Wasiat Nasihat-Nasihat Ulama Syafi’i

Wasiat Nasihat-Nasihat Ulama Syafi’i

Ulama merupakan orang nan memiliki kefakihan dalam hal agama, selain itu dia ialah pemimpin dan pemuka dalam hal keagamaan. Namun, ada juga nan bilang bahwa ulama merupakan penerus para nabi. Hal ini tak salah sebab dengan ilmu seorang ulama akan senantiasa mendakwahkan ilmu agama nan dipunyainya tersebut.

Ia ibarat cahaya di tengah-tengah umat, nan membimbing umat Islam dalam segala permasalahan nan ada. Tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga masalah sosial kemasyarakatan sebab seperti nan telah diketahui bahwa agama Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga agama nan mencakup seluruh aspek kehidupan.

Nasihat ulama menjadi suatu hal nan ditunggu-tunggu dan didambakan Ibarat lentera nan bercahaya memancarkan sinarnya sebagai penerang dalam gelap malam kehidupan. Beliau ialah Imam Syafi’i. Anda tentunya sudah tak asing dengan ulama satu ini. Beliau ialah ulama besar pendiri mahzab Syafi’i. Beliau ini dapat diartikan sebagai ulama terdahulu.

Jadi, sejak dahulu kala hingga saat ini ulama terus saja ada dan semakin banyak jumlahnya. Kehadiran dan kontribusinya pun sangat dibutuhkan oleh umat. Setiap perkataannya mengandung hikmah nan patut diteladani serta dicontoh. Banyak hal nan akan didapat dengan merenungi dan mengambil hikmah-hikmah dari berbagai nasihat para ulama.



Sekemulit tentang Imam Syafi’i

Imam nan satu ini merupakan seorang bangsawan Quraisy dan keturunan jauh dari Rasulullah saw. Dia merupakan seoarang nan didik oleh ibu nan luar biasa, umur 9 tahun sudah hafal Alquran dengan lancar. Beliau ialah seorang nan sangat cerdas dan tak mau berhenti belajar. Keingintahuannya sangat besar, hingga ia mempunyai banyak sekali guru bahkan jumlahnya sebanding dengan jumlah muridnya.

Beliau dilahirkan dengan nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i nan lahir di Gaza pada tahun 150 hijriah. Beliau ialah ulama nan menguasai berbagai disiplin ilmu, tetapi lebih khusus ke dalam dua cabang ilmu, yakni ilmu hadis dan hukum. Kitab-kitab beliau pun sangat banyak jumlahnya, nan mahsyur hingga saat ini.

Banyak pula kata-kata dari beliau nan bisa kita ambil hikmahnya. Nasihat ulama satu ini tentu akan menjadi salah satu cambuk dan penyemangat kita buat melangkah di global sebagai bekal kehidupan di akhirat.



Wasiat Nasihat-Nasihat Ulama Syafi’i

Ketertarikan beliau terhadap ilmu sangatlah besar. Beliau mempunyai semangat belajar dan motivasi buat terus belajar sebab merasa ketika ia semakin dalam mendalami ilmu maka ia akan merasa bahwa ia semakin banyak nan tak ia tahu. Nasihat ulama satu ini memang kebanyakan berbicara tentang ilmu. Untuk itu, banyak hal nan bisa kita ambil darinya.

Ada beberapa wasiat beliau, antara lain sebagai berikut.



Wasiat tentang Pakar Hadis

“Jika saya melihat seseorang nan pakar hadis, seakan-akan saya melihat seseorang dari golongan sahabat Nabi saw. Mereka telah menjaga buat kita keaslian sunnah Nabi Muhammad saw, maka mereka berhak mendapat pujian dari kita. Dan fikih ialah tuannya ilmu, sebab dengannya hadits bisa dipahami.”

Berdasarkan nasihat ulama nan satu ini bisa disimpulkan bagaimana pentingnya sebuah ilmu terutama ilmu hadits. Seorang nan pakar hadis merupakan orang nan mulia dan berhak mendapatkan sebuah pujian. Untuk itu, kita dapat melihat dan merasakan bahwa orang tersebut ialah sahabat nan seakan-akan benar-benar berjumpa dengan Nabi saw. dan menjaga keaslian sunnah. Nasihat ulama ini secara tak langsung mengungkapkan bahwa pentingnya belajar tentang ilmu hadist dan keutamaan menjadi seorang pakar hadist.



Wasiat tentang Pentingnya Pakar Fikih

“Jangan sekali-kali kamu tinggal di suatu Negara atau loka nan nan di sana tak ada orang nan pakar dibidang fikih sebagai loka kamu buat menanyakan masalah agama, dan juga tak ada dokter nan bisa menjelaskan kondisi kesehatanmu.”

Nasihat ulama ini menggambarkan pentingnya kehadiran seorang pakar ilmu dalam suatu loka atau negara. Bukan hanya dalam bidang ilmu fikih atau agama, tetapi juga bidang ilmu nan lain seperti dokter. Sebagai loka buat kita bertanya dan berobat. Bayangkan bagaimana jika seandainya dalam sebuah negara tak ada orang nan pakar dalam bidang ilmu agama dan nan lainnya? Tentunya akan sangat sulit, bukan.



