Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity)

Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity)

Perbedaan antar etnis atau suku di Indonesia niscaya ada. Jangankan antar etnis nan memang berbeda latar belakang kehidupannya, antar saudara sekandung saja sering terjadi konflik. Anak dan orangtua juga sering terjadi perseteruan nan sangat sengit hingga saling membunuh. Itu perselisihan antarsedarah. Bagaimana dengan nan tak sedarah? Budaya, bahasa, adat istiadat nan berbeda selalu dapat menjadi sumber konflik kalau tidak dilihat sebagai hal nan seharusnya membuat jiwa semakin kaya. Jalan nan mungkin dapat mengatasi konflik antar budaya tersebut ialah pemahaman bahwa kita memang berbeda tapi kita mempunyai satu tujuan, yaitu hayati damai dalam keragaman.



Mengalah

Tidak akan kondusif global ini bila tidak ada nan mau mengalah. Mengalah itu bukan berarti kalah, Adakalanya memang harus mengalah dahulu agar konflik tak semakin berkecamuk. Cukup menyedihkan mendengar beberapa orang menjadi korban dari tawuran antarkampung nan terjadi di ibukota pada bulan Ramadhan. Sungguh sangat disayangkan mereka menuruti nafsunya buat saling menyakiti. Cobalah kalau tak terlalu tersulut emosi, residu Ramadhan nan hanya beberaap hari ini dapat dimanfaatkan buat melakukan amal ibadah nan lebih bermanfaat.

Konflik antaranggota keluarga juga akan menyulut dendam nan tidak berkesudahan. Di satu wilayah di Sumatera Selatan, ada seorang suami nan diajak duel oleh kakak iparnya. Permasalahanya berpangkal rasa tak bahagia satu sama lain. Untungnya si kakak ipar masih berpikir waras dan malah memanggil polisi buat menangkap adik iparnya nan telah mengajak teman-temannya buat mengeroyok dirinya. Parahnya ialah bahwa adik iparnya itu mengajak teman-temannya nan mengkonsumsi narkoba. Selain itu, mereka telah membawa senjata tajam. Konflik dapat diselesaikan dengan jalur hukum.

Konflik nan terjadi di satu perkampungan nan dihuni oleh orang-orang transmigrasi nan tentu saja bukan berasal dari penduduk lokal dapat terjadi sebab rasa cemburu melihat penduduk pendatang nan lebih berhasil secara ekonomi. Padahal penduduk tempat tahu bagaimana giat dan kerasnya penduduk pendatang menggarap huma mereka. Kalau saja mereka mau berpikir panjang dan tak menuruti rasa cemburu serta penyakit hati lainnya terus tumbuh fertile di hati, maka konflik antarbudaya tak akan terjadi.

Nanti kalau konlik ini terus berlarut. Rasa dendam niscaya akan memenuhi hati para anak muda. Mereka akan tumbuh menjadi generasi pendendam. Hal ini tentu bukan satu generasi nan diharapkan. Bagaimana akan membangun dan bekerja sama kalau dalam hati mereka ada dendam. Kalau konflik ini tak dapat diredam oleh siapapun, maka wialyah ini akan menjadi satu wilayah panas nan akan terus membara. Pada suatu saat bara itu akan semakin memerah dan korban jiwa tidak akan dapat terelakkan. Masing-masing kelompok merasa sahih dan mereka tidak mau menjadi kelompok nan disalahkan.



Juru Damai

Dibutuhkan seorang tokoh nan dapat menjadi juru damai. Orang seperti Jusuf Kalla nan telah berkali-kali sukses menjadi juru damai ialah satu contoh sosok nan dapat diharapkan memberikan angin segar perdamaian. Konflik Poso dan konflik Ambon nan sangat mengerikan akhirnya dapat reda setelah Jusuf Kalla bersama dengan timnya berkali-kali mendatangi kedua kelompok nan bertikai. Setelah ada perjanjian berkali-kali, kini kedua wilayah itu telah dapat bangkit kembali dan mulai membangun lagi. Mereka sangat menyadari bahwa bertikai itu hanya akan membawa malapetaka dan tak akan membawa laba apa-apa.

Dendam hanya akan melahirkan dendam. Kebencian hanya akan melahirkan kebencian. Hanya saling pengertian dan saling menghargai nan akan melahirkan damai dan cinta kasih. Pencerahan ini kadang tak mudah didapatkan terutama kalau kepala kelompok atau orang nan dianggap sebagai pimpinan di wilayah itu, tak ingin ada perdamaian. Masyarakat akar rumput lebih mudah diajak berkompromi sebab mereka memang tak mempunyai kepentingan apa-apa.

