Anti Wajib Militer

Anti Wajib Militer

Tahukah Anda tokoh tinju Muhammad Ali ? Sporadis sekali ada petinju nan nan mendapatkan kehormatan seperti Muhammad Ali. Bagaimana tidak, sarung tinjunya saja dipamerkan dalam acara Pameran Memorabilia Tinju nan diadakan di Balai Korakuen Tokyo. Pihak panitiapun mengatakan, sarung tinju tersebut sengaja dipamerkan buat menarik perhatian pengunjung. Sarung tinju Muhammad Ali menjadi terasa special sebab diletakan di sudut strategis sehingga hampir setiap pengunjung dapat melihatnya.

Bahkan, buat orang-orang nan pernah menyaksikan ketangguhan dan kejayaan Muhammad Ali di atas ring dapat dejavu dibuatnya. Menariknya, pameran ini dilaksanakan di Jepang, negara nan terkenal bukan sebab tinju. Hal ini menunjukan betapa melegendanya kehebatan tinju Muhammad Ali.

Muhammad Ali memang dikenal global sebagai salah satu petinju nan luar biasa. Di usianya nan kini menginjak 70 tahun, karier bertinjunya sudah mencetak 56 kemenangan dengan 37 menang KO dalam 62 pertandingan profesional.

Petinju kulit hitam nan dilahirkan pada 17 Januari 1942 ini bernama orisinil Cassius Marcellus Clay Gepen-K Bane, Jr. Dia tidak mengikiti jejak ayahnya nan menjadi seorang pelukis billboard dan rambu-rambu lalu lintas bernama Cassius Marcellus Clay. Muhammad Ali lahir dari seorang perempuan nan bernama Odessa Grady Clay.



Berkah di Balik Musibah

Adalah Joe Martin, seorang polisi sekaligus instruktur tinju nan pertama kali memperkenalkan global tinju kepada Muhammad Ali kecil sebab suatu musibah nan menimpanya. Ceritanya, sepeda BMX Muhammad Ali dicuri kemudian dia melaporkan kejadian itu kepada Martin Joe. Uniknya, selain laporan kehilangan tersebut ditindaklanjuti, Muhammad Ali justru disuruh buat berlatih tinju supaya dapat memukuli pencuri sepedanya.

Di bawah asuhan instruktur Martin Joe, Muhammad Ali sangat bersemangat dan berlatih keras. Talenta bertinju dan latihan keras menjadi bekal dan senjata Muhammad Ali sehingga suatu saat nanti sukses mengalahkan saingan-saingannya sesame atlet tinju profesional.

Pada 1960, Muhammad Ali sempat mendapatkan perlakukan subordinat dan ia dicekal ketika akan bertanding di Roma, Italia sebab resmi memeluk agama Islam. Namun akhirnya, ia dapat bertanding bahkan meraih medali emas kelas berat ringan di Olimpiade Roma, Italia.



Debut Manis nan Kontroversial

29 Oktober 1960 ialah tanggal nan tidak terlupakan dan berkesan bagi Muhammad Ali. Di tanggal itulah ia bertinju buat kali pertama di pertandingan resmi setelah menjadi atlet professional. Saat itu Muhammad Ali masih menggunakan nama Cassius Marcellus Clay Gepen-K Bane, Jr. Debut nan manis, saat itu Muhammad Ali menang angka dalam 6 ronde atas versus pertamanya Tunney Hunsaker.

Selanjutnya, karier cemerlang bertinju Muhammad Ali terjadi pada 25 Februari 1964. Saat itu, ia memenangkan gelar kampiun kelas berat global dengan kemenangan TKO atas Sonny Liston tidak sampai ronde ke-10. Liston dengan terpaksa harus menghentikan pertandingan pada ronde ke-7 sebab cedera leher padahal jumlah rondenya 15. Debut ini dilaksanakan di Florida, Amerika Serikat. Setahun kemudian, tepatnya pada 25 Mei 1965 pertandingan ulang antara Muhammad Ali dan Sonny Liston dilaksanakan.

Publik dan penggemar Muhammad Ali terkejut, ketika Muhammad Ali nan saat itu masih menggunakan nama lahirnya tiba-tiba saja mengumumkan dia telah memeluk agama Islam sekaligus mengumumkan nama baru Islamnya nan pada saat itu masih asing di Amerika. Muhammad Ali masuk Islam setelah masuk kelompok Nation of Islam . Setelah publikasi nan mengejutkan ini, karier bertinjunya sedikit redup dan mendapatkan subordinat meskipun demikian ia tetap memeluk agama Islam dan memenangkan medali emas di Olimpiade Roma, Italia.



