Cinta

Cinta

Pernahkah Anda merasakan galau, bingung dan ragu-ragu pada suatu hal? Apakah Anda mempertanyakan romansa Anda dengan pasangan. Anda mempertanyakan mengenai cinta nan tidak kunjung tiba, mempertanyakan mengenai keyakinan atau pun suatu kehidupan religius, atau sekedar ragu pada jalan hayati nan telah dijalani? Jika ya, janganlah lantas berputus asa. Dari semua kondisi nan dialami dalam hayati ini, Anda bisa mengekspreksikannya dalam suatu puisi. Dalam suatu kegalauan dan keragu-raguan, Anda bisa kreatif menciptakan suatu karya, yaitu puisi keraguan .



Rasa dalam Puisi

Saya sendiri bukanlah seseorang nan pandai dalam menulis puisi. Namun entah mengapa, setiap kali memiliki kekasih, mereka selalu meragukan cinta dan kesetiaan saya. Seperti tak konfiden tentang cinta saya. Kemudian mereka pun menuliskan beberapa puisi keraguan nan penuh pertanyaan buat saya. Berikut ini ialah contoh puisi keraguan nan dituliskan oleh mantan kekasih saya:



Puisi Keraguan Cinta

Sayangku nan utama
Sudahkah engkau bosan dengan ceritaku?
Akhir-akhir ini memang saya sedang gila menulis lagi
Tapi herannya buat membaca saya sulit sekali
Keinginan buat bisa tahu itu tak merangsangku untuk…
Meninggalkanmu,

Ya,
Melupakanmu
Sejenak saja
Dari benak pikiranku
Perasaanku menjadi-jadi
Selama kehilanganmu itu
Apakah memang kesepian dan kesendirian itu
Selalu mengasah dan mempertajam rasa-hati seseorang?
Ada kalanya mungkin demikian
Tetapi saya seorang absurdismis
Tak dapat mempercayakan atau memenangkan keadaan

Maksudku dengan berlebihan!
Mana kala ada kesedihan
Selalu terbuka pintu kebahagiaan
Mana kala ada kekuatan
Ada pula di situ kelemahan
Maaf sayang…
Aku terlalu banyak bicara.. lagi..

Delfiku nan utama,
Bila ada kesempatan jumpa lebih lama saya bersamamu?
Memilukan hati apabila tidak jua kunjung kudapatkan saat-saat itu
Sepertinya waktu selalu mempermainkanku saja
Mengombang-ambing kapal perjalanan waktuku ini

Merpatiku..
Masihkah sekalu waktu diriku melintas di hatimu dan pikiran?
Aku cukup menyadarkan diri
Kau disesak pekerjaan nan melelahkan
Menguras pikiran dan dayamu
Teruslah bergerak

Hingga temu kau pada sebuah titik-temu
Yang absolut diperoleh orang nan berjuang
Teruslah sayang
Sekuntum doaku untukmu
Baiknya saya juga memikirkan diriku
Masih saya terlalu memanja asa tanpa usaha

Ya ya ya..
Aku nan hayati seorang ini
Seperti ditimpa banyak situasi nan tidak menyenangkan
Baik nan terjamah atau tidak
Bisakah lepas dari semuanya itu?
Harus saya melakukan itu bukan sayang

Bulanku nan terbit kala malam
Aku lupa bagaimana panas matahari
Aku, tak tahu lagi harus bicara apa
Yang latif di muka bumi atasmu
Keindahan nan selalu terampas
Dan tersalah artikan

Dikotak-kotakkan di bumi nan bulat ini
Masihkah perlu meratapi kehilangannya
Dengan katak-kata dan ratapan nan memilukan hati
Dengan kata lain…
Keindahan tidak perlu diartikan

Udaraku…
Bantu saja saya dengan doa
Bila tak dapat kita berjumpa…
Aku harus dapat mengendalikan arah hidupku ini
Uang selalu terkena gelisah
Dan keresahan
Yang entah dari mana asalnya

Aku ingat…
Aku laki-laki
Di antara ratusan juta laki-laki lain
Yang juga ingin mengecap arti sebuah kehidupan
Dengan perasaan dan hati
Tindakan itu terlampau mudah
Ah, saya terlalu memudahkan sesuatu lagi
Takabur dan berlebihan
Kiranya itu

Tetapi mengapa pula perlu ada cinta
Yang lebih kasih dari kasih
Lebih lagi sayang dari sayang
Itu pun sama seperti tadi..
bukan?
Sayangku,
Bolehkah saya menganalisa sesuatu

Tentang kau
Kita pernah saling jumpa
Dengan keadaan nan tak menyenangkan
Sebeb kau punya pengharapan
Juga aku

