Dampak Tauran

Dampak Tauran

Budaya tauran pelajar seolah tak lepas dari prilaku remaja saat ini. Jumlah tauran pelajar nan terjadi di indonesia cukup mencengangkan, tauran pelajar itu terjadi di hampir seluruh kota baik besar dan kecil. Di kota megapolitan Jakarta, tauran pelajar terjadi hampir setiap tahun nan melibatkan sekolah negeri maupun swasta.

Pada 2011, di Jakarta terjadi 39 kasus tauran dan sebagian besarnya ialah tauran pelajar. Guru dari pihak sekolah dan aparat keamanan sudah berupaya buat mencegah agar budaya ini agar tak terjadi lagi, namun upaya-upaya nan dilakukan itu seolah tak menuai hasilnya. Tauran pelajar seakan-akan tak berkurang malah semakin bertambah banyak.

Selain tauran pelajar terjadi juga perkelahian antar geng wanita pada pendidikan kita. Nah, penyebab dari banyaknya kasus kekerasan nan melibatkan pejalar itu dan solusi pemecahannya dalam tinjauan sistem pendidikan Islam akan kita bahas dalam artikel kali ini.



Budaya Tauran Adalah Indikasi Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

Untuk mencegah dan menuntaskan budaya tauran pelajar kita harus melihatnya dari aspek nan paling fundamental atau akar masalahnya, yaitu sistem nan berlaku di masyarakat. Pendidikan ialah kebutuhan sangat fundamental bagi manusia sebab dengan pendidikanlah akan ditentukan kualitas generasi baik dan buruknya. Perubahan masyarakat menuju tatanan kehidupan nan lebih baik dapat dilakukan jika generasi nan ada ialah generasi berkualitas baik.

Sistem pendidikan sekuler ialah sistem nan diterapkan saat ini telah terbukti gagal dalam pelaksananaannya. Sistem pendidikan sekuler memiliki asas pemisahan atau pengurangan materi keagamaan dalam kurikulum pendidikan. Asas pemisahan itulah nan kemudian setiap membuat siswa SD, SMP dan SMA bahkan masiswa perguruan tinggi hanya mendapatkan jatah pelajaran/mata kuliah sekitar 2 jam setiap minggunya.

Dapat kita bayangkan jika anak kita hanya diberi ilmu agama nan sedikit, tentunya anak hanya memiliki ilmu tentang keimanan dan akhlak nan sangat sedikit, hal inilah nan kemudian membuat anak-anak tak memiliki pegangan dalam mengaruhi kehidupannya.

Jika anak tak memiliki keimanan dan akhlak maka moral anak akan menjadi jelek seperti suka membantah, marah dan tak dapat diatur. Moral nan jelek itulah nan kemudian berpengaruh pada prilakunya setiap hari.

Contohnya, saat mereka ujian maka mereka akan menyontek, ketika ada guru nan menasehatinya maka anak tak memperhatikan bahkan melawan, ketika ada masalah dengan temannya maka cara nan dipakai ialah berkelahi dan tauran. Tauran pelajar nan terjadi biasaya terjadi pada anak nan memiliki moral nan buruk, hal itu dapat kita tengarahi dari pihak sekolahan.

Sistem pendidikan sekuler mencetak generasi nan gagal di negara pelopornya, yaitu Amerika. Di Amerika,para pejalar banyak melakukan kejahatan seperti tauran pelajar, pencurian, pemerkosaan, aborsi dan tindak kriminalitas lainnya. Kebobrokan itulah nan kemudian juga terjadi secara cepat di tanah air sebab pemerintahan juga menerapkan sistem pendidikan sekuler nan berkiblat ke negara barat.

Penyebab tauran pelajar selain dari penerapan sistem pendidikan sekuler ijuga terjadi dari penerapan sistem ekonomi kapitalis nan menyebabkan kemiskinan nan merajalela. Kemiskinan nan menimpa keluarga itu menyebabkan tabiat dari anak menjadi keras dan penuh dengan emosi nan meledak-ledak. Anak nan berwatak keras acap kali menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan problematika nan menimpanya.



