Dampak Revolusi

Dampak Revolusi

Sejak mengenal pelajaran Sejarah, kita dikenalkan dengan istilah revolusi yang merujuk pada perubahan sesuatu secara sosial dan budaya. Revolusi dianggap sebagai sebuah perubahan besar nan berdampak secara dunia terhadap berbagai aspek di dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat.Oleh sebab itu, revolusi selalu dianggap titik tolak suatu negara atau kelompok bisa berkembang dengan baik.

Revolusi kerap kali dihubung-hubungkan dengan semangat nasionalisme suatu negara sebab tanpa nasionalisme, revolusi tak akan berjalan dengan baik. Revolusi nan muncul di berbagai penjuru global pun bermacam-macam, bergantung visi dan misi pelopor gerakan revolusi tersebut. Ada nan mengharapkan kedaulatan eksklusif pasca revolusi. Ada pula nan menginginkan kekuasaan sepihak. Dengan kata lain, revolusi dilakukan sebagai modus buat mendapatkan kekuasaan politik di suatu negara.

Perubahan nan terjadi dari revolusi pun dapat terjadi secara spontanitas, tetapi dapat juga dilakukan sebab telah dibuat planning revolusi sebelumnya. Selain itu, revolusi juga memakan waktu nan cukup lama buat mendapatkan tujuan nan diharapkan dari pelaku gerakan revolusi.

Sebagai contoh, gerakan revolusi kemerdekaan Indonesia nan dilakukan secara terencana dan spontanitas memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun buat dapat mencapai tujuan kemerdekaan Republik Indonesia nan diusung oleh Soekarno.

Baik dilihat secara proses maupun hasilnya, revolusi kemerdekaan Indonesia dianggap lama sebab sampai sekarang pun masih terdapat gencatan emosional dan fisik di berbagai pelosok negeri buat mendapatkan kedaulatan tertentu.

Meskipun kemerdekaan sudah didapatkan secara formal, kemerdekaan rakyat Indonesia belum sepenuhnya didapatkan sebab sampai saat ini kesejahteraan nan menjadi tujuan primer gerakan revolusi kemerdekaan Indonesia belum terealisasikan dengan baik. Lain halnya dengan revolusi industri di Inggris nan memakan waktu cukup lama secara proses, tetapi mendapatkan hasil perubahan nan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.

Dalam melakukan gerakan revolusi, para pelaku revolusi harus memperhitungkan berbagai aspek dan kondisi nan berhubungan dengan tujuan revolusi tersebut. Apabila tujuan revolusi tak sinkron dengan karakter rakyat di negara tersebut, maka perubahan nan diharapkan pun tak akan sepenuhnya berhasil.

Begitu juga dengan pemimpin revolusi nan seharusnya memiliki kemampuan cukup besar buat dapat mengubah pola pikir masyarakat nan dipimpinnya. Jika suatu revolusi dipimpin oleh seseorang nan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, perubahan nan dihasilkan dari revolusi itu pun tak akan cukup kuat buat dapat mengubah rakyat.

Oleh sebab itu, gerakan revolusi harus dilakukan dengan visi misi nan sama antara pemimpin gerakan revolusi dan para pelaku gerakan nan berada di bawah pimpinannya. Dengan demikian, akan tercipta perubahan terencana sinkron dengan visi, misi, dan taktik nan telah dirancang sebelumnya.



Mitos Revolusi di Kancah Politik Dunia

Meskipun dalam kenyataannya revolusi berarti perubahan dalam bidang sosial dan kebudayaan, namun kebanyakan revolusi diartikan sebagai perubahan di bidang politik sebab akibat politis nan mendominasi proses revolusi.

Hampir seluruh revolusi nan terjadi di global meninggalkan jejak politik sangat besar sehingga kemampuan revolusi buat mengubah kondisi sosial dan budaya jadi tersamarkan dengan adanya perubahan politik nan lebih besar dibandingkan kedua aspek tersebut.

Padahal secara nyata, perubahan politik nan dihasilkan dari revolusi justru menambah kuat terjadinya perubahan di bidang sosial dan budaya. Adanya perubahan politik di suatu negara bisa berpengaruh terhadap kondisi sosial negara tersebut sebab para pemimpin politik akan mengubah berbagai kondisi sosial nan ada saat itu menjadi kondisi sosial nan sinkron dengan tujuan politiknya.

Hampir semua bentuk revolusi selalu dikaitkan dengan prinsip politik sehingga melakukan revolusi sosial dan budaya sama halnya dengan melakukan praktik dan taktik politik.

