Kesempurnaan Sabar

Kesempurnaan Sabar

Imam al-Ghazali memberikan analisisnya tentang makna sabar nan dimiliki manusia. Sabar , sesuatu nan tak terdapat pada binatang sebagai faktor kekurangannya dan juga tak terdapat pada malaikat sebagai kesempurnaannya. Pada binatang seluruh mobilitas geriknya merupakan kekuatan syahwat. Binatang tak memiliki kekuatan buat melawan syahwat. Sedangkan malaikat dibersihkan dari syahwat, sehingga selalu cenderung kepada kesucian Ilahi dan mendekat kepada-Nya.

Sedangkan pada diri manusia dilengkapi dengan alat nan menurut istilah imam Al-Ghazali dorongan syahwat dan dorongan keagamaan. Kedua dorongan ini senantiasa akan bertempur terus dalam jiwa manusia, maka sabar merupakan ungkapan tentang ketegaran di pihak dorongan keagamaan ketika melawan musuhnya.

Selama ini orang terkesima dengan makna sabar hanya dengan kaitan hal-hal nan tak disukai kehadirannya. Misalnya surutnya rezeki, diberi musibah kecelakaan, ditimpa penyakit, ditinggal oleh orang-orang nan sangat dicintai dan ujian-ujian lainnya. Maka buat mengantisipasi ujian-ujian itulah nan disebut dengan kesabaran.

Padahal, sabar dapat juga berarti teguh ulet dalam menjalani sebuah proses panjang menuju keberhasilan. Seperti seorang pelajar nan dengan ulet dan tekun hingga mencapai kesarjanaannya atau seperti petani nan giat dan ulet menanam padi dari menyemai hingga menuai semua itulah melalui jalan nan cukup panjang yaitu bernama kesabaran.

Sabar dalam kehidupan manusia absolut sangat dibutuhkan, ia merupakan sunnattullah nan harus berlaku kepada siapapun. Sabar ini tak memandang siapapun sebab kesabaran ini sangat dibutuhkan oleh orang muslim bahkan orang kafir sekalipun yaitu dalam batas mencapai keberhasilan urusan dunia. Apalagi dalam urusan akhirat, sungguh kesabaran tak bisa dilepaskan dalam diri seseorang Muslim nan menginginkan kesuksesan global dan akhirat.

Menurut DR. Yusuf Qardhawi dalam bukunya " Ash-Shabaru Fil Quranil Karim" ada 6 macam bentuk kesabaran yakni : sabar atas cobaan dunia, sabar dari keinginan nafsu, sabar dalam taat kepada Allah SWT, sabar atas beban dakwah, sabar di saat pertempuran, dan sabar dalam interaksi manusiawi.

Sesuai dengan judul artikel ini yaitu membahas tentang sabar, yakni kita sebagai mahluk nan berpredikat manusia sebagai hamba Allah nan nan sewajarnya harus mengakui eksistensi Allah SWT sebagai sang pencipta dan pengatur alam semesta nan harus ditaati. Dalam Al-Quran surat maryam ayat : 65 dikatakan

" Rabb (penguasa) langit dan bumi dan apa-apa nan di antara keduanya, maka sembahlah Dia ( Allah ) dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada orang nan sama dengan Dia ( nan patut disembah ) "

Kemudian ditegaskan lagi dalam Al-Qur'an surat Thaha : 132

" dan diperintahkanlah kepada keluargamu mendirikan Shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya, kami tak meminta rezeki kepadamu kamilah nan member rezeki kepada mu, dan dampak nan baik itu ialah bagi orang nan bertaqwa "

Kesabaran dalam kategori berupa ketaatan kepada Allah ini sungguh tantangan nan luar biasa, sebab menurut watak jiwa manusia cenderung menghindari ubudiyah. Malah sebaliknya dirinya menginginkan dirinya akan Rubudiyah. Oleh sebab itu, para pakar ma'rifat menyatakan, tak ada jiwa manusia nan tak terbersit dalam kecendrungannya terhadap sifat nan pernah diproklamirkan Fir'aun dengan kalimat aku ialah tuahan nan tinggi ( arogan ).

