Maher Zein Pun Ikut Membuktikannya

Maher Zein Pun Ikut Membuktikannya

Perkembangan Islam di benua Eropa nan paling menarik dibahas ialah tentang kondisi islam di salah satu benuanya. Yaitu, Austria. Berdasarkan data sensus tahun 2001, Islam ialah agama minoritas terbesar di Ausria dengan lebih 4 persen penduduk, setara dengan minoritas Protestan nan berjumlah 4 persen. Agama mayoritas nan dianut penduduk Austria nan berjumlah sekitar 8 juta jiwa dipegang oleh Katolik, nan jumlahnya lebih dari 70 persen. Dari jumlah ini kita bisa menghitung di Austria ada sekitar 350 ribu jiwa muslim.

Jumlah ini melonjak cukup tinggi jika dibandingkan sensus tahun 1971 nan hanya 0,3 persen dari populasi Austria nan terdaftar resmi sebagai muslim. Tahun 1991, jumlah ini meningkat, yakni sekitar 158.777 muslim dihitung dalam survei nan sama (2 persen dari populasi). Muslim di Austria dalam waktu beberapa tahun ini juga semakin bertambah, nan membuat mereka dapat berbicara lebih signifikan di ruang publik Austria. Di Wini, kini, banyak muslimah berseliweran memakai jilbab.

Dalam hal etnis, kelompok terbesar ialah keturunan Turki (134.210 orang), diikuti oleh Bosnia (96.210 orang). Selama dasa warsa terakhir, orang-orang Arab juga signifikan (10.123 orang). Satu lagi nan menjadi bagian besar dari populasi muslim di Austria bersal dari Mesir dan Iran. Baru-baru ini , lebih jauh lagi, kenyataan nan meningkatkan populasi muslim ialah banyaknya warga Austria sendiri nan menjadi muallaf dengan memeluk Islam.



Perkembangan Islam di Benua Eropa - Masuknya Islam di Austria

Islam di Austria memiliki sejarah panjang. Dimulai sejak masa kesultanan Turki Ustmaniyah. Saat itu, pasukan Turki memasuki Austria, tapi sukses dipukul mundur pasukan dari kekaisaran Austria. Meskipun upaya ini gagal, Islam mulai berpengaruh secara konkret bagi Austria setelah beberapa periode itu mulai banyak orang Turki nan masuk Austria nan kemudian menetap. Mereka disambut baik oleh penguasa nan memberi mereka kebebasan beragama.

Setelah Perang Global Kedua, gelombang baru imigran muslim di Austria. Mereka sebagian para buruh nan membantu merekonstruksi negera tersebut nan hancur pasca perang itu. Setelah tahun 1964, para pekerja dari sektor lain masuk terutama dari Turki, Bosnia dan Herzegovina dan Serbia. Di tambah lagi dengan banyaknya mahasiswa muslim nan belajar di Austria, teruma di Universitas Austria.

Selama tahun 1970-an itu, kedatangan imigran meningkat, imbas dari majunya ekonomi Austria. Gelombang berakhir dari imigran muslim tiba di awal 1990-an dari Yugoslavia. Mereka rata-rata menetap di wilayah industri seperti Vorariberg, Wina, Salzburg dan Tyrol.



Perkembangan Islam di Benua Eropa – Mendapat Pengakuan Positif

Sejak satu abad lalu, Islam sudah diakui negara lewat konstitusi. Ini mencerminkan sikap toleransi nan baik serta keterbukaan dalam masyarakat. Negara mengakui keberadaan muslim sebab muslim juga berkontribusi dengan baik bagi kehidupan bernegara di Austria.

Pengakuan berbentuk hukum spesifik bagi pemeluk Islam itu diberlakukan pada masa Kaisar Habsburg Franz Joseph pada tahun 1912. Kebijakan ini diambil sebagai konsekuensi atas dominasi Austria terhadap Bosnia-Herzegovina. Pemerintah ingin mengakomodir keberadaan tentara nan beragama Islam dari Bosnia. Mereka ini dianggap krusial karena menjadi bagian pertahanan negara.

Dengan hukum tersebut, keberadaan Islam di Austria menjadi setara dengan agama-agama lainnya. Sehingga, muslim minoritas di negara ini memperoleh legalitas buat menjalankan syiar-syiar keagamaan secara terbuka. Termasuk pula mendapatkan hak pedagogi agama Islam bagi anak-anak mulsim nan mengeyam pendidikan di sekolah-sekolah umum.

Pengakuan konstitusional inilah nan diperingati pada bulan Juni 2012 di Austria. Pemerintah Austria memfasilitasi sebuah acara seremonial dengan undangan terbatas di Rathaus, balai kota Wina. Esoknya, acara nan lebih santai dan terbuka buat semua lapisan masyarakat, khususnya komunitas muslim di Austria, diselenggarakan di Islamic Center kota Wina.

