Sejarah Islam di Afrika

Sejarah Islam di Afrika

Islam di Afrika masuk lewat Mesir. Saat itu, Amru Bin Ash meminta donasi dari Umar Bin Khatab buat memerangi Muqauqis, seorang raja dari Romawi. Amru Bin Ash menganggap Muqauqis telah berlaku semena-mena terhadap orang Mesir.

Pada 640 M, dengan 400 orang pasukan, Umar Bin Khatab datang ke Mesir buat membebaskannya dari Rezim Muqauqis. Setelah 2 tahun berperang, pada 642 M, Mesir sukses dibebaskan.

Mesir menjadi pintu gerbang bagi Islam buat menyebarluaskan ajarannya ke berbagai negara. Selain Mesir, Nigeria dan Lybia merupakan salah satu basis kebudayaan Islam nan kuat di Benua Afrika.

Setelah pintu masuk Islam terbuka lewat Mesir, muncul beberapa kerajaan Islam di Afrika. Kerajaan-kerajaan ini banyak mengadopsi budaya Timur Tengah. Mereka berbentuk seperti kesultanan. Era kerajaan ini dimuali pada 700 M hingga 1898 M.



Era Kerajaan Islam di Afrika

Tercatat, ada lebih dari sepuluh kerajaan Islam di Afrika. Kerajaan ini tersebar dari Mesir, Mali, Ghana, hingga Libya. Kerajaan ini memiliki dinasti masing-masing. Pada 1068, masa keemasan Muslim di Ghana, negara ini sangat maju. Hal ini dituliskan oleh Al Bakri, seorang pakar geografis muslim dalam kitabnya nan berjudul Kitab Perjalanan dan Kerajaan . Ia mengatakan bahwa kerajaan Islam di Ghana sangat makmur.

Selain Ghana, Libya mempunyai beberapa kerajaan Islam. Pada 1805, Kerajaan Kanem berada dalam kekuasaan Dinasti Sayfawa. Dinasti ini memajukan peradaban Islam dengan memasukkan Islam ke dalam setiap unsur kehidupan masyarakatnya. Oleh sebab itulah, perkembangan muslim di negara ini sangat cepat.



Timbuktu, Monumen Islam di Afrika

Timbuktu ialah sebuah daerah nan berada di negara Mali, Afrika Barat. Daerah ini merupakan daerah nan sangat makmur pada masa pemerintahan Mansa Musa. Timbuktu menjadi pusat pembelajaran Islam dari Abad ke-13 hingga abad ke-15. Pada 1581, pemerintahan Timbuktu membangun Sankore, sebuah universitas sekaligus madrasah nan terkenal.

Sankore merupakan loka buat mengkaji ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Tokoh nan terkenal pada zaman tersebut ialah Ahmad Baba. Sayangnya, pada masa pencaplokan Spanyol dan Portugis ke Afrika, Timbuktu mengalami kemerosotan cukup tajam. Manuskrip-manuskrip nan telah dikumpulkan oleh masyarakat dan cendekiawan diberangus habis. Begitupun, di perpustakaan. Kebanyakan hancur oleh perang.

Saat ini, Timbuktu hanya menjadi sebuah sejarah nan terlupakan. Tidak ada lagi upaya buat melakukan restorasi terhadap keadaan kotanya dan menjadikannya kembali sebagai sebuah kota pendidikan Islam.



Sejarah Islam di Afrika

Pertama kali Islam di Afrika menyebar di bawah pimpinan Amru bin Ash pada tahun 640 M pada saat menyerbu Mesir nan di kuasai oleh kerajaan Bizantium, Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari kacamata militer maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya fertile sebab terdapat sungai Nil sebagai sumber makanan.

Maka dengan restu Khalifah Umar bin Khattab dia membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga sekarang. Dia hanya membawa 400 orang pasukan sebab sebagian besar diantaranya tersebar di Persia dan Syria. Berkat siasat nan baik serta dukungan masyarakat nan dibebaskannya maka ia sukses memenangkan berbagai peperangan.

Mula-mula memasuki kota Al-Arisy dan dikota ini tak ada perlawanan, baru setelah memasuki Al-Farma nan merupakan pintu gerbang memasuki Mesir mendapat perlawanan, oleh Amru bin Ash kota itu dikepung selama 1 bulan. Setelah Al-Farma jatuh, menyusul pula kota Bilbis, Tendonius, Ainu Syam hingga benteng Babil (istana lilin) nan merupakan pusat pemerintahan Muqauqis.

Pada saat hendak menyerbu Babil nan dipertahankan mati-matian oleh pasukan Muqauqis itu, datang bencana donasi 4.000 orang pasukan lagi dipimpin empat panglima kenamaan, yaitu Zubair bin Awwam, Mekdad bin Aswad, Ubadah bin Samit dan Mukhollad sehingga menambah kekuatan pasukan muslim nan merasa cukup kesulitan buat menyerbu sebab benteng itu dikelilingi sungai.

Akhirnya, pada tahun 22 H (642 M) pasukan Muqauqis bersedia mengadakan perdamaian dengan Amru bi Ash nan menandai berakhirnya kekuasaan Romawi di Mesir. Kemenangan dalam perang ini tidak terlepas dari respon positif nan di berikan rakyat mesir waktu itu nan masih memeluk agama Kristen.

