Dampak Positif Konduite Menyimpang

Dampak Positif Konduite Menyimpang

Setiap manusia mempunyai kegiatan masing-masing. Kegiatan tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu kegiatan nan positif dan negatif. Kegiatan negatif identik dengan konduite menyimpang, tetapi tahukan Anda bahwa dalam kehidupan ini juga ada contoh konduite menyimpang positif ?

Beruntunglah jika Norma nan kita lakukan merupakan kegiatan nan positif, karena tidak perlu berurusan dengan keadaan celaka.

Ketika kita melakukan kegiatan nan positif saja terkadang masih celaka, apalagi jika melakukan kegiatan negatif tentunya akan membuat orang lain risi dan dapat mencelakakan diri sendiri, tetapi perlu diketahui bahwa dalam kehidupan ini ada contoh konduite menyimpang positif nan ada di masyarakat.

Kita hendaknya mengetahui arti dan sebab-sebab terjadi konduite menyimpang tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , konduite menyimpang didefinisikan sebagai sebuah tingkah laku, perbuatan ataupun tanggapan sesorang maupun lingkungan nan bertolak belakang dengan aturan, norma-norma, serta peraturan hukum nan diberlakukan dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang ini biasanya juga identik dengan defleksi sosial. Pengertian defleksi sosial ialah perilaku-perilaku nan dianggap tak sinkron dengan kebiasaan atau nilai kesusilaan nan berlaku dalam masyarakat. Seperti, sudut pandang keagamaan dan kemanusiaan, baik nan dirasakan oleh individu atau kelompok.

Seperti nan kita ketahui, bahwa setiap tindakan nan kita lakukan selalu dibatasi oleh anggaran atau norma. kebiasaan ini berfungsi buat mengatur semua tindakan manusia agar sinkron dengan kebiasaan nan berlaku dalam masyarakat, namun terkadang masih kita jumpai tindakan atau konduite nan tak sinkron dengan kebiasaan nan berlaku di masyarakat.

Contoh kecilnya ialah ketika UN (Ujian Nasional) banyak tindakan aneh nan dilakukan oleh para siswa/siswi, mulai dari pergi ke dukun hingga melakukan ritual-ritual aneh demi lulus UN. Padahal hal ini sangat jelas sangat menyimpang dari kebiasaan nan berkembang di masyarakat.

Penyimpangan nan terjadi dalam masyarakat kita disebut dengan deviasi atau deviation dalam bahasa asing. Untuk orang nan melakukan defleksi sosial disebut dengan devian.

Jika ada konduite nan menyimpang, maka ada juga konduite nan tak menyimpang atau taat pada norma. Perilaku-perilaku nan taat pada anggaran atau disebut juga dengan nama konformitas dalam masyarakat, di mana mereka selalu berusaha buat mengikuti anggaran nan ada.

Golongan ini akan selalu mengikuti bentuk kebiasaan atau nilai nan dibuat atau berlaku dalam kelompoknya. Jika Anda pernah membaca buku punishment and reformation karya Wilnes, maka Anda akan menemukan penyebab seseorang melakukan penyimpangan.

Penyimpangan tersebut terbagi dalam dua jenis, yakni faktor subjektif dan faktor objektif. Wilnes menyebutkan bahwa faktor subjektif biasanya berasal dari dalam diri sendiri orang tersebut sehingga mereka melakukan perbuatan menyimpang.

Faktor objektif biasanya berasal dari kondisi di luar diri sendiri, dapat saja lingkungan keluarga nan tak harmonis.



Fakta-Fakta Konduite Menyimpang

Perilaku menyimpang selama ini identik dengan tindakan negatif. Padahal tak demikian. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh konduite menyimpang positif.



1. Mencoret Tembok

Ketika sekolah, kita akan mendapat sanksi ketika berani mencorat-coret tembok. Bahkan jika Anda pernah berkunjung ke situs-situs eksklusif atau loka wisata seringkali dijumpai corat-coretan dari para pengunjung. Namun, tahukah Anda jika hobi mencorat-coret mampu disalurkan dengan sahih akan menghasilkan karya seni nan indah?

Misalnya, seni grafiti nan kita lihat di tembok-tembok jalan. Pada dasarnya mereka (yang mencorat-coret tembok) ketika diberi media buat melukis atau menggambar, maka seni nan mereka hasilkan juga mampu terjual.

Artinya, tak semua hobi corat-coret tersebut jelek, asal dicoretkan pada media nan sahih maka akan menghasilkan sesuatu nan bermanfaat juga. Selama ini corat mencoret memang dianggap menyimpang karena merusak pemandangan, apalagi jika coretannya bukan gambar, tetapi tulisan-tulisan nan tak jelas.



2. Bolos Sekolah

Perilaku bolos sekolah ini ialah defleksi nan paling sering terjadi pada anak-anak usia sekolah. Perlu diperhatikan jika anak-anak mulai sering membolos atau mereka tak suka bersekolah, dapat jadi mereka ada masalah di sekolah atau memang ingin belajar sendiri.