Dalam realita kehidupan banyak ditemui para pengusaha menindas bawahannya, para penguasa menindas rakyatnya, majikan menindas pembantunya. Kebiasaan si kuat menindas si lemah nan membuatnya tidak berdaya dengan dalih si kuat tersebut ialah loka menggantungkan hidupnya. Ia merasa dirinya berhak melakukan apa nan dia mau, sebab dirinya merasa loka bergantung seseorang.

Maka dengan melihat realita tersebut, memang terasa berat manusia itu buat melakukan penghambaan kepada Allah SWT. Dampak selanjutnya manusia akan terasa berat buat melakukan ibadah-ibadah, seperti shalat dibenci sebab malas, zakat dibenci sebab bakhil demikian juga haji dan ibadah ibadah lainya.

Jelas persoalannya terasa berat oleh sebab dalam 2 ayat diatas Allah menggunakan kata " isthabir", tak berupa kata "isbir" nan menurut bahasa kata tersebut memiliki makna "sangat", jadi sabar nan sungguh-sungguh.



Kesempurnaan Sabar

Untuk mencapai ketaatan atau penghambaan kepada Allah ta'ala secara paripurna ialah perbuatan nan berat. Oleh karena itu, buat mencapai keberhasilan memegang kesabaran berupa taat ini ada beberapa hal nan perlu diperhatikan sebagai penopang dari bentuk ketaatan ini adalah :

  1. Meluruskan niat, sebab ibadah itu hanya semata-mata sebab Allah SWT. Langkah dan sikap ini diambil manakala mau melakukan sesuatu ibadah kepada-Nya. Sebab apabila niat nan salah maka ibadahnya itu tak akan tepat sasaran.

    " sesungguhnya semua amalan tergantung kepada niatnya dan sesungguhnya tiap orang hanyalah memperoleh apa nan diniatkannya. Karena itu siapa nan berhijrah dengan niat buat Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa nan berhijrah dengan maksud buat memperoleh keduniaan atau mengawini seseorang wanita maka hijrahnya itu juga buat nan diniatkannya itu ( HR. Bukhori Muslim ).


    Asbabul wurud hadits tersebut ialah Ummu Qais seorang wanita mempunyai ikatan batin dengan seorang laki-laki. Ia tak mau nikah kecuali dengan syarat, bersedia kawin di kota Madinah loka ia bersama keluarganya ikut hijrah bersama Nabi, maka lelaki itupun ikut serta ke Madinah. Ketika diketahui oleh sahabat akan niatnya nan tak murni hijrah itu, lantas para sahabatpun bertanya perihal amal lelaki itu, jawab Nabi Innamal a'malu binniat ….

    Ulama salaf berkata : "seringkali amalan nan kecil menjadi besar sebab niat baiknya, dan sering pula amalan nan besar menjadi kecil sebab niat baiknya"

    Allah SWT berfirman "padahal mereka tak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan ( ikhlas ) kepadanya dalam menjalankan agama dengan lurus " QS. Al-Bayyinah : 5.

  2. Memperhatikan adab dan sunahnya, sikap ini menyertai ketika kita dalam mengamalkan suatu ibadah. Seperti shalat nan memiliki berbagai cara ritual dari takbiratul ihram hingga salam. Setiap nan melaksanakan ibadah ini haruslah sabar menjalani aturan-aturan nan telah ditetapkannya. Tentunya tak diperkenankan membuat anggaran sendiri dan begitu pula dalam ibadah lainnya harus sabar mentaati tatacara nan telah dicontohkan. Allah berfirman " itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang nan beramal yaitu nan bersabar " QS. Al-Ankabut : 58-59.

  3. Tidak riya menceritakan amalannya nan sudah dilakukan dalam melakukan ibadah. Banyak orang tak dapat menahan ( tak sabar ) buat tak menceritakan perbuatanya kepada orang lain dengan maksud menunjukkan dirinya nan telah melakukan suatu kebaikan. Orang ini lupa bahwa sebenarnya perbuatan ibadah tadi hanya buat Allah SWT, semata. Oleh sebab itu, orang seperti ini ujub dan riya. Allah SWT berfirman " janganlah kamu membatalkan pahala amal-amal kamu" QS. Muhammad : 33.

Perihal kesabaran taat kepada Allah SWT, ini dalam sejarah penghambaan manusia kepada-Nya telah dicontohkan baik oleh nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, dan juga dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW.