Fungsi Tema dan Konsep Cerita bagi Penulis Novel

Fungsi Tema dan Konsep Cerita bagi Penulis Novel

Dulu, jika seorang anak atau remaja ditanya tentang cita-cita, umumnya mereka menjawab ingin menjadi dokter, guru, polisi, tentara, atau insinyur.
Kini, pilihan cita-cita nan akan ditekuni menjadi semakin luas seiring dengan bertambahnya wawasan dan informasi nan mereka terima. Sudah bukan hal nan aneh jika anak-anak atau remaja mengatakan cita-citanya ialah menjadi koki, wartawan, detektif, atau penulis novel .

Keinginan buat menjadi penulis novel ini mengemuka seiring dengan maraknya penerbitan novel, baik novel-novel orisinil karya penulis Indonesia maupun novel-novel terjemahan. Lebih-lebih ketika melihat contoh-contoh berhasil para penulis novel nan tidak hanya menjadi populer namun juga kaya-raya.
Dari luar Indonesia, ada nama-nama seperti JK Rowling, John Grisham, Stephen King, Orhan Pamuk, dan lain-lain. Dari dalam negeri sendiri ada nama-nama penulis novel nan juga mencatat berhasil seperti Andrea Hirata, Asma Nadia, Raditya Dika, Dewi “Dee” Lestari, dan lain-lain.

Berbondong-bondonglah orang menulis novel dan bermimpi menjadi penulis novel terkenal. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Aliran novel nan hendak digarap pun bermacam-macam, mulai dari drama romantis, drama komedi, lawak plesetan, fantasi, parodi, misteri, horor, science fiction, religi, dan lain-lain. Segmen pembaca nan hendak disasar pun beragam: anak-anak, remaja, atau dewasa.



Harus Kuliah Dimana?

Untuk menjadi penulis novel, seseorang tak perlu menunjukkan ijazah sebagai bukti telah menyelesaikan pendidikan di jenjang tertentu. Banyak orang beranggapan bahwa buat menjadi penulis novel maka harus kuliah di Fakultas Sastra atau di Fakultas Bahasa.

Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Banyak penulis novel nan berhasil meskipun tidak pernah kuliah di Fakultas Sastra atau Fakultas Bahasa. Ada nan berlatar belakang pendidikan teknik, kedokteran, kesehatan, farmasi, politik, pertanian, ekonomi, hukum, komunikasi, dan lain-lain.

Tak sedikit pula penulis novel nan bahkan tidak mengecap pendidikan di perguruan tinggi atau hanya sempat kuliah 1-2 semester sebelum akhirnya drop out.

Apakah menjadi penulis novel, lebih-lebih penulis novel di Indonesia, memiliki prospek nan baik dalam arti mendatangkan laba finansial serta bisa memenuhi kebutuhan hidup?



Prospek Bagus

Pekerjaan sebagai penulis novel bisa menguntungkan dan berprospek bagus jika:
• Novel nan ditulis menjadi best seller nasional
Tidak ada patokan kapan seorang penulis novel bisa menghasilkan sebuah karya best seller. Ada penulis novel nan karya perdananya langsung best seller sejak cetakan pertama seperti Andrea Hirata.
• Produktif menulis
Meskipun tak menghasilkan novel nan selalu best seller nasional seperti Andrea Hirata, penulis novel bisa hayati cukup jika produktif menulis. Jangan berpuas diri hanya dengan menerbitkan satu novel. Tulis dan terbitkan lagi novel kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
• Tidak membatasi diri hanya dari menulis novel
Selain menulis novel, seorang penulis novel juga bisa menulis cerpen atau cerita kontiniu buat dikirimkan ke majalah atau surat kabar. Penulis novel juga bisa menjadi pembicara atau memberikan pelatihan penulisan novel.

Namun buat pelatihan penulisan novel tidak semua penulis novel bisa dan layak melakukannya. Penulis novel dengan jam terbang tinggi atau dikenal sebagai pencetak novel best seller tentu lebih kompeten dibandingkan penulis novel nan baru menerbitkan satu novel dengan taraf penjualan nan kurang bagus.

Jika siap dan menyadari segala risiko sebagai penulis novel, mengapa tidak?



Fungsi Tema dan Konsep Cerita bagi Penulis Novel

Salah satu hal nan sangat krusial buat dimiliki oleh seorang penulis novel ialah kekuatannya dalam mempersembahkan tema dan konsep cerita. Tema tersebut dibuat semenarik mungkin oleh penulis, namun belum tentu dapat ditangkap sebagai suguhan nan menarik bagi pembaca.