Masih ingatkah Anda dengan kisah Einsten? Einsten dinobatkan menjadi manusia nan paling jenius dan menemukan rumus relativitas, bukan sebab dia rajin duduk dibangku sekolah , tetapi sebab dia banyak melakukan penelitian dan diskusi.

Pada saat sekolah dan kuliah Einstein justru dikenal sebagai siswa nan malas, bodoh dan suka membolos. Namun, ketika membolos bukan berarti dia main-main saja, tetapi melakukan diskusi-diskusi terkait fisika bersama teman-temannya.



3. Hobi Memasak

Memasak memang identik dengan pekerjaan perempuan. Namun, ketika masih usia sekolah terkadang laki-laki nan hobi memasak selalu dianggap memiliki konduite menyimpang. Bahkan mungkin akan dianggap banci. Padahal tak demikian. Hobi memasak hendaknya justru dipupuk agar bisa berkembang dengan baik.

Faktanya banyak chef nan berada di hotel berbintang bukan perempuan kan? Hal tersebut sebab peralatan memasak terkadang berukuran besar dan laki-laki lebih cekatan buat menggunakan alat tersebut.

Jadi, bukan berarti banci jika ada anak laki-laki nan sejak dini mempunyai hobi memasak. Fakta ini menunjukkan bahwa contoh konduite menyimpang positif juga dapat ditemukan dalam masyarakat dan justru bermanfaat bagi industri.



4. Hobi Balap Mobil

Segala sesuatu nan terkait dengan otomotif tentunya identik dengan laki-laki bukan? Di zaman emansipasi perempuan nan semakin berkembang, tampaknya jika ada anak perempuan nan hobi otak atik otomotif perlu diperhatikan.

Ke depannya dapat jadi dia menjadi pakar mekanik atau mungkin suka balapan. Seperti salah satu pembalap perempuan Indonesia, yakni Alexandra Asmasoebrata.

Pembalap perempuan dari luar negeri nan terkenal, seperti Danica Patrick, Milka Duno, Sarah Fisher, Kathrine Legge, Ashey Force Hood, dan lain-lain. Mereka umumnya juga dianggap menyimpang, tetapi mereka mampu membuktikan bahwa hobi mereka juga bermanfaat.



Dampak Positif Perilaku Menyimpang

Uraian sebelumnya telah dijelaskan beberapa fakta terkait peyimpangan perilaku, sedangkan berikut ini akan dijelaskan mengenai akibat positif nan dapat muncul dampak defleksi konduite tersebut.

Selama ini konduite menyimpang diidentikan atau dianggap bisa merugikan masyarakat dan diri sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan nan dikemukakan oleh Emile Durkheim nan berpendapat bahwa konduite menyimpang juga mempunyai sumbangan buat pengetahuan masyarakat.

Kontribusi krusial dari contoh konduite menyimpang positif nan ada dalam masyarakat meliputi beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

1. Tanggapan terhadap konduite menyimpang akan memperjelas sebuah batas moral. Adanya defleksi konduite tersebut, maka masyarakat pada dasarnya akan mengetahui mana nan dianggap sahih dan mana nan dianggap salah sehingga mereka bisa belajar dari contoh-contoh konduite nan ada.

2. Melalui perbuatan menyimpang akan memperkuat kebiasaan dan nilai nan berlaku dalam masyarakat. Mengapa demikian? Perbuatan nan baik tentunya selalu memiliki lawan, yaitu tindakan nan menyimpang atau tak baik. Artinya, tak akan ada kebaikkan jika tanpa ketidakbaikan itu sendiri.

Oleh sebab itu, konduite menyimpang diperlukan sebagai penguat moral nan berlaku dalam masyarakat.

3. Konduite menyimpang memicu adanya perubahan sosial. Pelaku dari konduite menyimpang pada umumnya selalu menekan batas moral nan berlaku dalam masyarakat, mereka berusaha memberikan alternatif baru pada kondisi masyarakat itu sendiri, otomatis akan mendorong berlangsungnya perubahan.

4. Adanya konduite menyimpang akan meningkatkan jiwa kesatuan dalam masyarakat. Mengapa demikian? Karena setiap konduite masyarakat pada dasarnya akan selalu dilakukan secara bersama-sama sehingga jika ada masyarakat nan perilakuknya menyimpang, maka masyarakat jugalah nan akan menindak pelaku defleksi tersebut.

Hal ini berarti ikatan moral nan ada dalam masyarakat mampu mempersatuan masyarakat juga.

Demikianlah gambaran mengenai kegunaan dari konduite menyimpang nan tak selalu dipandang negatif. Justru sebab adanya konduite menyimpang, maka masyarakat memiliki moralitas baru nan berguna bagi masyarakat buat di masa depan.

Perilaku menyimpang pun tak melulu bersifat negatif. Seseorang nan memilih berperilaku menyimpang itu antara sadar dan tak sadar, semua juga kembali pada pilihan masing-masing.