Sikap Subordinat Miscegenation

Sikap Subordinat Miscegenation

Subordinat ialah perlakuan tak adil nan diterima oleh seseoang atau sekelompok orang. Salah satu bentuk subordinat nan paling sering terjadi ialah subordinat rasial. Orang nan mengalami subordinat rasial akan ditempatkan lebih rendah harkat dan martabatnya dibandingkan dengan ras nan lainnya.

Diskriminasi rasial ini sudah terjadi selama ratusan tahun bahkan ribuan tahun, sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Sejarah mencatat peperangan dapat terjadi dikarenakan ras nan satu merasa lebih unggul dibandingkan ras lainnya. Bangsa-bangsa Eropa berkulit putih pada abad pertengahan misalnya, melakukan perluasan dan penjajahan terhadap bangsa-bangasa di Afrika, Asia, dan Amerika.

Selain sebab faktor keinginan buat menguasai harta kekayaan di daerah baru tersebut, bangsa-bangsa Eropa tersebut juga merasa memiliki keunggulan ras dibandingkan dengan ras bangsa jajahannya. Peristiwa penjajahan tersebut berlangsung hingga awal abad ke-20-an, namun tindakan rasisme ternyata masih belum hilang sepenuhnya bahkan hingga saat ini.

Rasisme ialah suatu doktrin nan menyatakan bahwa disparitas ras manusia menentukan pencapaian budaya suatu individu atau bangsa, oleh karenanya doktrin ini menganggap suatu ras eksklusif dapat jadi lebih superior daripada ras nan lainnya sehingga memiliki hak buat mengatur ras nan lainnya.

Bentuk tindakan subordinat rasial ini berbeda-beda, namun secara generik terdiri dari:



Sikap Subordinat Etnosentrisme

Sikap subordinat ras nan pertama ialah etnosentrisme, yaitu pandangan nan merasa bahwa kelompoknya sendiri ialah pusat segalanya, sehingga semua kelompok nan lainnya selalu dibandingkan dan dinilai sinkron dengan baku kelompoknya. Maka dengan demikian etnosentrisme selalu menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan nan paling baik.

Orang nan berprinsip etnosentris cenderung kurang kurang berteman sebab hanya berteman dengan kalangannya saja, tak mau membuka wawasan, dan fanatik, pemeluk agama nan fanatik.

Di masa lalu, banyak peperangan nan terjadi dikarenakan sikap etnosentrisme ini. Salah satu faktor penyebabnya dikarenakan belum majunya teknologi komunikasi dan transportasi, sehingga hubungan lintas budaya masih minim terjadi. Namun pada kenyataannya, praktik subordinat ras seperti ini masih terjadi pada era modern seperti nan terjadi di Afrika Selatan dengan politik apartheidnya sebelum dihapus pada 1994.

Pada saat apartheid masih diberlakukan, disparitas ras dilembagakan melalui undang-undang. Akibatnya, seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadi dibedakan berdasarkan ras dan rona kulitnya. Sekolah, loka umum, loka ibadah, bahkan toilet pun berbeda, ada nan spesifik buat warga berkulit hitam dan ada nan buat warga kulit putih. Akibatnya nan menderita ialah warga berkulit hitam sebab mereka hanyalah warga kelas dua di tanah kelahirannya sendiri.

Namun setelah dihapusnya apartheid ini, keadaan berbalik 180 derajat, nama-nama kota nan berbau kulit putih dihapus dan diganti, tanah-tanah dan kebun milik warga kulit putih diserobot oleh warga kulit hitam, warga kulit putih kini berada di bawah tekanan warga kulit hitam. Pendek kata, subordinat ras masih menjadi PR besar bagi Afrika Selatan.



Sikap Subordinat Xenophobia

Sikap subordinat ras berikutnya ialah xenophobia. Xenophobia berasal dari kata Yunani, xenos dan phobos. Xenos artinya orang asing, dan phobos artinya ketakutan. Jadi xenophobia ialah ketakutan nan hiperbola terhadap orang asing, atau segala sesuatu nan berbau asing. Contoh konkret sikap xenophobia ini ialah kejadian pasca perhelatan Piala Global di Afrika Selatan 2010 lalu.

Sikap ketakutan nan hiperbola terhadap orang asing tersebut dapat berubah menjadi aksi anarki seperti nan terjadi dua tahun sebelum perhelatan tersebut dimulai tepatnya pada bulan Maret 2008. Pada waktu itu korban tewas bahkan mencapai 62 orang sebab diserang massa nan ketakutan nan tak fundamental tersebut.

