Jalan Pahlawan

Jalan Pahlawan

'Surabaya oh Surabaya kota perjuangan'. Itulah salah satu bait sebuah lagu tentang Surabaya. Sebagai kota perjuangan Surabaya masih memiliki beberapa peninggalan sejarah nan masih dapat dinikmati hingga sekarang. Tulisan ini pun sedikit banyak akan membahas surabaya map dan sajian khasnya.

Walaupun Surabaya itu panas, banyak nyamuk, bising, macet di mana-mana, tetapi banyak juga orang nan tertarik buat ke Surabaya. Apalagi dengan banyaknya industri, pertokoan-pertokoan dari skala kecil hingga skala besar nan menjual perlengkapan dan peralatan industri serta adanya WTC (World Trade Center) loka menyelenggarakan berbagai pameran taraf nasional maupun internasional, membuat Surabaya seperti gula manis nan mengundang semut.



Jalan Semut

Bicara tentang semut, ternyata Surabaya memiliki daerah nan bernama Semut. Dari bandara Juanda pergilah ke Hotel Semut nan berada di jalan Semut. Kira-kira hanya akan memakan waktu 15 menit buat mencapai hotel ini. Hotel ini akan memberikan nilai romantisme nan tinggi saat Anda berada di Surabaya.

Hotel sederhana, tapi membawa karakteristik khas kekunoan nan kental. Gedung hotel berbentuk rumah besar zaman Belanda dengan atap tinggi, pintu dan ventilasi nan besar-besar. Rona hotel nan kuning gading membuat hotel ini semakin menampakan perbedaan makna kekunoannya.

Hotel ini tak mempunyai terlalu banyak kamar. Tapi dengan ukuran kamar nan cukup besar (4x5 m) akan membuat Anda merasa lega. Fasilitas kamar baku saja, tapi perabotannya terkesan kuno, misalnya, lemari-lemari, meja, kursi terbuat dari jati dengan rona gelap. Desain hotel juga seperti rumah zaman tempo dulu. Tinggal di hotel ini seperti tinggal di rumah keluarga Belanda zaman dulu.

Dari hotel Semut, pergilah dan kunjungilah tempat-tempat menarik nan ada di daerah Semut . Daerah Semut ialah loka wisata masakan nan cukup terkenal di Surabaya. Ada pasar dan banyak ruko, mal, dan hotel. Tiap malam minggu, jalan Semut tersebut di tutup dari semua aktifitas kendaraan.

Jalan tersebut hanya diperuntukan bagi para pejalan kaki nan akan menikmati beraneka macam makanan tradisional Surabaya. Misalnya, rawon, rujak cingur, tahu tek, lontong mie, soto Madura, sup kikil, soto ambengan, krengsengan, kare kambing, dan petis.

Di salah satu perempatan di jalan Semut itu ada satu penjual pecel khas Surabaya dengan lauk peyek kacang dan peyek bayam. Penjual tersebut hanya melayani konsumen pada pagi hari dari pukul 6 - 7. Pembelinya ramai sekali. Jadi kalau ingin mencicipi pecel ini harus datang lebih pagi dari jam bukanya sebab antreannya panjang.



Pasar Atom

Selain di Jalan Semut, loka wisata masakan nan terkenal ialah pasar Atom atau pasar Atum. Pasar Atom ialah daerah pecinan. Pasar ini cukup higienis dan berbagai makanan khas Surabaya akan sangat mudah ditemui di sini. Selain makanan, aneka kerajinan, seperti, sepatu, tas, pakaian juga dapat dibeli di sini.



Jalan Pahlawan

Bila sudah puas makan, jalan-jalanlah di sekitar Jalan Pahlawan. Di sepanjang jalan ini Anda dapat menikmati gedung Bank Indonesia nan besar, megah, dan kuno. Ini ialah salah satu dari beberapa gedung milik BI nan dapat dikunjungi oleh publik. Nikmatilah ornamen dan kekhasan arsitektur jaman Belanda nan begitu menakjubkan.

Setelah itu, kunjungilah tugu pahlawan. Ada beberapa hal menarik nan dapat Anda nikmati di sana, seperti pemandangan kota nan latif dan tugu pahlawan sendiri nan megah yang kokoh. Tugu pahlawan terletak dekat kantor gubernur Jawa Timur.

