Bujet

Bujet

Joke di luar negeri mengatakan "Indonesia sebelah mananya bali?". Bali the most beautiful island in the world . Film Eat, Pray, and Love menasbihkan gelar itu. Ini bukti Indonesia memiliki keunggulan wisata aduhai. Selain Bali, ada Lombok, pulau Komodo, Nias, dan sebagainya.

Indonesia surga kecantikan alam. Pesona alam Indonesia mampu memikat turis asing. First impression alam Indonesia terbilang tinggi. Kita punya segalanya. Namun, mengapa kita masih kalah dibandingkan Singapura, Thailand, bahkan negeri serumpun Malaysia? Dinas pariwisata mesti bertindak cepat melihat situasi ini.



Beautiful Country

Indonesia ialah surga bagi para traveler , turis asing nan ingin memanjakan mata dan telinga dengan panorama alam memikat. Bali langganan penghargaan pariwisata terbaik di global dari banyak lembaga. Belum lagi menengok pulau Komodo nan dinominasikan menjadi keajaiban dunia. Indonesia punya segalanya, kecuali sumber daya manusia nan mumpuni.

Membenahi kultur berarti melawan kemapanan. Budaya Indonesia nan belum ajek dalam melangkah maju berdampak pada sektor pariwisata. Di China bahkan orang meludah sembarangan dapat dihukum. Jalanan di Singapura bebas dari sampah. Indonesia, harus diakui masih belum ke sana. Jalan masih dipenuhi sampah. Namun kita dapat berbangga diri soal budaya Indonesia nan ramah tamah. Kita nisbi terbuka pada masyarakat asing. Bahkan kadang terlalu inferior.

Dinas pariwisata harus membuka mata internasional bahwa Indonesia bukan Bali semata. Dinas pariwisata harus membuat rute pariwisata di Indonesia lengkap dengan detilnya. Ini nan sporadis terdengar. Metode jemput bola semacam ini sporadis dilakukan. Paling banter iklan di koran lokal.



Jenis Wisata

Dalam bukunya Norman S. Pendit, Ilmu Pariwisata (1994)., Pariwisata di jelaskan bermacam macam pariwisata, nan juga di selenggarakan dan dijaga oleh dinas pariwisata kita. Di bawah ini, diuraikan mengenai beberapa jenis objek wisata nan dikelompokkan berdasarkan alasan atau motivasi serta tujuan wisatawan dalam melakukan suatu perjalanan wisata, antara lain;

  1. Wisata Budaya Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan atas dasar keinginan buat memperluas etos seseorang, dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke loka lain, buat mempelajari keadaan rakyat, Norma dan adat-istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka.
  2. Wisata Kesehatan Perjalanan seorang wisatawan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan buat kepentingan kesehatannya dan buat beristirahat.
  3. Wisata Olah Raga Wisatawan nan melakukan perjalanan ke objek wisata ini mempunyai tujuan buat berolah raga atau bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga di suatu loka atau negara tertentu.
  4. Wisata Komersial Perjalanan nan dilakukan ke objek wisata ini dengan tujuan buat mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya nan bersifat komersial.
  5. Wisata Politik Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan buat mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik.
  6. Wisata Pilgrim Perjalanan wisata ke loka ini sering dihubungkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan wisatawan, dan biasanya mempunyai tujuan nan dihubungkan dengan niat wisatawan buat memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tak sporadis pula buat tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.
  7. Wisata Laut Perjalanan ke objek wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air. Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, atau berkeliling melihat taman bahari dengan pemandangan latif di bawah permukaan air


Bujet

Alasan klasik nan dikemukakan ialah uang. Kita tak punya uang buat gencar mempromosikan pariwisata Indonesia. Namun, itu tidak membuat kita berdiam diri. Negara lain tidak sepenuhnya bergantung pada aturan semata, tapi multi aspek.

