Sejarah Islam di Indonesia

Sejarah Islam di Indonesia

Usaha penyebarluasan ajaran Islam dari pertama kali muncul hingga saat ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Nabi Muhammad saw beserta pengikutnya mendapatkan berbagai ujian selama menjalani penyebarluasan ajarannya agama ini. Begitu pun dengan sejarah Islam di Indonesia mengalami berbagai macam cobaan.



Indonesia Negara Beragama

Sejak zaman dahulu, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki agama. Akan tetapi, agama nan dianutnya ialah suatu kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Sinkron dengan perkembangan bangsa ini, Indonesia memiliki berbagai macam agama. Agama-agama tersebut berasal dari luar Indonesia.

Karena masyarakat Indonesia waktu itu masih menganut sistem kepercayaan nenek moyang, maka agama nan masuk ke dalam negara Indonesia tak dengan mudah diterima begitu saja.

Agama nenek moyang bangsa Indonesia sudah meresap dalam tubuh masyarakat Indonesia saat itu. Jadi, tak heran apabila agama baru nan masuk ke Indonesia mengalami perubahan atau percampuran, antara agama nan baru dengan kepercayaan dari pribumi.

Hal tersebut memang lumrah terjadi waktu itu. Apabila agama baru nan ingin masuk ke Indonesia, maka harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di negara Indonesia ini.

Agama nan masuk ke Indonesia nan bisa diterima oleh masyarakat Indonesia ialah agama Hindu, Budha, Kristen, Khatolik, dan Islam. Perkembangan masing-masing agama tersebut, memiliki kisah perkembangannya masing-masing.

Semua agama tersebut tak langsung diterima oleh masyarakat pribumi. Ada perjuangan di dalam menyebarkan agama tersebut di lingkungan masyarakat Indonesia, sehingga agama tersebut diterima oleh masyarakat.

Agama Islam ialah agama nan banyak pemeluknya. Seperti nan sudah disebutkan sebelumnya, meskipun mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, bukan berarti negara Indonesia ialah negara Islam.

Ada agama-agama lain nan pemeluknya juga membutuhkan pengakuan buat dijadikan sebagai agama nan absah di negara Indonesia ini. Untuk itu, negara Indonesia ialah negara nan beragama, nan penduduknya menganut agama sinkron dengan kepercayaannya masing-masing.

Di dalam pancasila dan undang-undang negara Indeonesia, dicantumkan tentang kebebasan memeluk agama bagi warga Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya memeluk agama bagi setiap warga negara Indonesia.

Setiap warga negara Indonesia harus memeluk agama dengan diberikan kebebasan buat memeluk agama sinkron dengan keperayaannya masing-masing. Jadi, negara Indonesia sangat menunjujung tinggi tentang agama.



Sejarah Islam di Indonesia

Islam ialah agama nan paling banyak penganutnya di negara kita. Sejarah Islam di Indonesia dimulai ketika masa kekhalifahan Ustman bin Affan RA. Tahun 30 Hijriyah atau tepatnya 651 Masehi, dikirimlah utusan Ustman bin Affan nan hendak menyebarkan ajaran Islam ke Cina. Selama kurun waktu 4 tahun perjalanan menuju ke Cina, utusan-utusan tersebut sempat singgah di beberapa pulau di Indonesia.

Kemudian di pertengahan abad ke-VII ini, berdirilah kerajaan Islam dari Dinasti Umayyah nan serta merta mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Hal ini menarik pelaut dan pedagang muslim buat berdagang sambil berdakwah hingga berabad-abad lamanya.

Penduduk Aceh ialah nan paling pertama menerima ajaran Islam dan lambat laun pemeluknya terus bertambah hingga ke pulau lain. Salah satunya ialah Pulau Jawa.

Pulau Jawa terkenal dengan wali songo. Sembilan wali menyabarkan agama Islam dengan metode pendidikan seninya. Mereka ialah Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gresik.

Wali songo menyebarkan ajaran Islam tak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga hingga ke seluruh penjuru Nusantara. Sementara itu, Islam nan dibawa oleh Bangsa Arab telah membuat kebanyakan dari mereka bermigrasi ke Indonesia.

Sepanjang abad ke-15 sampai ke-17, ketika penyebaran Islam semakin luas, masuklah agama dan kepercayaan lain di Indonesia. Salah satunya agama Nasrani nan dibawa oleh Bangsa Eropa.

Mereka membawa ajaran agamanya sambil mencari kekayaan alam nan tersimpan di negara kita. Bahkan beberapa di antaranya memaksakan kehendak mereka. Ketika itu, Bangsa Indonesia dituntut buat melawan penjajahan hak asasi dan hak hayati seperti itu.

Hubungan perdagangan dan silaturahim dengan Bangsa Arab Gujarat sempat terganggu. Para penjajah itu juga mulai memblokade jalur perdagangan kedua belah pihak hingga interaksi keduanya terputus.

