad Abduh, buat melihat kandungan semakna dengan kandungan surat Al-Ikhlas ini dapat dilihat di surat Mayam ayat 88-95, surat Al-Anbiya' ayat 26-27 dan surat Ash-Shaffat ayat 158-159.

Dengan memahami aqidah Islam melalu surat al-ikhlas ini, Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa. Dan surat ini juga menjelaskan, bahwa galat pemahaman musyrikin Arab nan berkeyakinan bahwa malaikat ialah anak Allah, pemahaman orang-orang Yahudi nan menjustifikasi bahwa 'Uzair ialah anak Allah, dan pemahaman orang-orang Nasrani nan menyatakan bahwa Isa ialah anak Allah. intinya, Allah tak beranak dan tak diperanakkan.