Hal ini di karenakan perlakukan nan semena-mena dari pemerintahan Bizantium di mesir, di tambah lagi adanya dendam theologies sekte jacobiyah nan merupakan genre Kristen mayoritas di mesir waktu itu, mereka di perlakukan tak adil dan semena mena oleh pemerintahan Bizantium nan menganut paham gereja Ortodhok.

Banyak dari rakyat nan di bunuh dan di siksa, sebagian ada nan melarikan diri ke negara tetangga,sebagian ada juga nan munafik dengan mengaikuti anggaran dari gereja Konservatif buat menghindari siksaan.

Bagi kaum copti (penganut sekte jacobiyah) kemenangan Islam atas Bizantium di mesir berarti ialah kebebasan beergama. Sebagai agunan atas keadilan bagi negara nan di tundukan Amru bin Ash memberi agunan kebebasan beragama.



Masuknya Islam di Afrika melalui Kerajaan

1. Kerajaan Nubia

Pada abad ke-12 kerajaan Nubia masih majemuk Kristen dan mereka masih bisa bertahan dari serbuan kerajaan mesir di bawah panji Islam, nan pada akhirnya terjadi perjanjian perdamain antara mesir dengan nubia.

Pada tahun 1272 keponakan kerajaan Nubia memperoleh pasukan donasi dari Mesir buat membantu melawan pemberontakan melawan pamannya dan sebagai imbalannya kerajaan Mesir mendapat hadiah berupa dua provinsi Nubia sebelah selatan. Namun kekuasaan di daerah itu tak berlangsung lama sebab daerah itu memperoleh kebebasannya kembali.

Terbengkalainya gereja di Afrika juga di alami oleh kerajaan Nubia nan juga menganut sekte jacobiyah di Alexandria. Hal ini menyebabkan banyak dari orang Nubia nan beralih ke agama Islam, namun peralihan agam dari Kristen ke Islam berjalan sangat lambat dan bertahap.

Kehidupan sepiritual gereja nan mulai redup dan tak ada interaksi dengan global Kristen di luar negeri. Maka wajarlah bila mereka mencari penyaluran aspirasi spiritual dari agama Islam. Faktor nan mempercepat berkembangnya Islam di Nubia tak lepas dari peran para pedagang.



2. Kerajaan Abisinia

Awal masuknya Islam di Afrika, khususnya kerajaan Abisinia ditandai dengan masuknya bangsa Bollos ke dalam Islam bersamaan dengan suku bangsa Bajah nan manunggal dalam kerajaan Islam. Ketika itu kerajaan memperluas kekuasaanya pada tahun 1499-1530 dari selatan sampai ke perbatasan Nubia dan Abissyinia serta sukses mendirikan kerajaan nan kuat di Sennaar.

Dari data sejarah kita bisa menarik konklusi bahwa masuk Islamnya bangsa Nubia nan memiliki jiwa kemerdekaan serta telah lama menganut agama Kristen ialah berlangsung dalam suatu proses nan berabad-abad lamanya.

Kita akan mengalihkan perhatian kepada sejarah Islam dikalangan bangsa Abissyinia, nan telah menganut agama Kristen dua abad sebelum bangsa Nubia dan sama menganut sekte jacobiah .

Sampai abad ke-10 hanya beberapa keluarga Arab ditemui menetap di kota-kota Abissyinia, tetapi pada akhir abad ke-12 berdirinya suatu dinasti Arab telah mengikut sertakan beberapa bagian daerah pantai Abissyinia.



3. Islam di Etiopia

Islam masuk ke Etiopia, sebagai keyakinan primer diyakini pada abad ke-16 lewat para pedagang dan pendakwah Arab, nan akhirnya menjadikan 65 % warga Etiopia memeluk Islam.

Situasi itulah nan mulai memunculkan ketakutan pada pihak gereja Etiopia nan kemudian menganggap Muslim sebagai ancaman primer terhadap keberadaan mereka.

Pada abad ke-16 dan awal abad ke-17, negara Islam ADAL diumumkan oleh para etnis Somalia dan Arab dipimpin oleh Ahmed Guray. Ahmad Guray atau Ahmed Gran di Etiopia, nan keturunan Arab, memimpin perang melawan Abyssinia dan mengalahkan mereka.

Ahmed Guray bahkan menangkap lebih dari 50 % warga dataran tinggi Etiopia, sehingga mempercepat penambahan jumlah warga Etiopia nan memeluk Islam. Ahmed sendiri mendapat dukungan dari Kaisar Ottoman, Turki dan Raja Saeed Barqash dari Kesultanan Oman.

Perasaan negatif gereja Etiopia terhadap Muslim meningkat sangat tajam, dan setelah mereka gagal menghentikan Ahmed Guray beserta pasukkannya, mereka mendesak Portugal mengirim bantuan.

Ahmed Guray terus menambah daftar kemenangan atas pasukan Abyssinian selama dua dekade. Namun ia terbunuh dalam pertempuran melawan pasukan Portugis nan datang buat membantu Etiopia. Sang Janda Ahmed, bernama Bati Del Wambara mengambil alih kepemimpinan kerajaan ADAL dan meneruskan kampanye peperangan terhadap Kristen Etiopia.

Dalam banyak hal perubahan banyak terjadi di Afrika, seperti keadaan sosial, budaya, dan politik. Terjadi perubahan besar-besaran pada komunitas bangsa di afrika,masyarakat sebagian besar Afrika nan sebelumnya menganut agama Kristan setelah dakwah Islam di perkenalkan di Afrika maka dengan jalan perang ataupun damai masyarakat Afrika akhirnya menganut Islam.