Tapi ketika kutub nan satu itu
Masing masing
Tak bertemu
Kecewa sajalah adanya
Pertengkaranlah nan mendorong hati
Untuk sembunyi

Berpisah
Atau mungkin juga
Bahkan berpisah
Aku masih lagi bodoh menuliskan
Sesuatu nan menggenang di kepalaku
Memang perkataan diam itu
Lebih baik dari bicara

Adakalanya sahih seratus persen
Tetapi bukankah orang nan banyak diam itu
Sengsara terhadap gerak?
Menderita dampak ketidak sanggupan
Melayani rongrongan dari dalam batinnya
Kukira demikian
Dan bolehkah saya diam lagi

Sayangku…
Aku ingin sekali mengerang kesakitan
Atau kelenger beberapa bulan saja
Tapi saya rasa saya cukup dapat melucu
Tentang keinginan dan kepunahan hati ini
Terlalu berbelitkah kalimatku ini
Bila ya…
Berarti kau sedang dalam keadaan sibuk
Bila tidak…
Ya, berarti kau tak mengalami kesulitan memahaminya, mengartikannya

Delfi… nan kusayangi,
Kupuja..
dan pernah kuharapkan…
Saat saya tuliskan puisi ini
aku dalam keadaan sehat jasmani
dan derita rohani

Maaf..
Seharusnya kusembunyikan saja nan jelek itu
agar tidak kau cemaskan
Saat ini juga saya masih sendiri,
tanpa orang lain nan pernah kukenal
Ah, seharusnya tidak kuceritakan saja
mengapa asa memang selalu dikalahkan kenyataan
Tapi memang saya semakin asing, terhadap orang lain

Bahkan diriku sendiri
Banyak puisi nan pernah kubuat
Tapi tidak satu pun kubayangkan
Karena malu akan keadaanku sebagai makhluk tidak berkelas
Dari padaku, hayati kambing lebih diperhatikan bukan?
Aku sedang menghisap rokok dalam-dalam.. ke jantungku

Aku tahu banyak sakit kuderita
Mungkin dampak rokok
ataupun fenomena
yang selalu mengagetkanku
Ah, derita…
selalu derita saja nan kusampaikan
Tidak adakah senyum nan menyinar sedikit pun?

Entahlah…
Puluhan tahun sudah dia bersarang dalam hidupku
Ya puluhan tahun lamanya…
Tanpa sempat kukecap gula-gula hayati ini
dengan sadar dan bertanggung jawab
Maksudnya,
Semua harus hilang
Yang latif dan menyenangkan itu
sesaat saja hadirnya dalam benakku belaka

Delfi nan kusayang…
Jauh sebelum tahu saya menyayangimu
Bahkan lebih dari penderitaanku
Teruslah belajar seperti kau
dan nan diharapkan keluargamu
Aku dari jauh mendoakanmu
selamat sampai cita-cita
Jauh dari duri-duri hayati nan melemahkan

Sebentar…
Aku menangis
Manusia nan terlihat angker
dan tidak berperasaan ini
ternyata punya air mata
Yang jatuh dari pelupik ke pipi
dan pudar ditelan hari-hari
yang menggembirakan hati
kekasihku nan kupuja…
janganlah ikut dalam kesedihanku
biar kuwakilkan air matamu...

Delfi nan kusanjung sebab keperkasaannya
Terima kasih buat banyak kesempatan
Yang kau luangkan tiga tahun kemarin
Aku tidak sungkan buat mengatakannya
Walau lisanku berat buat memberi itu
Hatiku menuntut kejujuran

Aku lupa kau nan setiap waktu bermain di kepalaku
Oleh tiga hari saja hilang
Lumat sebab kenyataan
Aku tak menyalahkan sebab kesalahan itu

Tak pernah ada bukan?
Sampai saat ini saya masih ingin mengenangmu
Sebagai perempuan nan bersikap dan bertujuan
Tidak cengeng dalam menghadapi kenyataan

Jangan..
Jangan seperti aku
Yang dilumpuhkan oleh cinta dan bumbu-bumbu kenikmatan
Bahagialah selalu

Pada waktu saya selesai menulis ini
Tolong beri waktu buat melupakanmu
Yang kupuja
Yang melumpuhkan harapanku
Waktunya untukku buat bersadar diri

Sekarang
Mulai saat ini
Suatu ketika
Kuhidupkan lagi bayanganmu
Yang menawan di kepalaku

Ya..
Lewat mimpi saja
Dan kau tak dapat menghukumku dengan kenyataan
Yang membuatku terlonjak
Sebab sekarang saya banyak belajar tidur
Untuk menemukanmu dalam mimpi saja
Bahagia untukmu
Sekarang
Dan selamanya

Demikianlah artikel seputar puisi keraguan. Semoga bermanfaat.