Tugu ini penuh dengan nilai perjuangan dan semangat arek-arek Suroboyo. Mengunjungi tugu pahlawan ini seperti bisa merasakan betapa semangat pantang menyerah itu merasuki jiwa-jiwa orang-orang Surabaya dari dulu hingga sekarang.



Kampung Peneleh

Selain itu, Surabaya memiliki makam-makam kuno, masjid-masjid nan juga sudah berusia tua, dan kawasan kota tua nan merupakan kampung orisinil Surabaya, kampung Peneleh. Di kampung Peneleh ini, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan rumah-rumah kuno, masjid kuno, dan majemuk kekhasan Surabaya lainnya. Surabaya tidak ada matinya. Surabaya memang menarik. Surabaya patut masuk ke dalam agenda kunjungan Anda selanjutnya.



Surabaya Map - Sejarah Kota Surabaya

Di balik Surabaya map tersimpan kisah sejarah. Surabaya secara resmi berdiri pada tahun 1293. Tanggal peristiwa nan diambil ialah kemenangan Raden Wijaya, Raja pertama Mojopahit melawan pasukan Cina. Peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat krusial sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai nan dipenuhi perahu-perahu nan berlayar menuju pelosok Surabaya.

Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan buat merebut kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek Suroboyo sukses menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit) nan saat itu menjadi simbol kolonialisme. Karena kegigihannya itu, maka setiap tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai hari Pahlawan.

Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti nan tercantum dalam prasasti Trowulan I berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa ditepian sungai Berantas sebagai salah satu loka penyeberangan krusial sepanjang sungai tersebut.

Surabaya (Churabhaya) juga tercantum dalam pujasastra Negara Kertagama nan ditulis oleh Mpu Prapanca tentang perjalanan pesiar baginda Hayam Wuruk pada tahun 1385 M dalam pupuh XVII (bait ke 5, baris terakhir)

Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M Pprasasti Trowulan) dan 1365 M (Negara Kertagama), para pakar menduga bahwa Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut.

Menurut hipotesis Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai loka pemukiman baru bagi prajuritnya nan sukses menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M. Hipotesis nan lain mengatakan bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh.

Versi lain mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hayati dan wafat Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Syahdan setelah mengalahkan tentara Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah Keraton di Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono buat memimpin daerah itu. Lama-lama sebab menguasai ilmu Buaya, Jayengrono makin kuat dan berdikari sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono diutuslah Sawunggaling nan menguasai ilmu Sura. Adu kekuatan dilakukan dipinggir sungai Kalimas dekat Peneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, sebab keduanya meninggal kehabisan tenaga.

Kata " SURABAYA " juga sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air, antara tanah dan air. Selain itu dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), nan menimbulkan dugaan bahwa nama Surabaya muncul setelah terjadinya peperangan antara ikan Sura dan Buaya (Baya)

Supaya tak menimbulkan kesimpang-siuran dalam masyarakat maka Walikotamdya Kepala Daerah Taraf II Surabaya, dijabat oleh Bapak Soeparno, mengeluarkan Surat Keputusan No. 64/WK/75 tentang penetapan hari jadi kota Surabaya. Surat Keputusan tersebut menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai tanggal hari jadi kota Surabaya. Tanggal tersebut ditetapkan atas kesepakatan sekelompok sejarahwan nan dibentuk oleh Pemerintah Kota bahwa nama Surabaya berasal dari kata "Sura ing Bhaya” nan berarti " Keberanian menghadapi bahaya " diambil dari babak dikalahkannya pasukan Mongol oleh pasukan Jawa pimpinan Raden Wijaya pada tanggal 31Mei 1293.

Tentang simbol kota Surabaya nan berupa ikan Sura dan Buaya terdapat banyak sekali cerita. Salah satu nan terkenal tentang pertarungan ikan Sura dan Buaya diceritakan oleh LCR. Breeman seorang pimpinan Nutspaarbank di Surabaya pada tahun 1918.

Masih banyak cerita lain tentang makna dan semangat Surabaya. Semuanya mengilhami pembuatan lambang-lambang Kota Surabaya. Lambang kota Surabaya nan berlaku sampai saat ini ditetapkan oleh DPDRS kota besar Surabaya nan keputusan No. 34/DPRS tanggal 19 Juni 1955 diperkuat dengan Keputusan Presiden R.I No. 193 tahun 1955 tanggal 14 Desember 1956.