Tipe Kelapa Sawit di Kebun Kelapa Sawit

Tipe Kelapa Sawit di Kebun Kelapa Sawit

Di Indonesia, ada banyak sekali kebun kelapa sawit. Hal ini wajar karena negera kita merupakan penghasil minyak kelapa sawit paling besar di seluruh dunia. Kebun kelapa sawit menghasilkan laba sangat besar sehingga sebagian besar hutan dan perkebunan lama dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Di Indonesia, penyebarannya mulai dari wilayah Aceh, pantai timur Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi. Ingin tahu seperti apa sejarah kebun kelapa sawit di Indonesia? Berikut ini ulasannya.



Sejarah Kebun Kelapa Sawit di Indonesia

Hadirnya kebun kelapa sawit di Indonesia memiliki sejarah nan sangat panjang. Pada 1848, pemerintah Hindia Belanda mendatangkan kelapa sawit ke Indonesia. Waktu itu, biji-bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sedangkan residu benihnya ditanam di pinggir-pinggir jalan di darah Deli, Sumatera Utara, pada 1870-an, buat dijadikan tanaman hias.

Di saat nan bersamaan, permintaan minyak botani meningkat dampak terjadinya Revolusi Industri pada pertengahan abad ke-19. Dilatarbelakangi oleh hal inilah lalu muncul ide buat membuat perkebunan sawit dengan mengambil tumbuhan seleksi dari Deli dan Bogor. Di sinilah dikenal jenis sawit bernama deli dura.

Pada 1911, buah kelapa sawit sudah mulai diperjualbelikan dan dibudidayakan secara komersil. Budidaya ini diprakarsai oleh seorang berkebangsaan Belgia bernama Adrien Hallet dan diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia dibangun di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh dengan luas perkebunan sekitar 5.123 ha.

Sementara itu, pusat pemuliaan serta penangkarannya didirikan pada 1911-1912 di Marihat atau dikenal dengan sebutan AVROS, Sumatera Utara dan di daerah Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya. Di Malaya, perkebunan kelapa sawit dibuat pertama kali pada 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor. Benih nan digunakan ialah benih dura Deli dari Rantau Panjang.

Di Afrika Barat, penanaman secara besar-besaran kelapa sawit baru dilakukan pada 1910. Sampai menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda disebut sebagai pemasok nomor satu minyak sawit dunia. Lalu, sejak pendudukan Jepang, produksi minyak sawit mengalami penurunan sangat tajam.

Berbagai upaya buat kembali meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan pada masa Republik, salah satunya dengan program bernama Burmil (Buruh Militer). Program ini ternyata tidak mampu meningkatkan hasil produksi sehingga pemasok primer sawit diambil alih oleh Malaya atau Malaysia.

Pada era Orde Baru, ekspansi area penanaman kelapa sawit kembali digalakkan dan dipadukan juga dengan sistem PIR perkebunan. Ekspansi aea perkebunan sawit ini terus berlangsung dampak naiknya harga minyak bumi sehingga peranan minyak botani menjadi meningkat sebagai energi alternatif.

Hingga saat ini, sejumlah pohon kelapa sawit nan ditanam di Kebun Nabati Bogor masih hidup. Tinggi pohonnya dapat mencapai 12 meter dan termasuk sebagai kelapa sawit paling tua di Asia Tenggara nan berasal dari Benua Afrika.



Kebun Sawit - Syarat Hayati dan Pemerian Nabati Kelapa Sawit

Habitat orisinil dari kelapa sawit ialah di daerah semak belukar dan mampu tumbuh dengan maksimal di daerah tropis. Tanaman sawit ini dapat tumbuh secara paripurna pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan bahari nan kelembabannya sekitar 80-90%.

Kelapa sawit ini berbentuk pohon nan tingginya dapat mencapai sekitar 24 meter. Sementara itu, akar serabut tanaman sawit ini mengarah ke bawah dan ke samping. Ada juga sejumlah akar napas nan tumbuhnya mengarah ke samping atas buat memperoleh tambahan aerasi.

Bagian daunnya sama seperti jenis palma nan lain, yaitu berbentuk tersusun beragam menyirip. Rona daunnya hijau tua, sedangkan pelepahnya berwarna sedikit lebih muda.

Dilihat dari penampilannya, pohon kelapa sawit ini menyerupai tanaman salak, tetapi durinya tak begitu tajam dan keras. Di bagian batangnya diselimuti bekas pelepah sampai umur kira-kira 12 tahun. Setelah berusia 12 tahun, pelepah akan mengering dan terlepas sehingga bentuk pohon ini menyerupai pohon kelapa.