Revolusi pun bisa dibedakan menjadi dua sisi, yakni sisi borjuis dan proletar. Revolusi nan diusung oleh para borjuis biasanya lebih memperlihatkan tujuan politik di atas tujuan sosial dan budaya. Sebaliknya, revolusi kaum proletar lebih menitikberatkan perubahan sosial dan budaya dibandingkan perubahan politik.

Walau bagaimana pun, keberadaan ketiga aspek kehidupan bernegara tersebut tak bisa dipisahkan satu sama lain. Baik revolusi nan dilakukan oleh kaum borjuis maupun kaum proletar, perubahan nan dihasilkan juga akan menyeret perubahan politik di negara tersebut.

Selain adanya motif politik nan menjadi mitos revolusi di kancah politik dunia, isu kekerasan pun selalu muncul berdampingan dengan revolusi . Isu ini dinilai muncul sebagai dampak dari revolusi secara spontanitas dari pelaku revolusi. Sisi emosional inilah nan kemudian dianggap sebagai perubahan sosial dan budaya nan membawa masyarakat pelaku revolusi dengan kekerasan ke dalam perubahan nilai-nilai moral baru nan lebih sarkastik.



Dampak Revolusi

Jika pada abad-abad sebelumnya kita mengenal revolusi buat memerdekakan atau memberontak suatu sistem pemerintahan, revolusi pada zaman sekarang dapat dilihat di bidang teknologi, pangan, ekonomi, dan hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Gerakan revolusi tersebut pun mampu menjadikan perubahan sosial dan budaya nan merupakan inti dari adanya gerakan revolusi.

Untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan secara mendunia, Inggris melakukan gerakan revolusi industri sehingga negara tersebut berubah di berbagai bidang, yakni teknologi, industri, dan ekonomi.

Berbagai produk teknologi muncul buat meningkatkan perkembangan ekonomi di dalam kehidupan masyarakat sehingga manusia mendapat tenaga donasi dengan adanya mesin-mesin bertenaga ekstra. Sayangnya, semakin tinggi taraf perubahan tersebut, semakin besar pula perubahan kondisi sosial dan budaya masyarakat di global ini.

Sebagai contoh, adanya gerakan revolusi hijau memberikan perubahan nan cukup besar terhadap kehidupan pangan di berbagai negara pelaku gerakan tersebut, salah satunya ialah Indonesia. Dengan gerakan revolusi hijau, kehidupan pertanian di Indonesia lebih meningkat. Berbagai teknologi budidaya pertanian dipakai guna meningkatkan hasil produksi pertanian sehingga bahan pangan nan dibutuhkan masyarakat Indonesia bisa terpenuhi dengan baik.

Jika sebelumnya revolusi digunakan buat lebih mempersatukan berbagai lapisan masyarakat agar lebih mengenal nilai-nilai budaya mereka, pada revolusi dunia nan terjadi di zaman modern ini manusia justru memiliki interaksi sosial budaya nan lebih renggang dari sebelumnya. Manusia lebih memikirkan nilai-nilai ekonomi ketimbang kehidupan sosial nan dulu dijalaninya.

Mesin-mesin telah menggantikan kekuatan manusia dalam berbagai hal sehingga manusia hanya menjadi makhluk asing bagi kalangan mereka sendiri. Hal inilah nan ditimbulkan revolusi tanpa kekuatan spiritual.

Selain itu, revolusi ilmu juga membutakan manusia dari keinginan buat lebih mencintai alam. Ilmu dan teknologi nan didapatkan dari revolusi malah mengubah manusia menjadi sumber primer nan merusakkan alam.

Dampak dunia warming nan dewasa ini menjadi isu panas di global merupakan salah satu bukti bahwa berbagai revolusi nan dilakukan tanpa revolusi spiritual hanya akan mendatangkan malapetaka bagi kehidupan di dunia. Oleh sebab itu, pelaku gerakan revolusi seharusnya memikirkan akibat nan akan muncul sebelum melakukan gerakan revolusi.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa gerakan revolusi di bidang apa pun akan mampu mengubah segala aspek kehidupan manusia sebab kehidupan manusia tak dapat terlepas dari aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, dan teknologi. Meskipun pada akhirnya, banyak juga revolusi nan mengakibatkan akibat negatif terhadap kehidupan masyarakat bernegara sebab tak adanya revolusi spiritual di dalam gerakan tersebut.