Kandungan Doa Shalat Dhuha

Kandungan Doa Shalat Dhuha

Pernahkah Anda membaca doa shalat dhuha ? Bagi nan pernah dan rutin melakukannya, alhamdulillah. Bagi nan belum, jangan berkecil hati. Artikel ini berusaha membantu Anda mempelajari doa shalat dhuha dan kandungannya. Doa shalat dhuha ialah doa sesudah shalat nan hanya memiliki waktu di pagi hari tersebut sebab sinkron dengan arti dhuha, yaitu pagi.

Pada dasarnya, shalat dhuha tak memiliki doa spesifik nan mesti dibaca usai melakukannya. Hanya saja, di dalam buku-buku tuntunan shalat, baik spesifik shalat dhuha atau shalat sunnah nan lain, sering dicantumkan doa nan mesti dibaca oleh orang-orang nan melaksanakan shalat dhuha.

Terlepas dari khilafiyah atau disparitas pendapat para ulama mengenai kekuataan doa shalat dhuha tersebut ialah nan krusial bahwa hukum shalat dhuha sunnah dan doa nan dibaca tak ada nan dikhususkan buat dibaca. Jika mengamal doa shalat dhuha nan terdapat di dalam buku-buku tuntunan shalat tentu tak salah. Malah sangat bermanfaat bila memahami kandungannya.

Yang paling primer ialah melakukan shalat dhuha dan berdoa kepada Allah Swt usai melakukannya. Karena Allah Swt berfirman di dalam hadis qudsi, "Hai anak Adam, Janganlah kamu malas melakukan shalat empat rakaat dipermulaan siang, pasti akan Kucukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya." (HR. Hakim dan Tabrani). Di dalam hadis ini, memang tak dijelaskan Rasulullah seperti apa doa shalat dhuha. Bahkan, nan menamakan shalat nan di pagi hari tersebut dengan nama shalat dhuha ialah para ulama. Rasulullah hanya melakukan shalat di pagi hari. Kemudian para ulama, menamakannya dengan shalat dhuha.



Doa Shalat Dhuha

Meski doa shalat dhuha nan ada di buku-buku tuntutan shalat, baik nan spesifik membahas shalat dhuha maupun buku nan tak khusus, tak memiliki dalil nan kuat. Namun mengamalkan doa shalat dhuha tersebut tak berdosa sebab kandungan isi doa tak bertentangan dengan akidah ataupun menyalahi syariat. Dengan tak adanya doa spesifik menunjukkan, bahwa usai melakukan shalat dhuha, orang nan shalat boleh membaca doa shalat dhuha sinkron dengan keinginannya. Selama doa nan dibaca tak bertentangan dengan akidah islamiyah dan tak bertentangan dengan syariat.

Adapun bunyi doa shalat dhuha nan lazim dibaca ialah seperti berikut ini.

Allahumma innadh dhuha dhuhauk wal baha a bahauk wal jamala jamaluk wal quwwata quwwatuk walqudrata qudratuk wal'ishmata 'ishmatuk. Allahumma in kana rizqy fis sama'I fa anjilhu wa in kana fil ardhi fa akhrijhu wa in kana mu'siran payassirhu wa in kana haraman fathahhirhu wa in kana ba'idan faqarribhu bihaqqi duhaik wa bahaik wa jamalik wa quwwatik wa qudratik. Wa aatini ma ataita bihi 'ibadakash sholihin .

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya dhuha ialah dhuhamu, keagungan ialah keagungan-Mu, estetika ialah keindahan-Mu, kekuataan ialah kekuatan-Mu, dan konservasi ialah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku ada di langit, maka turunkanlah; Jika terdapat di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika rezeki itu sulit, maka mudahkanlah; jika terdapat keharaman, maka sucikanlah; dan jika jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu. Dan karuniakanlah saya dengan apa nan telah Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu nan shaleh."



Adab Membaca Doa Shalat Dhuha

Doa shalat dhuha tersebut dibaca usai melakukan shalat dhuha. Meski tidak ada anggaran mengenai tata cara pembacaanya, namun hendaknya sebelum membaca doa shalat dhuha ini diawali terlebih dahulu dengan beristighfar kepada Allah. Dengan beristighfar menunjukkan kehambaan orang nan shalat dhuha secara toral kepada Allah sehingga pembacaan istighfar menjadi pengantar agar Allah meluluskan doa shalat dhuha nan dibacanya.

Membaca doa shalat dhuha tersebut diawali dengan istighfar pada hakikatnya mengikuti jejak Nabi Nuh as. Hal ini dimaktubkan di dalam surat Nuh ayat 10-12:

"Maka saya berkata (kepada mereka),"Mohonlah ampunan kepada Tuhan-Mu, sungguh, Dia Maha Pengampun, pasti Dia akan menurunkan hujan nan lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."