Pada saat Piala Global 2010 usaipun terjadi aksi serupa tepatnya pada 12 Juli 2010 di daerah Khayelietsha kota Cape Town. Sekelompok orang melakukan teror terhadap para pedagang asal Somalia, Zimbabwe, Nigeria, Mozambik, dan negara Afrika lainnya sehingga mereka takut buat membuka toko atau menggelar dagangannya. Para warga nan terjangkit Xenophobia tersebut melakukan ancaman dan meneror para pendatang. Bukan itu saja, mereka juga menjarah barang-barang nan ada di toko.



Sikap Subordinat Miscegenation

Miscegenation ialah sikap diskriminasi nan menolak terjadinya interaksi antar ras, termasuk dalam hal kawin campur antar ras nan berbeda. Sikap ini sangat menjaga kemurnian rasnya dan berusaha sekuat mungkin agar tak “terkotori” oleh kawin campur antar ras. Sejarah mencatat Hitler dengan nazinya ialah kelompok nan sangat mendukung sikap miscegenation ini. Ia berpandangan bahwa ras arya ialah ras nan paling unggul di dunia, oleh sebab itu harus dijaga kemurnian rasnya.

Oleh sebab itulah pada saat ia berkuasa ribuan nyawa non arya seperti yahudi, turki, gypsi dan lain-lain menjadi korban sikap politik subordinat nan ia terapkan. Hingga akhir hayatnya Hitler dan holocaust telah menelan korban tidak kurang berjumlah enam juta jiwa.

Di Amerika Perkumpulan pernah fertile organisasi nan bersikap subordinat terhadap ras klulit hitam nan bernama Ku klux Klan. Kelompok rasis ini berkeyakinan bahwa kulit putih ialah ras nan terbaik di dunia. Mereka mendirikan organisasi Ku klux Klan ini dengan maksud buat berjuang memberantas ras kulit hitam danras minoritas lainnya di Amerika seperti Yahudi, Muslim, India, China dan Katolik Roma.

Organisasi Ku Klux Klan ini dinyatakan terlarang oleh pemerintah AS empat tahun setelah berdirinya. Namun pada kenyataannya, aksi teror, pembakaran dan pembunuhan terus terjadi. warga kulit putih nan menjadi pelindung kulit hitampun dijadikan sasaran.

Hingga saat ini organisasi Ku klux Klan masih sering meneror warga walau intensitasnya sudah jauh berkurang seperti nan terjadi di tepi Sungai Pearl Sun sekitar 90 kilometer sebelah utara New Orleans, Louisiana. Seorang wanita tewas oleh kelompok Ku Klux Klan saat akan pergi meninggalkan ritual pelantikan anggota Ku klux Klan di Louisiana, AS.

Jasadnya ditemukan di balik semak-semak pinggir jalan, beberapa kilometer dari loka ritual upacara pengangkatan anggota baru Ku klux Klan dilakukan. Saat polisi datang ke lokasi, 8 orang anggota Ku klux Klan ditangkap beserta sejumlah beberapa bendera organisasi, senjata api, dan enam jubah khas Ku klux Klan.

Sikap subordinat ras miscegenation ini bisa mengakibatkan proses asimilasi tak bisa berjalan dengan baik. Padahal asimilasi sangat diperlukan terutama di negara-negara nan multikultural seperti Indonesia ini.



Sikap Subordinat Stereotipe

Stereotipe termasuk bentuk dari sikap subordinat ras, karena menilai seseorang hanya berdasarkan persepsi kepada kelompok di mana orang tersebut berasal. Stereotip dapat juga diartikan sebagai sikap mengeneralisir terhadap suatu kelompok tertentu. Jadi tidak krusial apa dan bagaimana sesungguhnya seseorang di mata pengikut sikap subordinat ras ini.

Apa pun dan bagaimana pun nan dilakukan orang lain, maka tidak mempengaruhi evaluasi terhadap orang tersebut, karena mereka telah memiliki evaluasi tersendiri nan bersikap general. Saat ini sikap subordinat stereotip ini masih sering dijumpai di berbagai tempat.

Orang-orang berwajah Asia Tenggara nan berkulit coklat seringkali mendapatkan perlakuan tak simpatik saat berbelanja di negara-negara Eropa dan Amerika. Sebab orang kulit putih tersebut beranggapan orang-orang Asia tenggara ialah ndeso, norak, kampungan dan miskin, jadi tidak perlu dilayani dengan baik.

Demikian pula nan dialami para pemain bola berkulit hitam atau mereka beragama Islam di ilga-liga sepak bola Eropa. Kata-kata “negro” nan mengacu pada pemain bola berkulit hitam dan “teroris” nan ditujukan pada pemain sepak bola muslim seringkali terjadi di lapangan hijau, baik nan diucapkan oleh sesama pemain maupun oleh penonton.

Kasus nan terjadi pada pemain sepak bola asal Perancis keturunan Aljazair, Zinedine Zidane maupun pemain internasional klub kaya Inggris Manchester United Patrice Evra ialah contohnya bagaimana agama dan rona kulit sering menjadi target sikap diskriminasi ini.