Anti Wajib Militer

Kontroversialnya Muhammad Ali tidak hanya publikasi mendadak sebagai muslim. Dia berani melawan program dan peraturan wajib pemerintah Amerika Perkumpulan bagi tiap warganya, yaitu wajib militer buat menghadapi perang Vietnam. Dia menolak dengan alasan tidak punya masalah dengan orang-orang Vietcong, apalagi mereka tak pernah memanggil Muhammad Ali dengan sebutan Nigger.

Kontan saja, Komisi Tinju sempat melarang Muhammad Ali bertinju selama empat tahun di Amerika dan membatalkan semua gelar nan pernah didapatkannya dengan susah payah termasuk gelar kampiun dunia. Namun, sebab embargo ini hanya dibatasi oleh wilayah negara, Muhammad Ali masih dapat tetap bertinju dan mempertahankan gelar kampiun global di luar negeri. Terbukti beberapa kali dia bertanding dengan Karl Mildenberger, Brian London, Henry Cooper, dan George Chuvalo.

Larangan bertanding di Amerika ini akhirnya dicabut oleh pemerintah setelah pihak Muhammad Ali melakukan banding tepat ketika dia berusia 25 tahun. Pertandingan pertamanya setelah dilarang bertinju melawan Ernie Terrel. Lagi-lagi Muhammad Ali mendapatkan tindakan subordinat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) Terrel enggan menyebut lawannya Muhammad Ali sebab memeluk Islam.

Namun, itu bukan Masalah bagi Muhammad Ali,menang angka telak dari Ernie Terrel di pertandingan itu menjadi balasan setimpal dan memberikan pesan moral kepada publik bahwa subordinat SARA tidak akan mendapatkan loka dimanapun termasuk di global tinju.



Muhammad Ali Juga Manusia

The greatest, begitu julukan nan diberikan penggemar dan penonton tinju kepada Muhammad Ali. Julukan itu mengesankan bahwa Muhammad Ali ialah nomer satu pada saat itu. Namun, sehebat-hebatnya Muhammad Ali, tetap saja dia manusia nan dapat dikalahkan. Pada 8 Maret 1971 dia kalah angka melawan Joe Fraizer pada pertandingan tinju nan digelar di New York.

Otomatis gelar kampiun global berpindah dari tangannya. Tiga tahun setelah Muhammad Ali kehilangan gelar kampiun dunia, dia memenangkan kembali gelar WBC ( World Boxing Competition ) dan WBA ( World Boxing Association ) setelah sukses mengalahkan George Foreman di Kinsasha, Zaire pada ronde ke-8, mengulang kesuksesan debutnya nan sukses mengalahkan versus sebelum ronde ke-10.

Barulah Muhammad Ali mendapatkan versus nan tangguh, pertandingan nan panjang dan menegangkan selama 14 ronde ketika dipertemukan kembali dengan Joe Fraizer di Kota Manila atas inisiasi Presiden Filipina, Ferdinand Marcos pada tanggal 1 Oktober 1975. Luar biasa, Muhammad Ali sukses membalas kekalahan pada pertandingan ini.

Prestasi Muhammad Ali semakin mengkilap sebab menjadi petinju pertama nan meraih tiga gelar secara beruntun pada tanggal 15 September 1978 dengan mengalahkan Leon Spink. Tak lama setelah mendapatkan berbagai gelar dan prestasi nan cemerlang, Muhammad Ali menyatakan pensiun dari global tinju. Namun, pada 2 Oktober 1980, dia kembali naik ring malawan Harry Holmes. Patut disesalkan, Muhammad Ali harus kalah dalam pertandingan setelah pensiunnya di ronde 11.

Usia nan tidak muda lagi, kemampuan bertinjunya nan semakin menurun hingga tidak lama setelah kekalahan dari Harry Holmes, Muhammad Ali divonis punya penyakit parkinson . Anehnya, meskipun Don King, penganjur tinju nan terkenal itu mengetahuinya, dia enggan mengatakannya kepada publik setelah Muhammad Ali melakukan tes medis.

Setelah kalah dan pengidap penyakit parkinson, alih-alih menyatakan pensiun Muhammad Ali malah bertanding lagi pada 11 Desember 1981 dengan Trevor Berbick di Bahama. Pada pertandingan ini Muhammad Ali tetap memberikan perlawanan terbaik dan penampilan nan tidak mengecewakan penonton terutama penggemarnya, meskipun ia sedang sakit. Tragis, di pertandingan terakhir selama karier bertinjunya ini Muhammad Ali kalah pada ronde ke-10.