Jika bagi penulis cinta ialah hal nan menarik, belum tentu hal itu akan menarik bagi pembaca nan sedang tak mengalami atau tak ingin berbicara mengenai hal tersebut. namun, hal tersebut dapat menjadi sebuah tema nan menarik asalkan disajikan dalam bentuk dan konsep nan menarik.

Misalnya saja, pembicaraan mengenai bubur kacang hanya akan enak dan menarik buat dibaca jika terdapat penceritaan nan baik dari penulis sehingga bubur kacang bukan hanya sebagai sebuah makanan nan disajikan dalam semangkuk kecil dan dalam keadaan hangat, tapi juga dapat menjadi salah satu bumbu pembicaraan mengenai cinta, afeksi antara orang tua dan anak, pengalaman depresi, dan masih banyak lagi.

Selain itu, tema dan konsep nan meanrik juga akan membuat pembaca merasa tergerak buat melakukan sesuatu seperti halnya tokoh dalam cerita novel nan ditulis tersebut.

Sebagai contoh, jika seseorang mengalami putus cinta, maka ia cenderung lebih tertutup dan tak mau melakukan banyak hal. Sementara itu, dalam sebuah novel diceritakan bahwa tokoh tersebut juga mengalami hal nan sama, namun ia tak hanya diam melainkan mencari berbagai kesibukan buat dapat melupakan rasa sakit hatinya dampak patah hati.

Si pembaca nan membaca novel tentang romansa tersebut tentu akan merasa terhibur sebab ternyata ada pula orang atau tokoh lain nan merasakan pengalaman serupa dari rasa cinta dan patah hati. Oleh karena itu, ia pun melakukan hal nan sama dengan orang atau tokoh dalam cerita.

Pengemasan cerita akan menjadi lebih baik lagi ketika penulis menyampaikan hikmah dari apa nan ditulisnya, baik nan terusrat maupun nan tersirat. Hal ini akan membuat orang nan membacanya memahami apa amanat nan hendak disampaikan oleh penulis melalui ceritanya itu.



Sikap Membaca buat Siap Menulis

Seperti nan telah disebutkan di atas, membaca merupakan hal krusial nan harus dilakukan buat mengiringi seorang penulis dalam menulis karya nan baik. Dalam hal pembacaan karya pun, setiap orang dituntut buat melakukan pembacaan nan baik. Berikut ialah beberapa sikap membaca nan baik nan dapat diterapkan saat membaca.

1. Sabar
Pembaca nan sabar seyogyanya akan membaca dari halaman pertama sampai dengan akhir tanpa ada nan terlewat. Hal ini dilakukan buat menghindari adanya komunikasi nan hilang dari apa nan hendak disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, belajarlah buat membaca halaman per halaman tanpa melewati halaman lainnya karena informasi nan didapat dapat saja terlewati saat Anda melewati sejumlah halaman nan dianggap tak menarik buat dibaca.

2. Telaten
Telaten di sini merupakan pengalaman pembacaan nan teliti saat membaca. Menerima setiap kata nan dibaca menjadi sesuatu nan wajib dicerna sehingga pembacaan tak hanya diterima oleh penglihatan saja, tapi juga dapat dipahami oleh pikiran, dan dapat dirasakan melalui perasaan. Ketiga hal ini akan menjadi pengalaman krusial pula saat Anda menulis nantinya.

3. Sungguh-sungguh
Dalam setiap melakukan apa pun, kesungguhan selalu dituntut agar hasil nan didapat dari proses melakukan tersebut dapat berbuah manis. Membaca dengan sungguh-sungguh akan membuat Anda menulis pula dengan sungguh-sungguh. Hal inilah nan nantinya akan menjadi poin krusial saat Anda menyuguhkan sebuah tulisan buat pembaca.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dalam proses menulis, dibutuhkan berbagai teknik nan baik dan sahih buat dapat menghasilkan tulisan nan baik. Selain itu, Anda juga perlu memahami konsep dan tema nan ingin Anda sampaikan agar amanat tersebut sampai kepada pembaca.

Beberapa sikap membaca perlu diterapkan pula dalam kehidupan Anda agar Anda dapat menempatkan diri sebagai pembaca dan mengetahui berbagai macam selera nan dikehendaki oleh pembaca.