Setelah itu, ajaran Islam di Nusantara tidaklah merata. Hanya di sekitar pondok pesantren saja umat Islam dapat mendapatkam pemahaman nan mendalam mengenai agamanya.

Penyebaran Islam pada awal abad ke-9 telah menunjukkan kemajuan politik umatnya. Terbukti dengan adanya kerajaan bercorak Islam, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Aceh Darussalam, dan Kerajaan Samudera Pasai. Mereka nan duduk di singgasana kerajaan rata-rata berdarah campuran pribumi dan Arab.

Adanya kerajaan ini semakin memperkuat pengaruh Islam dan semakin lama pengaruh agama sebelumnya, seperti Hindu dan Budha, semakin surut. Alasan Islam mudah diterima sebab Islam masuk dengan jalan damai, tanpa kekerasan, masuk dengan politik bersih, dan tentunya nan paling krusial dengan cara nan sahih sinkron dengan apa nan tertulis dalam kitab Al-Qur'an bahwa Islam ialah agama rahmatan lil ‘alamin .

Karena keragaman agama nan ada di negara Indonesia ini, maka hal tersebut bisa menimbulkan perbedaan. Setiap agama memang memiliki perbedaan, sehingga dibutuhkan sesuatu hal buat menyatukan disparitas tersebut.

Negara Indonesia ialah negara nan banyak perbedaannya. Untuk menyatukan masyarakat Indonesi dari ujung Sabang sampai Merauke membutuhkan kerja keras. Mulai dari disparitas suku, budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Semuanya membutuhkan sesuatu hal buat menyatukan disparitas tersebut.

Perbedaan agama nan terjadi di lingkungan masyarakat Indnesia bukan menjadi penghalang bagi masyarakat buat saling berinteraksi. Manusia ialah makhluk sosial nan membutuhkan hubungan dengan orang lain. Jadi, bersosialisasi dengan orang nan berbeda suku atau agama, bukan penghalang buat berinteraksi.

Kerukunan umat beragama ialah hal nan sangat krusial buat mencapai sebuah kesejahteraan hayati di negeri ini. Seperti nan kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman nan begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.

Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain nan juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha ialah contoh agama nan juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia.

Setiap agama tentu punya anggaran masing-masing dalam beribadah. Namun, disparitas ini bukanlah alasan buat berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air nan sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan nan utuh.

Kerukunan antar umat beragama sudah dicantumkan dalam pancasila dan undang-undang negara Indonesia. Tinggal masyarakat Indonesia nan menerapkan peraturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Rasa tenggang rasa, toleransi, saling menghormati, saling menghargai, bersahabat antara orang nan berbeda agama, harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kehidupan di negara ini kondusif dan tentram, tak ada konfrontasi atau permusuhan antar agama.

Setiap orang mempunyai hak buat memeluk agama nan dipercayainya. Tidk ada paksaan dari orang lain atau hasutan dari orang lain. Untuk itu, dalam memilih agama, seseorang mempunya haknya masing-masing.

Seiring dengan perkembangan zaman, agama di Indonesia semakin banyak. Masing- masing agamanya mempunyai genre nan berbeda-beda. Agama Hindu, Budha, Kristen, Islam, semuanya berpecah lagi menjadi aliran-aliran agama tersebut.

Sekarang ini, kerukunan antar beragama juga diperlukan. Banyak kasus nan terjadi di Indonesia dampak konfrontasi antara pemeluk seagama. Konfrontasi tersebut terjadi sebab disparitas genre antara agama mereka.

Semua orang merasa sahih sendiri terhadap agama dan alirannya. Sikap tenggang rasa, toleransi, saling menghormati, sudah tak diterapkan lagi. Padahal di setiap agama diajarkan tentang hal tersebut, sikap salin menghormati antara sesama manusia.

Kemajuan teknologi nan terjadi di Indonesia bukannya menjadi pemicu manusia buat hayati rukun, tapi malah menjadikan manusia menjadi keras dan tak mempunyai rasa solidaritas terhadap sesama.

Moral nan rusak menjadi pemicu manusia memiliki sikap ingin menang sendiri, tak peduli terhadap lingkungannya, dan akibatnya kehidupannya tak tentram dan nyaman. Seharusnya disparitas agama dan disparitas genre dalam agama bukan menjadi pemecah kerukunan bangsa Indonesia, tapi menjadi pemicu masyarakat Indonesia buat menjadi satu.

Untuk itu, sebagai seorang muslim, sikap saling menghormati dalam sesama pemeluk agama dan sesama genre harus diterapkan. Karena dengan hayati damai dan tentram, maka dalam menjalankan ibadah shalat akan tenang dan khusyu. Semoga informasi mengenai sejarah Islam di Indonesia ini menjadi pelajaran bagi Anda buat semangat dalam beribadah dan tetap menjaga kedamaian.