Bila dikaji, ayat ini dengan keinginan orang nan membaca doa shalat dhuha tidak jauh berbeda. Sama-sama mengharapkan rezeki dari Allah. Pada masa Nabi Nuh as. mengharapkan diberi rezeki turunnya hujan, kemurahan rezeki dan tanam-tanaman nan subuh, demikian halnya dengannya pembaca doa shalat dhuha nan berharap dimurahkan Allah rezekinya. Karena itu, mestilah mengawalinya terlebih dahulu sebelum berdoa dengan beristighfat atau berzikir kepada Allah.

Jika memungkinkan, beristighfarlah kepada Allah sebanyak seratur kali. Jika tak mampu, tiga puluh tiga kali. Jika tak bisa, sebelas kali. Jika tak cukup waktunya, tiga kali. Minimal beristighfar, satu kali sebelum membaca doa shalat dhuha.

Jika masih memiliki waktu nan panjang, iringi lagi doa shalat dhuha dengan membaca surat al-waqi'ah. Artinya, setelah membaca doa shalat dhuha, dilanjutkan dengan membaca surat Al-Waqi'ah. Karena Rasulullah Saw. bersabda, "Surat al-waqi'ah ialah surat kekayaan. Maka baca surat tersebut dan ajarkan kepada anak-anakmu."

Doa shalat dhuha nan dipanjatkan kepada Allah ialah doa memohon diberikan kekayaan, maka dengan ditambah lagi membaca surat al-Waqi'ah akan semakin memperlancar rezeki nan dimiliki.



Kandungan Doa Shalat Dhuha

Bila dipahami doa nan dipanjatkan, hakikatnya menunjukkan bahwa orang nan membaca doa shalat dhuha tersebut benar-benar menyerahkan diri kepada Allah. Meyakini bahwa Allah nan memiliki segalanya. Makanya diawali dengan kata "dhuha" menunjukkan bahwa nan memiliki dhuha ialah Allah. Demikian halnya rezeki, kekuatan, konservasi dan segala hal nan ada di bumi ini milik Allah.

Makanya, memanfaatkan waktu dhuha menunjukkan bukti syukur kepada Allah Swt. telah dapat menikmati pagi. Maka tidak salah bila mengawali doa shalat dhuha dengan kata " innadh dhuha dhuhauk ". Penyebutan dhuha di dalam doa shalat dhuha ini menunjukkan bahwa doa nan dipanjatkan memang berada dalam waktu dhuha. Oleh sebab itu, shalat ini tak dapat dilakukan diluar dari waktu shalat dhuha. Demikian halnya dengan doanya.

Jadi, pembacaan doa shalat dhuha tersebut memang membuktikan bahwa meraih rezeki dari Allah secara generik memang harus dilakukan di pagi. Dengan adanya penyebutkan, "Ya Allah, jika rizkiku ada di langit, maka turunkanlah; Jika terdapat di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika rezeki itu sulit, maka mudahkanlah; jika terdapat keharaman, maka sucikanlah; dan jika jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu. Dan karuniakanlah saya dengan apa nan telah Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu nan shaleh" menunjukkan bahwa masalah urusan rezeki ialah urusan Allah.

Manusia hanya berusaha. Jika Allah ingin menahan rezeki seseorang, tidak ada seorang pun nan bisa menghalanginya. Demikian halnya bila Allah ingin memberikan seseorang rezeki tidak seorang pun dapat menghalangi-Nya. Artinya, Allah Swt. nan menentukan rezeki seseorang. Selain itu, doa tersebut menunjukkan bahwa orang berdoa dengan menggunakan doa shalat dhuha tersebut berharap diberikan rezeki seperti rezeki nan diberikan kepada hamba-hamba Allah nan shaleh.

Jadi, doa shalat dhuha nan dibaca, dapat dimaklumi sebagai doa nan memiliki edukasi bahwa urusan mudah dan sulitnya rezeki, Allah nan mengatur. Tak ada campur tangan manusia. Manusia hanya disuruh berusaha. Usaha plus dibantu dengan doa shalat dhuha merupakan salah satu 'jalan tol' aga Allah memberikan kelancaran dalam mendatangkan rezeki. Karena Allah sangat suka kepada hambanya nan senantiasa meminta kepada-Nya. Sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur'an seperti berikut.

"Berdoalah kepada Allah, pasti akan diperkenankan."

Artinya, dengan doa shalat dhuha menjadi media buat mempercepat rezeki Allah. Oleh sebab itu, membaca doa shalat dhuha ini bukan hanya sekedar memohon rezeki kepada Allah. Tapi juga menanamkan akidah nan kuat. Menanamkan bahwa hanya Allah nan memberi rezeki. Inilah misteri nan didapat oleh mereka nan acap kali membaca doa shalat dhuha nan telah dijelaskan di atas.