Tetapi para pimpinannya mempunyai agenda tersendiri nan mungkin merasa diuntungkan dengan adanya konflik tersebut. Sungguh bukan contoh seorang pemimpin nan baik. Kalau pimpinan telah berdamai dan pimpinan ini dianggap sebagai tokoh nan sangat disegani, konfrontasi itu akan semakin mudah diredakan. Seperti kalau terjadi pertengkaran antarsaudara sedarah. Orangtua nan mampu menjadi juru damai akan membuat pertengkaran itu mudah diredakan. Sebaliknya, kalau orangtua tidak dapat menjadi juru damai nan baik malahan berpihak kepada salah satu anak, maka anak nan lain akan merasa disisihkan. Hal ini malah akan menjadi sumber konflik nan tidak berkesudahan.



Bhinneka Tunggal Ika ( Unity in Diversity )

Berbeda-beda, tapi satu jua. Itulah makna dari Bhinneka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia nan tertuang dalam sila ketiga Pancasila ialah wujud tujuan dari Bhinneka Tunggal Ika. Banyak hal nan dapat diperbuat ketika bersatu. Banyak hal nan membuat hayati lebih bermakna ketika hayati berdampingan dengan orang-orang nan berasal dari daerah dan budaya nan berbeda. Rona global semakin latif manakala saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya.

Ajaran nan terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika serta sila ketiga Pancasila tersebut harus mulai diajarkan sedemikian rupa sehingga generasi muda memahami betapa pentingnya menerima fenomena disparitas budaya ini. Dan mereka tak melihatnya sebagai sumber konflik, tapi sebagai kekuatan nan akan membuat Indonesia semakin hebat.

Perasaan setanah air itu akan membuat anak bangsa merasa bersaudara dengan siapapun nan berasal dari berbagai daerah di tanah air. Misalnya, persaudaraan antaretnis ini akan memperkaya khasanah pengetahuan tentang masakan nan berasal dari berbagai daerah. Niscaya akan sangat mengasyikkan makan nasi jagung dari Madura atau mencicipi papeda wilayah Indonesia Timur. Makan lemang nan merupakan tape ketan hitam nan dimasak dalam bambu dengan secangkir kopi luwak dari daerah Sumatera Selatan, niscaya juga akan mendatangkan kenikmatan tersendiri. Hal ini niscaya tak dapat terjadi kalau konflik terus berkecamuk.



Bersama Lebih Nyaman

Melihat sisi jelek suatu etnis atau suku memang sangat mudah. Semua berpretensi dapat saja didramatisir sehingga menimbulkan gesekan nan akan menyulut barah kebencian dan akan mengobarkan perang urat syaraf hingga perang fisik nan menimbulkan korban jiwa, mal dan hanya akan mewariskan kebencian. Pembelaan nan diajukan ialah demi menjaga harga diri dan prestise suku dan keluarga. Padahal, terkadang masalah nan timbul tak seimbang dengan pengorbanan nan harus diberikan.

Emosi memang mudah sekali menular. Gosip nan sengaja disebarkan mungkin mempunyai tujuan eksklusif dan dilakukan oleh orang nan tak bertanggung jawab sehingga dua etnis bertengkar dan saling serang. Kalau emosi tersebut diredam sedikit saja dan memandang orang-orang nan berasal dari suku nan berbeda tersebut merasakan hal nan sama, maka sesungguhnya saat dia dicubit sakit, kita pun waktu dicubit sakit. Dengan mempertimbangkan hal ini, kita niscaya dapat menerima keluarga kita dari berbagai daerah dengan sukacita.

Ada banyak hal nan dapat dilakukan ketika perdamaian menjadi satu cita-cita bersama. Kehidupan nan saling membantu satu sama lain itu akan terasa sangat mudah dan ringan ketika segala kebencian dan segala berpretensi nan tak baik itu disingkirkan. Berprasangka tak baik terhadap orang nan terkenal baik itu hanya akan menzalimi orang tersebut. Tentunya bukan satu hal nan adil ketika orang nan tidak bersalah diduga telah melakukan hal-hal nan belum tentu telah ia lakukan atau ia rencanakan. Beda dengan berprasangka dengan orang tak baik. Berprasangka dengan orang nan tak baik itu menjaga diri dari perbuatan jahatnya. Malahan kalau berprasangka baik terhadap orang jahat, diri sendiri akan terjebak dalam penipuan.



Keuntungan Bersatu

Keragaman budaya akan membuat budaya semakin berwarna. Misalnya, satu jenis makanan mempunyai nama nan sangat banyak. Di samping itu, cara memasak makanan nan berbeda itu akan membuat selera juga menjadi semakin beragam. Bentuk pakaian, cara berteman nan sangat bervariasi akan membuat orang semakin mudah diajak bertoleransi. Toleransi ini tidak mungkin terjadi manakala ada rasa dendam atau benci terhadap orang lain.

Persatuan akan membuat pembangunan bangsa semakin cepat dan akan menghasilkan produk dengan kualitas maksimal. Ide-ide cemerlang pun akan lebih mudah didapat sebab jiwa semakin kaya ketika berteman dengan orang-orang dari suku lain. Tak ada gunanya terjadi konflik antarbudaya itu. Damai itu latif dan tidak akan membawa kerugian apapun jua.