Tauran Pelajar Dampak dari Solidaritas Masyarakat nan Kurang

Bentuk dari masyarakat nan bersifat individualis juga merupakan salah satu faktor pendorong terjadi tauran pelajar. Anak-anak nan masih bersekolah memiliki pemikiran nan labil. Pemikiran labil anak itu sebenarnya membutuhkan bimbingan, nasehat dan kontrol dari pihak keluarga dan masyarakat.

Masyarakat nan kurang solidaritas sosialnya cenderung akan membiarkan permasahan nan dihadapi anak-anak. Anak nan tak mendapatkan perhatian dari masyarakat akan berbuat sesuka hatinya sebab mereka tak memiliki standart dalam berpikir dan berprilaku.

Masyarakat terdiri dari beberapa komponen nan membentuknya, yaitu sekelompok manusia, wilayah, peraturan dan perasaan. Peraturan nan berlaku di masyarakat saat ini ialah undang-undang sekuler nan tak memiliki standart kebenaran sebab berasal dari akal manusia sepenuhnya. Peraturan nan berasal dari akal manusia akan membentuk masyarakat nan tak sinkron dengan fitrahnya.

Semua kekacauan dan kerusakan akan timbul dari peraturan sekuler akan terjadi di setiap lini, mulai dari keluarga, masyarakat dan negara. Jika keluarganya rusak dan berantakan maka anak akan menjadi nakal sehingga sering menjadi pelaku tauran pelajar. Masyarakat nan rusak juga akan mendorong terjadinya kekerasan salah satunya adalah tauran pelajar .

Dan negara nan rusak juga akan membentuk maysarakat nan berpikir dan berprilaku rusak. Maka jika kita menginginkan masyakat nan peduli terhadap masalah anak-anak maka nan harus dirubah ialah peraturan dan undang-undangnya.



Dampak Tauran

Banyak pihak dirugikan dampak dari tauran pelajar. Bagi pelajar nan terlibat perkelahian sendiri, sudah niscaya mengalami akibat negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Proses belajar mengajar terganggu nan juga merugikan para pelajar nan tak terlibat dalam tauran. Bagi masyarakat generik akan merasa cemas dan ketakutan. Tak sporadis juga fasilitas generik serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan dirusak saat terjadi tauran.

Hal nan paling dikhawatirkan ialah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian, tatakrama, dan nilai-nilai hayati orang lain. Para pelajar merasa bahwa kekerasan ialah cara nan paling efektif buat memecahkan masalah mereka. Hal ini akan berkonsekuensi pada kelangsungan hayati bermasyarakat.



Penyebab Tauran Pelajar

Ada beberapa penyebab mengapa pelajar sering melakukan aksi tauran Padaha kalo dopikir secara logika, tauran tersebut tak memberikan kegunaan apapun, nan ada malah memberikan kerugian-kerugian. Bahkan, tidak sporadis berbuah malapetaka, yaitu kecelakaan fisik atau nan paling tragis ialah kematian. Berikut ini beberapa faktor penyebab tauran pelajar .

• faktor internal,
• faktor keluarga,
• faktor sekolah, dan
• faktor lingkungan.

Faktor internal merupakan etidakmampuan melakukan adaptasi dengan lingkungan nan kompleks di dalam diri pelajar. Maksudnya, ia tak bisa menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya, dan lainnya. Karenanya, para remaja akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalah. Mereka tidak berpikir terlebih dahulu dampak nan akan ditimbulkan.

Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mengalami konflik batin, mudah frustrasi, tak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri nan kuat. Mereka sangat membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya di tengah-tengah orang-orang sekelilingnya.

Faktor keluarga. Tindak kekerasan dalam keluarga akan berpengaruh besar pada konduite anak. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan di dalam keluarganya, maka setelah ia tumbuh menjadi remaja akan terbiasa juga melakukan kekerasan. Ia merasa kekerasan sudah menjadi bagian dalam hidupnya.

Ketidakharmonisan keluarga juga dapat menjadi penyebab kekerasan nan dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga nan menimbulkan rasa tak kondusif dan tak menyenangkan serta interaksi keluarga nan kurang memengaruhi psikologis anak.

Sebaliknya, orang tua nan hiperbola melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu nan tak mandiri. Anak tak berani mengembangkan identitasnya nan unik. Maka, saat bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari bukti diri nan dibangunnya.

