3. Upacara Pemakaman

3. Upacara Pemakaman

Seluruh global niscaya mengenal Indonesia sebab beragamnya suku bangsa dan kebudayaan di negeri ini, termasuk salah satunya ialah kebudayaan Toraja .Tak hanya penduduk lokal dari luar daerah nan ingin mengenal budaya ini, warga negara asing pun tertarik buat datang ke Indonesia mempelajari kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Toraja ialah milik suku Toraja nan terletak di daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Mayoritas penduduknya beragama Kristen, dengan total populasi sekitar 650.000 jiwa. Selain beragama Kristen, sebagian penduduknya juga ada nan beragama Islam, Hindu, dan kepercayaan Animisme.

Suku Toraja ini dikenal memiliki budaya dan adat istiadat nan sangat kuat, sehingga hal ini menambah daya tarik wisatawan buat berkunjung ke daerah ini. Suku Toraja ini juga dikenal memiliki kebudayaan-kebudayaan nan sangat unik, yaitu sebagai berikut.



1. Tongkonan

Tongkonan berasal dari bahasa Toraja nan artinya duduk. Tongkonan ini ialah rumah tradisional kebudayaan toraja nan letaknya berada di atas tumpukan kayu nan dihiasi ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning.Berdasarkan kepercayaan, Tongkonan melambangkan hubangan mereka dengan para lelujur suku Toraja.

Tongkonan ialah pusat kehidupan sosial bagi suku Toraja. Ritual nan selalu berhubungan dengan tongkonan sangatlah krusial dalam rangka kehidupan spiritual bagi suku Toraja oleh sebab itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebab Tongkonan melambangan interaksi mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat dari suku Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara nan besar.

Ada tiga jenis Tongkonan berdasarkan strata:

  1. Tongkonan Layuk ialah loka kekuasaan tertinggi, digunakan sebagai pusat pemerintahan.

  2. Tongkonan Pekamberan ialah loka buat anggota keluarga nan mempunyai peranan krusial dalam upacara adat.

  3. Tongkonan Batu ialah loka buat anggota keluarga biasa, nan tak mempunyai jabatan atau wewenang tertentu.

Seiring dengan perkembangan zaman, strata tingkatan ini mulai pudar sebab banyak warga nan kebudayaan toraja nan merantau ke daerah lain buat bekerja, setelah mereka bekerja dan mendapatkan uang, mereka dapat membangun Tongkonan nan lebih besar.



2. Ukiran Kayu

Ukiran kayu merupakan salah satu kebudayaan toraja. Mereka menyebut ukiran ini dengan Pa’ssura yang berarti tulisan. Jadi, setiap apa nan mereka ukir selalu mempunyai arti nan berbeda-beda.Motif hewan dan tanaman biasanya paling banyak digunakan oleh para suku Toraja.

Contohnya ukiran tanaman gulma air dan kepiting nan melambangkan kesuburan, kerbau melambangkan kekayaan, dan hewan air melambangkan kerja keras.Selain motif hewan dan tanaman, ukiran kayu kebudayaan toraja juga menggunakan motif alam, dengan alasan sebab alam bersifat abstrak mereka bebas mengekspresikan seni ukirannya.

Ukiran kayu suku Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai sebuah asa agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah asa agar semua keturunan keluarga akan senang dan hayati dalam kedamaian, seperti barang-barang nan tersimpan dalam sebuah kotak.

Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan buat bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan nan bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian eksklusif buat menghasilkan hasil nan baik.

Keteraturan dan ketertiban merupakan karakteristik generik dalam ukiran kayu suku kebudayaan toraja, selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, sebab alam penuh dengan abstraksi dan geometri nan teratur.Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri.



3. Upacara Pemakaman

Upacara pemakaman termasuk pada ritual nan krusial dan tergolong mahal. Dalam upacara pemakaman ini berlaku suatu sistem unik, yakni semakin kaya dan berkuasa sesorang, semakin mahal pula upacara pemakamannya.Upacara pemakaman seorang penguasa di sana biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Upacara pemakaman kebudayaan toraja nan dikenal di suku toraja ini yaitu aluk rambu solo'. Dan biasanya acara pemakaman dilaksana kan pada awal tahun, pertengahan tahun, akhir tahun. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu nan datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses nan bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat).

Waktu digelarnya upacara pemakaman ini biasanya dilakukan berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak seseorang nan akan dimakamkan meninggal dunia. Tujuannya jelas, agar keluarga dapat mengumpulkan uang dengan jumlah nan sangat besar mengingat upacara pemakaman ini memakan biaya nan sangat mahal.

Berikut akan dijelaskan mengenai cara melakukan pemakaman:

  1. Peti wafat disimpan di dalam gua; biasanya digunakan buat menyimpan mayat seluruh anggota keluarga.

  2. Peti disimpan di makam batu berukir; ini ialah loka pemakaman buat orang-orang kaya, makam ini harganya mahal dan pembuatannya nan memakan waktu sampai berbulan-bulan.

  3. Peti digantung di tebing; ini ialah loka pemakaman buat anak-anak, ataupun bayi, cara penyimpananya tali digantung di sisi tebing.

Sebuah loka prosesi pemakaman nan disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput nan luas, selain sebagai loka pelayat nan hadir, juga sebagai loka lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya nan dibuat oleh keluarga nan ditinggalkan.

Bagian lain dari pemakaman ialah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau nan disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, nan sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau buat melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau.

Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan buat meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga.



4. Musik dan Tarian

Kebanyakan tarian dan musik ini mereka pentaskan dalam upacara pemakaman. tarian mereka ialah ungkapan rasa duka cita nan mereka rasakan, sekaligus buat menghormati dan memberikan semangat kepada arwah nan telah meninggal.Tarian daerah ini dikenal dengan Tarian prajurit Ma’randing, Tarian Ma’katis, dan tarian Ma’dondan.

Ada juga kebudayaan toraja nan lainnya yaitu Tarian Ma'bugi dilakukan buat merayakan Hari Pengucapan Syukur dan tarian Ma'gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang menumbuk beras Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong nan dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma'dandan oleh perempuan.

Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong nan dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma'dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja menari. Sebuah tarian nan disebut Ma'bua hanya dapat dilakukan 12 tahun sekali. Ma'bua ialah upacara kebudayaan toraja nan krusial ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di sekeliling pohon suci.

Alat musik tradisional kebudayaan toraja ialah suling bambu nan disebut Pa'suling . Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma'bondensan , ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria nan menari dengan tak berbaju dan berkuku jari panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya, misalnya Pa'pelle nan dibuat dari daun palem dan dimainkan pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.

Ada juga alat musik nan terbuat dari bambu, dan dibuat bermacam ukuran nan ditiup nan menghasilkan bunyi nan serasi , alat musik ini dimainkan secara berkelompok, alat musik ini disebut Pompang atau Ma'pompang (bermain pompang).

Nah, kekayaan kebudayaan toraja nan terdapat di nusantara sudah seharusnya kita jaga dan lestarikan agar tak direbut oleh negara lain.