(Rambut) Emo Vs Skinhead-Punk (Mohawk)

(Rambut) Emo Vs Skinhead-Punk (Mohawk)

Menurut filosofi Jawa rambut merupakan sebuah mahkota nan sangat berharga dan harus dijaga. Sebab rambut merupakan bagian dari tubuh nan terletak di kepala (bagian tubuh nan paling berharga dan sakral). Hal ini terlihat adanya larangan-larangan buat tak melangkahi kepala seseorang nan sedang tidur maupun duduk. Salah satu gaya rambut nan sempat menjadi tren adalah rambut emo .

Rambut dapat dikatakan sebagai sebuah representasi dari etos seseorang. Misalnya, rambut nan pendek dan rapi merepresentasikan orang nan memilih buat berada dalam kungkungan anggaran nan sudah menjadi konvensi masyarakat. Sedangkan, rambut panjang merepresentasikan orang nan ingin keluar dari batas-batas aturan, liar, berada di luar mainstream dan memiliki ideologi nan kuat.

Banyak orang nan memilih buat memotong rambutnya dengan alasan agar dapat mendapatkan pekerjaan. Anggaran atau syarat-syarat buat bekerja dengan rambut pendek dan rapi tersebut membuat filosofi makna rambut tak berguna lagi. Manusia memotong atau memanjangkan rambut bukan sebab alasan prinsip atau suatu dasar nan dalam, namun dengan suatu alasan nan bersifat elastis. Seiring perkembangan zaman, mode, dan gaya hayati pun semakin berkembang.

Tidak hanya atribut-atribut di luar tubuh manusia nan semakin berkembang. Model rambut pun juga semakin mengalamai perkembangan, seperti rambut emo, mohawk, spyke, shaggy, dan sebagainya. Rambut tak lagi mengandung sebuah makna filosofis, namun hanya sebagai sebuah mode dan gaya berpenampilan. Makna filosofis tersebut hilang kesakralannya seiring dengan pergeseran nilai-nilai atau prinsip nan ada di dalamnya.

Seperti halnya nan terjadi pada rambut emo. Model rambut emo ialah sebuah gaya rambut dengan belahan di samping dan poni panjang nan tersisir ke samping menutupi sebelah mata. Bagian belakang biasanya dicukur lebih pendek.

Rambut emo nan awalnya muncul sebagai salah satu bagian dari subkultur emo, saat ini sudah tak bermakna seperti awal mula munculnya subkultur ini. Untuk mengetahui pergeseran nilai filosofis menjadi nilai praktis rambut emo, sebaiknya terlebih dahulu kita membaca sejarah kemunculan subkultur emo tersebut.



Sejarah Subkultur Emo

Sebelum dinyatakan oleh berbagai kalangan sebagai subkultur (layaknya Skin-head Punk), emo awalnya ialah sebuah gerakan di dalam musik. Pada skitar tahun 80-an emo muncul pertama kali di Washington D.C. Musik emo ini muncul sebagai sebuah protes dampak maraknya kekerasan nan terjadi di kalangan hardcore-punk.

Selain itu, emo merupakan sebuah aktualisasi diri kekecewaan terhadap punggawa musik hardcore-punk saat itu, yakni Ian MacKaye dan Minor Threat. Mereka menganggap bahwa dua punggawa musik punk tersebut telah melenceng dari prinsip bermusik sebelumnya. MacKaye dan Minor Threat telah mengubah fokus musiknya nan menjadi cenderung mengandung kepentingan politik individual daripada komunitas.

Akibat rasa kekecewaan dan sebagai protesnya terhadap musik punk tersebut, maka band-band emo muncul, seperti Rites Of Springs nan muncul pada tahun 1984. Musik mereka merupakan sebuah representasi dari sebuah keinginan buat bebas dan lepas dari batasan-batasan hardcore-punk. Dengan gitar nan melodius, ritme nan bervariasi, dan lirik nan sangat penuh luapan emosi pribadi, akhirnya emo muncul sebagai suatu genre baru di dalam bermusik.

Nama emo sendiri berasal dari kata emotional hardcore atau emocore, nan berarti sebuah perasaan nan diekspresikan melalui musik nan keras. Namun, nama emo itu sendiri masih menjadi sebuah pertanyaan sampai saat ini. Sebab, para punggawa band emo tersebut enggan di panggil dengan nama emo. Mereka menganggap bahwa musik mereka masih bagian dari punk.

Hal ini sama dengan kasus aliran musik grunge, nan identik dengan band Nirvana. Namun, Nirvana sendiri menganggap dirinya sebagai Punk. Namun, pemberian nama emo atau grunge nan sudah menjadi Norma masyarakat atau menonton akhirnya diterima sampai saat ini.