Faktor sekolah. Fungsi sekolah tak hanya menjadikan siswa pandai secara akademik. Namun juga mesti membuat siswa memiliki akhlak nan mulia. Untuk itu, diperlukan sekolah nan berkualitas. Sekolah nan memberikan suasana nyaman dan dapat mengembangkan kecerdasan anak serta menanamkan nilai-nilai moral.

Akan tetapi, tak sporadis ditemukan ada guru nan tak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik muridnya. Guru tersebut seringkali menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini dapat saja ditiru oleh para siswa. Guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter. Di sinilah peran guru dituntut buat menjadi seorang pendidik nan memiliki kepribadian nan baik.

Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah berpengaruh besar pada konduite remaja. Kekerasan nan sering dilihat seorang remaja akan terekam dan membekas di benaknya. Lambat laun hal itu menjadi pola Norma dan pembenaran terkait dengan apa nan dilakukan anak remaja.

Tidak adanya kegiatan nan dilakukan buat mengisi waktu senggang di sekitar rumah juga dapat menumbuhkan potensi tauran. Dalam hal ini, anak remaja juga harus pandai-pandai memilih teman.



Bagian dari Kenakalan Remaja

Secara psikologi, tawran pelajar masuk dalam kategori kenakalan remaja ( juvenile deliquency ). Dalam konteks ini, bisa digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu situasional dan sistematik.

  1. Delikuensi Situasional

Perkelahian terjadi dampak adanya situasi nan memaksa. Si remaja "diharuskan" berkelahi dampak adanya kebutuhan buat memecahkan masalah secara cepat.

  1. Delikuensi Sistematik

Para remaja terlibat tauran dampak tuntutan organisasi eksklusif atau geng. Di dalam geng biasanya ada aturan, norma, dan Norma nan harus diikuti anggota, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila bisa melakukan apa nan diharapkan oleh kelompoknya.

Pada masa remaja seorang remaja memiliki kesamaan membuat sebuah geng. Dengan memiliki geng inilah para remaja merasa bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan nan harus dipatuhi. Sebab, ia berada di lingkup kelompok teman sebayanya.



Mengantisipasi Tawuran Pelajar

Jika Anda termasuk orang nan pedulia akan konduite para pelajar nan menyimpang ini, maka ada beberapa hal nan dapat dilakukan buat mengantisipasinya.Hal-hal nan dapat dilakukan ialah sebagai berikut.

  1. Berikan pendidikan moral buat para pelajar
  2. Berikan contoh konduite nan baik (oleh guru, orangtua)
  3. Arahkan agar anak berteman dengan teman nan baik
  4. Berikan perhatian nan lebih buat para remaja nan sejatinya sedang mencari jati diri
  5. Upayakan agar anak mempunyai aktivitas buat mengisi waktu luang. Contohnya, membentuk ikatan remaja masjid atau karang taruna, membuat acara-acara bermanfaat, dan mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler di sekolah.

Dalam hal ini, keluarga memiliki peran nan sangat penting. Keluarga sebagai awal loka pendidikan anak harus mampu membentuk pola pikir nan baik. Apalagi, keluarga memiliki waktu luang nan cukup banyak buat berinteraksi dengan anak di rumah. Orangtua juga nan berkewajiban mengarahkan anaknya dalam berteman di masyarakat. Tidak ada salahnya orang tua memantau dengan siapa anaknya akrab berteman. Jika ada tanda-tanda nan akan mengarah pada ketidakbaikan, agar secepatnya diluruskan.

Masyarakat sendiri, terutama para tokohnya mesti menyadari akan peran menciptakan situasi lingkungan nan kondusif. Sebab, lingkungan masyarakat akan cepat mempengaruhi pola konduite anak remaja.

Terkait dengan forum pendidikan formal, sudah semestinya memberikan pelayanan nan baik buat membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi nan ada di dalam dirinya. Di sini, peran orang tua juga cukup dominan. Orang tua dapat memilih dengan cermat sekolah mana nan baik bagi anaknya.