Bisnis pariwisata ialah bisnis services (jasa). Dimulai dari bandara, kultur lokal, hotel, dan seterusnya. Kita bukan saja kalah soal bujet, melainkan juga soal pelayanan. Seorang tokoh nasional bahkan berkeluh kesah di media nasional mengenai toilet bandara dan pelayanan. Ia miris mencermati kondisi demikian. kampanye "Visit Indonesia" dapat gagal jika dari bandara saja tak diurus dengan baik.

Pemerintah harus melihat sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi. Pariwisata niscaya akan menimbulkan multiplier effect . Tidak diragukan lagi, pariwisata akan membuat ekonomi masyarakat bergairah. Ada nan menjadi tour guide , bisnis hotel, rumah makan, infrastruktur, dan sebagainya. Maka dari itu, pemerintah perlu mempertimbangkan menambah bujet. Dengan catatan, tujuan sinkron dengan capaian.



Contoh Kreatif Tanpa Bujet

Dinas Pariwisata dapat membuat program nan tak melulu bujet, misalnya dengan mengikutsertakan pemain lokal dan partikelir dengan kredit pada dinas sendiri, misalkan nan terjadi di Bandung. Yakni penerapan adanya Bandung sebagai kota kreatif.

Mengapa harus Bandung Kota Kreatif? Mengapa wilayah pariwisata? Telah dijelaskan bahwa kepariwisataan di Bandung telah melebihi batas kelaziman sebagaimana pariwisata sendiri secara umumnya di kota-kota lain. Karena kita berbicara tentang kota, maka tak bisa disamakan antara Bandung dengan Bali.

Bandung merupakan kotamadya, dan bagian dari Pemerintah taraf I Jawa Barat. Sementara Bali merupakan Pemerintah taraf I sendiri, dan penyematan Bali sebagai daerah wisata, muncul secara natural tak dari suatu taktik khusus, dikarenakan kekuatan Bali sendiri nan penuh dengan estetika alam dan pantai nan bagus.

Adapun nan terjadi di kota Bandung merupakan hal nan sangat unik, melebihi apa nan terjadi di kota lain. Semua kota tentunya berupaya menjadi kota wisata dan menggenjot kedatangan wisatawan demi pendapatan daerah. Namun upaya nan dilakukan kota-kota di Indonesia biasanya merupakan upaya satu pintu dari pintu kedinasan saja. Kerja dari pariwisata merupakan pekerjaan rumah pemerintah, dan bukan nan lainnya. Bandung berbeda. Dalam bahasa Dinas Pariwisata Kota Bandung, 70 % warga Bandung memiliki pendapatan dari sektor wisata.



Belajar Dari Kota Bandung

Bandung sebagai peletak dasar Bandung Creatif City. Mereka berupaya mengkomunikasikan sebentuk kota kepada pengunjung di luar kota, dan mencoba menyaksikan atraksi nan hendak disajikan kota itu sendiri. Pariwisata ialah suatu cara, bukan suatu tujuan.

Komunikasi antara dinas pariwisata dengan penggiat partikelir anak muda kota membantu perencanaan nan harus dilaksanakan secara efektif, pengorganisasian nan harus dijalankan secara efektif, penggerakan nan harus diikuti secara efektif dan supervisi nan harus diterapkan secara efektif pula.

Kegiatan anjangsana ini juga dipengaruhi oleh lingkungan paguyuban nan baik antara masyarakata nan memiliki tiga dimensi, anatara lain : fisik, social – phsycologis , dan temporal. Dimensi fisik artinya, lingkungan konkret atau berwujud (tangible), dimensi social – phsycologis.

Yaitu tata interaksi status diantara mereka nan terlibat, peran dan permainan nan dijalankan orang, serta anggaran budaya masyarakat dimana mereka berkomunikasi, lalu dimensi temporal (waktu) yaitu mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitungan sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ini merupakan sesuatu nan baik sekali diterapkan ditempat lain. Suatu permasalahan nan perlu dikaji dalam alur pembiasaan. Oleh karenanya, disparitas mencolok dari Bandung dengan kota lainnya dalam permasalahan pariwisata merupakan ‘kasus menarik nan perlu di kaji’ dan dijadikan penularan bagi penerapan bagaimana pariwisata dapat mengangkat kota bersama sama.