Di bagian bunga, tanaman kelapa sawit ini memiliki kembang jantan dan betina. Keduanya terpisah tetapi berada di satu pohon ( monoecious diclin ) dan mempunyai masa pematangan nan berbeda-beda. Akibatnya, sporadis sekali terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan bentuknya lancip dan panjang, sedangkan kembang betina bentuknya lebih besar dan mekar.

Buah kelapa sawit memiliki rona nan bervariasi seperti hitam, ungu, sampai merah. Semuanya bergantung pada bibit nan dipakai. Buah kelapa sawit ini menghasilkan minyak dan kandungan minyak akan bertambah sinkron dengan kematangan buah. Sesudah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas atau FFA (Free Fatty Acid) akan naik sehingga bauh kelapa sawit akan rontok.

Pada dasarnya, buah kelapa sawit terdiri atas 3 lapisan, yaitu:

  1. eksoskarp, yaitu bagian kulit buah nan wernanya merah dan licin;
  2. mesoskarp, yaitu serabut buah; dan
  3. endoskrap, yaitu cangkang pelindung inti.

Inti sawit nan disebut kernel atau sebenarnya berupa biji ini ialah endosperma serta embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas sangat tinggi. Nah, kelapa sawit ini berkembang biak secara generatif. Semenatara itu, buah kelapa sawit nan sudah matang, embrionya pada kondisi eksklusif akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) serta bakal akar (radikula).



Tipe Kelapa Sawit di Kebun Kelapa Sawit

Pada dasarnya, kelapa sawit nan dibudidayakan di perkebunan kelapa sawit ini terdiri atas dua jenis, yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Jenis E. guineensis ialah nan paling banyak dibudidayakan orang. Kedua jenis kelapa sawit ini mempunyai kelebihan masing-masing. E. guineensis produksinya sangat tinggi, sedangkan E. oleifera kelebihannya yaitu mempunyai tinggi tanaman nan rendah.



Hasil Tanaman di Kebun Kelapa Sawit

Hasil tanaman perkebunan sawit berupa minyak sawit banyak dimanfaatkan buat bahan standar minyak makan, sabun, margarin, industri baja, kosmetika, kulit, radio, dan industri farmasi. Selain itu, ada banyak lagi kegunaan dari minyak sawit ini karena keunggulan sifat nan dipunyai, yakni tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, bisa melarutkan bahan kimia nan tidak larut oleh bahan pelarut nan lain, memiliki daya melapis sangat tinggi, dan tak mengakibatkan iritasi pada kulit.

Bagian nan terpopuler dari perkebunan kelapa sawit buat diolah ialah buahnya. Bagian daging buah ini ialah penghasil minyak kelapa sawit mentah nan kemudian diolah menjadi bahan standar minyak goreng serta majemuk jenis turunannya. Nilai tambah minyak botani dari sawit yaitu harganya nan murah, rendah kolesterol, dan mempunyai kandungan karoten nan tinggi. Minyak sawit pun bisa diolah menjadi bahan standar margarin.

Sementara itu, minyak inti dari buah kelapa sawit ini dijadikan sebagai bahan standar minyak alkohol dan juga industri kosmetika. Bunga serta buahnya berupa tandan dan memiliki banyak cabang. Buah ini bentuknya kecil, daging buahnya padat, dan berwarna merah kehitaman jika sudah masak.

Daging dan kulit buahnya pun mengandung minyak nan dimanfaatkan buat bahan standar minyak goreng, lilin, dan sabun. Ampas dari huah sawit nan disebut bungkil inti sawit biasa dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan sebagai salah satu bahan buat membuat makanan ayam, sedangkan tempurungnya dipakai buat bahan bakar serta arang.

Lalu, bagaimana proses mengolah buah kelapa sawit? Buah ini diolah dengan melunakkan bagian daging buah pada temperaur 90 derajat Celcius. Jika sudah melunak, daging dipisahkan dari bagian inti serta cangkang dengan pressing nan dilakukan di mesin silinder berlubang.

Lalu, daging inti dan cangkang dipisahkan juga dengan cara pemanasan menggunakan teknik pressing. Selanjutnya, dialirkan ke lumpur sehingga residu cangkang menuju ke bagian bawah lumpur tersebut. Nah, residu dari pengolahan sawit di kebun kelapa sawit ini begitu potensial dijadikan bahan campuran makanan ternak dan juga bisa difermentasikan menjadi kompos.