Jika semua sisi sudah diperhatikan dengan cermat, diharapkan tauran pelajar dapat diminimalisasi. Sekali lagi, orang tua jangan sampai kecolongan sehingga membiarkan anaknya berperilaku kurang baik. Apalagi sampai terlibat tawuran pelajar.



Sistem Pendidikan Islam dalam Mengatasi Tauran Pelajar

Asas dari pendidikan Islam ialah terbentuknya aqidah tauhid nan kuat pada pelajar. Akidah nan kuat akan menghantarkan manusia hayati sinkron dengan tujuan penciptaannya. Pelajar nan memiliki akidah nan kuat akan menjalankan ajaran Islam sepenuhnya. Islam mengajarkan agar setiap pelajar nan menuntut ilmu selalu terikat dengan hukum syariah dalam setiap pemikiran dan prilakunya.

Perilaku nan sinkron dengan Islam tentunya akan membentengi pelajar dari berbagai kesalahan dalam berprilaku, contohnya menyontek, melawan guru, tauran pelajar dan lainnya. Tujuan, visi dan misi manusia sudah digariskan oleh Allah Swt dalam wahyuNya :

Dan saya tak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.s Adz Dzaariyaat[51]:56 )

Dan firman-Nya :

Padahal mereka tak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama nan lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan nan demikian itulah agama nan lurus. (Al Bayyinah[98]:5)

Setelah akidah pelajar terbentuk dengan kuat dan tanpa keraguan, maka pelajaran nan diberikan selanjutnya ialah kepribadian Islam (syakhshiyah Islam). Kepribadian Islam ialah aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) nan memiliki standart dan tolak ukur bersumber dari syariah Islam.

Pelajar nan memiliki pola pikir dan pola sikap nan Islamiakan memiliki kesamaan nan dengan syariah. Sehingga konduite pelajar nan nakal seperti tauran pelajar akan dihindari sebab Allah Swt telah menetapkan bahwa tindakan nan membahayakan orang lain akan menerima dosa dan hukuman nan tegas, begitu pula sebaliknya prilaku nan baik kepada orang lain akan menerima ganjaran pahala nan besar dari Allah Swt.

Allah Swt berfirman dalam Al Quran:

Dan berendah hati-lah kamu terhadap orang-orang nan beriman. (Q.s al-Hijr [15]: 88)

Juga Allah berfirman:

Dan rendahkanlah hati-mu terhadap orang-orang nan mengikutimu,yaitu orang-orang nan beriman. (Q.s asy-Syuara [26]: 215).

Banyak hadist Rasulullah Saw nan menyuruh agar seorang muslim termasuk pelajar agar berkasih sayang terhadap sesama da menghindari perbuatan nan membahayakan orang lain termasuk juga contohnya tauran pelajar. Berikut hadist-hadist tersebut:

Hadits dari Nu'man bin Basyir, Rasulullah bersabda:

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-mencintai dan mengasihi di antara mereka ialah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh nan lain turut merasa sakit dengan tak dapat tidur dan demam. (Mutafaq 'alaih).

Hadits Jarir bin Abdullah Rasulullah saw. bersabda:

"Barangsiapa tak menyayangi (orang beriman,) maka dia tak akan diberi rahmat" (Mutafaq 'alaih).Imam Muslim. Jarir bin Abdullah berkata, Rasulullah saw. bersabda:"Allah tak akan memberikan rahmat kepada orang nan tak menyayangi manusia." (HR Muslim)

Pelajar nan memiliki rasa afeksi terhadap sesama tak mungkin akan menyakiti hati teman atau orang lain apalagi sampai memukul, menampar, melempari dengan batu seperti nan terjadi pada tauran pelajar.

Tauran pelajar tak akan pernah terbersit pada benak pelajar muslim dalam sistem pendidikan Islam. Mereka hanya fokus dalam menimba dan pengembangkan ilmu Islam (tsaqofah Islam)dan ilmu pengetahuan (sains) bagi kemajuan kehidupan manusia.

Itulah sedikit citra tentang sistem pendidikan Islam dalam mengatasi masalah tauran pelajar. Tauran pelajar dapat dihapuskan dalam pendidikan kita jika kita kembali pada anggaran nan dibuat oleh Tuhan nan menciptakan manusia beserta global dan seisinya.