Seiring dengan perkembangannya emo tak hanya merupakan genre musik, namun telah masuk ke dalam sendi-sendi budaya dan gaya hidup. Pada tahun 1990-an hingga tahun millenium baru, tren emo semakin dikenal dan digemari banyak orang khususnya remaja.

Gaya rambut emo, dengan tindik di bagian alis mata atau bibir serta eye liner menjadi karakteristik khas subkultur ini.Berbagai macam atribut dan karakteristik khas nan semakin beraneka ini, justru membuat prinsip awal emo munculnya emo itu berubah. Emo nan awalnya merupakan antitesis dari punk, kini telah berubah mejadi sebuah gaya hayati pop nan pragmatis.

Segala atribut nan digunakan dan gaya nan mereka kenakan tak lagi menjadi sebuah representasi terhadap musik punk nan pada tahun 1980-an mengalami pergeseran fokus dari komunitas menjadi kepentingan politik individual. Saat ini, emo sebagai subkultur, telah berubah menjadi sebuah subkultur kalangan elitis.

Sebab, atribut nan digunakan lebih bersifat menunjukkan kemewahan. Model rambut emo pun, bukan sekedar rambut dengan potongan acak-acakan. Untuk memiliki potongan rambut emo nan bagus, Anda harus datang ke salon-salon nan memang bagus. Berbeda dengan model mohawk nan sederhana dan dapat dicukur oleh siapa saja.

Rambut emo dan segala atribut emo nan lain mulai ngetren pada awal tahun 2000-an. Banyak band-band nan diidentifikasi sebagai band emo bermunculan di tahun ini, seperti My Chemical Romance, Taking Back Sunday, Panic at The Disco!, Fall Out Boy, dan sebagainya. Kemunculan bend-band emo ini meneyebarkan gaya hayati dan mode emo.



(Rambut) Emo Vs Skinhead-Punk (Mohawk)

Dilihat dari kemunculannya, emo sebenarnya ialah kelnjutan dari dari musik punk. Seperti halnya Punk nan muncul sebagai sebuah aktualisasi diri pembangkangan dari hukum-hukum negara nan seringkali merugikan subkultur marginal, emo juga muncul sebagai sebuah representasi kekecewaannya terhapa hardcore-punk nan telah mengalami pergeseran fokus dalam bermusik.

Saat ini, Emo dan Punk menjadi sebuah subkultur nan digemari banyak anak muda. Walaupun emo merupakan anak dari punk, di antara punk dan emo ini terdapat berbagai pandangan nan berbeda. Para punkers menganggap bahwa emo merupakan sebuah kemerosotan dan kegagalan sebagai sebuah kelanjutan dari punk. Punk nan memilki ideologi teguh, yakni anti kemapanan, sangat berbeda dengan emo.

Emo cenderung lebih sebagai penyembah kemapanan nan taat. Berbagai atribut nan menunjukkan kemewahan, menandakan bahwa emo merupakan antek kapitalisme. Model rambut emo nan disisir rapi menunjukkan bahwa emo ialah penyembah kemapanan. Jika dilihat dari kata emo (tion) nan bermakna perasaan, rambut emo tersebut memang menunjukkan suatu aktualisasi diri tentang perasaan nan seringkali identik dengan sebuah kemapanan.

Mereka tak bersifat frontal dan militan seperti punk. Berbeda dengan model rambut mohawk nan berdiri tegak ke atas menandakan sebuah tantangan atau perlawanan secara terang-terangan terhadap kemapanan nan di untuk negara, namun di lain sisi seringkali merugikan bagi kelompok marginal dan minoritas.

Terlepas dari segala pandangan di atas terhadap emo, emo merupakan salah satu tren bergaya nan cukup populer saat ini. Emo dengan segala atributnya, seperti eye liner, rambut emo, sepatu converse, tindik di bagian alis mata dan bibir telah menjadi kiblat dalam bereksistensi di global modern ini.

Apa salahya emo berubah menjadi sebuah mode? Ketika emo telah menjelma menjadi sebuah mode dan gaya hidup, maka sebenarnya emo telah terlepas dari sub kultur punk nan ortodoks. Sehingga emo sebagai sebuah mode saja atau menjadi sebuh representasi perasaan sebenarnya tak perlu diperdebatkan. Namun, alangkah baiknya jika sebuah mode dan gaya hayati tersebut didasari sebuah prinsip jati diri nan kuat. Begitu halnya dengan seseorang nan bergaya rambut emo.