Presiden Austria, Heinz Fischer, hadir sebagai tamu kehormatan pada acara seremonial di Rathaus. Beliau menekankan perlunya memperat interaksi dalam atmosfer damai dan saling menghormati, terutama dikaitkan dengan kewajiban buat tetap mematuhi hukum-hukum negara.

Fuad Sanac, salah seorang tokoh muslim Austria, dalam sambutannya menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Austria terhadap Islam perlu dijadikan contoh oleh negara-negara Eropa lainnya. Austria menjadi bukti bahwa sikap waspada terhadap Islam sangat tak konstruktif. Komunitas muslim haruslah dipandang sebagai aset bangsa nan perannya juga tak kecil bagi kemakmuran Austria.



Maher Zein Pun Ikut Membuktikannya

Acara penuh kehangatan dan ide-ide membangun tersebut ditutup dengan penampilan Maher Zain. Musisi Islami nan bersuara emas ini mendapat sambutan hangat dari para penonton. Mereka merasa terhibur dan juga mendapatkan pemahaman mengenai Islam dari lagu-lagu Maher Zain. Presiden Austria memberi apresiasi dengan menyalami Maher langsung setelah acara berakhir.

Esok harinya, loka seremoni berpindah ke Mesjid Islamic Center nan berlokasi di tepian sungai Donau nan membelah kota Wina. Masjid ini merupakan satu dari sekian mesjid nan bermenara di Austria, selain mesjid nan terletak di kota Saalfelden, Telfs dan Bad Voslau.

Hawa terik musim panas kota Wina tidak menyurutkan langkah Muslim Austria buat bersilaturrahmi dalam perbedaan makna kegembiraan dan kebersamaan. Mereka telah mulai berdatangan sebelum jarum jam menunjukkan pukul 3 sore, jadwal resmi nan tertera dalam undangan.

Warga muslim Austria, dari berbagai rumpun bangsa dan loka berdomisili, memenuhi loka acara nan merupakan pondopo semi permanen di pelataran Mesjid Islami Center. Tak ketinggalan, anak-anak juga merasa senang. Mereka bergembira dengan souvenir nan dihadiahkan oleh panitia, berupa tas, bendera serta aksesoris pin nan menarik.



Komentar Presiden Austria

Pengakuan secara konstitusional ini juga diikuti pembelaan pemerintah terhadap komunitas Islam Austria. Presiden Austria Heinz Fischer pernah mengecam peredaran poster kampanye anti-Islam jelang pemilu di negara itu. Ia mengaku sangat malu dengan isi poster itu, nan menyebut Austria lebih krusial dari Islam.

Bagi presiden Heinz Fischer, integrasi kelompok agama sangat krusial bagi Austria tapi pengakuan terhadap komunitas Islam di Austria juga sangat penting, sebab dalam sejarah pengakuan itu membuahkan banyak hal nan positif. Peringatan seabad Islam di Austria, menurut Presiden Heinz Fischer ialah langkah konkret menangkal segala bentuk kampanye anti-Islam. Tak boleh satu kelompok ingin menyingkirkan kelompok nan lain. Integritas sosial sangat krusial bagi Austria.

Banyaknya warga Austria nan masuk Islam disebabkan kerinduan nan dalam akan sebuah spiritualitas. Islam menjawab kenyataan ini dengan ajaran-ajarannya nan lengkap. Mereka merasa agama nan dianut mayoritas warga Austria tidak cukup menjawab kegelisahan mereka hingga mereka mencarinya dalam Islam. Mereka memeluk Islam dan mereka menemukan kedamaian.

Penduduk Austria tak buta informasi. Mereka juga membaca banyaknya label negatif nan disematkan kepada Islam. Tapi mereka juga ialah mahluk rasional nan independen dalam berpikir. Justru banyak label dan cacat membuat mereka rerlantang buat mencari tahu sendiri mengenai Islam nan sebenarnya.

Dalam proses mencari tahu inilah hidayah sampai kepada mereka hingga mereka memeluk Islam. Apa nan dikatakan orang tentang Islam tidak mereka temukan kebenarannya saat mengkaji Islam. Kenyataan ini berjalan tidak hanya di Austria, tapi juga hampir di banyak negara Eropa, juga Amerika Serikat.

Jadi menjadi “muslim” dan menjadi “Austria” sudah menjadi hal nan lumrah saat ini. Jika bepergian ke seluruh dunia, muslim Austia akan menyatakan diri mereka ialah orang Austria.

“Kami warga Austria dan Islam ialah bagian nan tidak terpisahkan dari negara ini sejak seabad lalu. Negara ini telah menghormati dan mengakui kami, serta memberi kami banyak kemudahan nan bahkan tak bisa dinikmati oleh negara-negara Islam lainnya.

Inilah perkembangan Islam di benua Eropa nan dilihat dari Austria. Yang menunjukkan bahwa Islam di Austria berjalan dengan kedamaian. Muslim di sana berkontribusi dengan baik di kehidupan sosial di Austria.