Wasiat tentang ilmu dan Seorang Kawan

“Kesia-siaan seorang alim ialah ketika tak mempunyai kawan, dan kesia-siaan orang bodoh ialah pikirannya nan dangkal. Dan nan lebih sia-sia dari keduanya ialah orang nan punya mitra namun tidak berakal.”

“Satu hal nan bisa menyia-nyiakan orang berilmu dan nan bisa menghilangkan posisinya sebagai seorang ‘alim ialah ketika ia tak mempunyai kawan.”

Berdasarkan hal tersebut ulama Syafi’I menegaskan tentang sebuah kesia-siaan dalam berkawan. Namun, nan patut digarisbawahi ialah bahwa hendaknya kita harus menjadi orang nan alim atau berilmu dan juga mempunyai seorang mitra nan juga berilmu, percuma saja jika memiliki mitra nan tak berakal.



Wasiat tentang Kepandaian

“Kepandaian itu terletak dalam masalah agama, bukan terletak dalam masalah keturunan, kalau saja kepandaian itu diukur dalam masalah keturunan, maka tidak ada seorang pun nan cakap seperti Fatimah putri Rasulullah saw. dan putri-putri beliau nan lain.”

Masalah kepandaian atau kepintaran sempat dilontarkan oleh Imam Syafi’i bahwa ia bukanlah sebuah keturunan. Keturunan tak menjadi karena primer dalam kepandaian, tetapi ada faktor-faktor nan lainnya. Karena jika memang keturunan menjadi faktor primer maka hanya putri-putri Rasulullah saw. sajalah nan pandai. Nasihat ulama ini menegaskan bahwa kepandaian ialah lebih ke masalah agama bukan nan lain apalagi keturunan.



Wasiat tentang Orang Alim dan Orang Bersungguh-Sungguh

“Besarnya rasa takut itu sinkron dengan kapasitas ilmunya. Tiada seorangpun nan ia takuti kecuali kepada Allah swt. Yang merasa kondusif akan marah Allah swt, dialah si-jahil. Yang merasa takut akan marah Allah swt, dialah si-arif.”

“Setiap orang nan berbicara dengan berlandaskan pada Alquran dan Hadis itulah orang- orang nan bersungguh-sungguh. Sementara orang nan berbicara dengan tanpa landasan dari keduanya itu ialah bualan saja.”

Pentingnya sebuah landasan dalam berbicara ialah dalam Alquran dan Hadis. Karena jika seseorang berbicara tanpa adanya sebuah landasan mereka hanyalah orang-orang nan membual. Berbeda dengan orang nan berbicara selalu dengan adanya landasan maka ia ialah orang nan bersungguh-sungguh.

Sungguh sangat berbeda sekali bukan antara orang nan satu dan nan lainnya. Dalam nasihat ulama ini beliau juga menegaskan bagaimana pentingnya sebuah ilmu, bagaimana disparitas orang nan alim, jahil, dan arif.



Wasiat tentang Ulama

“Pesona para ulama ialah jiwa nan mulia dan sebagai penghias pengetahuan nan dimilikinya ialah wara’ (menjauhkan diri dari sesuatu nan belum jelas) dan berlaku bijak.”

“Kefakiran Ulama ialah ikhtiar (usaha) dan kefakiran orang-orang bodoh ialah goncangan jiwanya.”

“Hendaklah ada seorang bersama pakar fikih nan bodoh sehingga ia bisa memberi pelajaran kepadanya.”

“Tingkat paling tinggi para ulama ialah ketakwaan, perhiasan mereka ialah akhlaq mulia dan pesona mereka ialah jiwa nan agung.”

“Tiada aib dalam diri para ulama nan lebih jelek dari kesenangan mereka terhadap apa nan Allah Swt. perintahkan kepada mereka buat berlaku zuhud terhadapnya.”

Dalam wasiat nan satu ini ada beberapa wasiat nan berbicara tentang ulama. Nasihat ulama ini menerangkan bagaimana dan apa ulama itu. Lebih jauh pandangan beliau tentang hakekat seorang ulama.



Wasiat Keharusan Berzikir bagi Setiap Alim

“Suatu keharusan bagi setiap orang nan alim ialah zikir, dari setiap aktivitas nan dengannya akan terjalin komunikasi antara dirinya dengan Allah swt.”

Menjadi orang alim ialah penting, tetapi ada nan lebih krusial lagi menurut Imam Syafi’I ini, yaitu senantiasa menjalin interaksi dengan Allah melalui zikir. Nasihat ulama ini memberi citra bahwa percuma menjadi orang alim jika tanpa ada ruh atau interaksi dengan Allah.

Pentingnya berzikir setiap waktu buat selalu berhubungan dengan Allah. Tak perlu panjang-panjang sebab dari sedikit nasihat ulama ini banyak nan dapat kita ambil. Sebagian besar nesihat-nasihat tersebut berbicara tentang ilmu, alim, ulama, dan hadis.

Hal ini dapat dilihat sebab beliau ialah seorang ulama nan benar-benar cinta akan ilmu dan sangat mendalami global keilmuan terutama ilmu hadis sebagai salah satu ilmu nan mendasari hukum-hukum dalam Islam.

Semoga dari sedikit nasihat ulama ini bisa membuat kita tergerak dan semakin bersemangat dalam menuntut ilmu seperti halnya Imam Syafi’I nan sangat cinta dan selalu haus dengan ilmu.