Komponen-Komponen Kebudayaan

Komponen-Komponen Kebudayaan

Kebudayaan atau budaya secara etimologis berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni Budhi nan berarti akal budi. Oleh karena itu, kebudayaan sering kali dihubungkan dengan akal budi manusia. Sementara di dalam bahasa Inggris, budaya disebut dengan culture (kultur) nan berarti mengolah atau mengerjakan.

Beberapa pakar berpendapat bahwa budaya merupakan satu cara hayati nan muncul dan berkembang sehingga menjadi milik bersama suatu kelompok sosial nan kemudian diwariskan ke generasi berikutnya.

Budaya sendiri merupakan sesuatu nan kompleks sebab terbentuk dari majemuk aspek, seperti politik, agama, ekonomi, dan aspek kehidupan lainnya. Dengan begitu, budaya juga merupakan suatu pola hayati nan menyeluruh serta luas sebab menyangkut berbagai elemn krusial dalam kehidupan manusia.



Pengertian Kebudayaan

Istilah lain nan erat kaitannya dengan kehidupan manusia ialah kebudayaan. Istilah tersebut sebetulnya merupakan afiksasi dari budaya nan kemudian dianggap sebagai sebuah nilai mengenai budaya.

Kebudayaan memiliki interaksi nan sangat erat dengan manusia sebab menyangkut segala struktur sosial, politik, ekonomi, religi, sosial, dan semua hal nan mengonstruksi kehidupan manusia, naik secara individu maupun secara kelompok.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu nan berpengaruh terhadap taraf pengetahuan manusia nan nantinya memunculkan suatu tindakan eksklusif dalam kehidupan sehari-hari.



Unsur-Unsur dan Wujud Kebudayaan

Berikut ialah unsur-unsur nan membentuk kebudayaan :
1. kebiasaan sosial
2. Organisasi ekonomi (sistem ekonomi)
3. Alat-alat teknologi
4. Kekuatan politik

Sementara itu, wujud kebudayaan terdiri atas tiga macam, yakni gagasan, aktivitas, dan artefak.

Gagasan merupakan wujud kebudayaan nan tak dapat dipandang secara konkret sebab wujudnya nan abstrak dan berupa gagasan, ide, nilai, serta anggaran nan berlaku pada suatu kehidupan kelompok.

Aktivitas merupakan wujud kebudayaan nan dimanifestasikan dalam bentuk tindakan konkret nan dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan artefak ialah wujud kebudayaan nan merupakan hasil dari gagasan dan tindakan nan sudah dilakukan oleh manusia kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu, ketiga wujud kebudayaan tersebut tak dapat dipisahkan satu sama lain.



Komponen-Komponen Kebudayaan

Berikut ialah komponen kebudayaan nan dihasilkan berdasarkan wujud kebudayaan tersebut.

Kebudayaan Material

Kebudayaan material merupakan kebudayaan nan mengacu pada hasil karya cipta manusia nan berbentuk konkret dan konkret. Berbagai hasil karya cipta manusia ini dapat kita temukan dari hasil kerajinan tangan manusia, seperti alat-alat memasak, perkakas pertanian, dan lain sebagainya.

Misalnya saja, kita dapat membedakan kebudayaan material tradisional nan berbentuk alat-alat memasak nan terbuat dari bahan alam dengan kebudayaan material modern nan berbentuk pesawat terbang atau komputer.

Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial merupakan kebalikan dari kebudayaan material, yakni kebudayaan nan bersifat abstrak nan dapat diturunkan ke generasi selanjutnya. Komponen ini dapat kita temukan dalam karya seni, seperti sastra rakyat, dongeng, legenda, tarian, dan lain sebagainya.

Lembaga Sosial

Lembaga sosial ini merupakan suatu komponen kebudayaan nan berperan krusial dalam hal komunikasi budaya. Dengan adanya forum sosial, maka suatu kebudayaan pun dapat bernapas dan melebarkan sayapnya ke global luar.

Sistem Kepercayaan

Sistem evaluasi nan terdapat dalam masyarakat dipengaruhi pula oleh sistem kepercayaan dan keyakinan nan mereka anut. Itulah sebabnya, selalu ada polemik kebudayaan antara satu pihak dengan pihak lain dalam suatu kelompok sosial dengan sistem kepercayaan nan berbeda.

Estetika

Estetika nan berarti estetika ini memiliki interaksi dengan seni, musik, cerita, serta kebudayaan nonmaterial lainnya sebagai suatu parameter bagus atau tidaknya sesuatu dalam ranah kebudayaan.

Bahasa

Bahasa merupakan satu komponen nan tak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Di mana ada budaya, di situ ada bahasa. Sementara itu, bahasa merupakan representasi atas suatu kebudayaan masyarakat penggunanya.



Fenomena Sosial Budaya dalam Masyarakat Multikultural

Kekerasan di berbagai daerah nan dipicu konflik berbau agama cukup membuat hati miris. Seharusnya, ada cara-cara elegan nan bisa mengantisipasi kejadian tersebut. Bukankah disparitas itu tidak mungkin terhindarkan. Anggota keluarga nan tinggal dalam satu rumah saja dapat berbeda. Apalagi, orang nan tinggal di loka lain.

Ada baiknya, pihak mayoritas memberikan toleransi dan pengertian nan sangat besar pada perkembangan kelompok sosial tertentu. Terutama, perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural nan lekat dengan Indonesia. Kalaupun akan membatasi perkembangannya, pemerintah harus membuat peraturan nan tegas. Jangan sampai terjadi putus harapan sosial nan akan berakibat pada revolusi sosial nan anarkis.



Bukan Buenos Aires

Indonesia bukan seperti ibukota Argentina, Buenos Aires, nan walaupun merupakan salah satu kota terpadat di dunia, masyarakatnya ialah monokultural sehingga penanganan masalah dapat lebih mudah dan tidak harus melibatkan banyak unsur. Sementara itu, Indonesia merupakan suatu negara dengan banyak suku bangsa dan etos nan sangat beragam.

Berbagai praktik keagamaan nan berbeda dapat saja menimbulkan kecemburuan. Bahkan, kebencian dari kelompok lain. Akan tetapi, Indonesia mempunyai Pancasila dan konsep Berbeda-beda Tungkal Ika. Harusnya, dua hal ini dapat dijadikan landasan dalam menangani permasalahan nan ada.



Mengapa Ahmadiyah Dibenci?

Masyarakat Badui mempercayai adanya Tuhan. Praktik keagamaan mereka menggabungkan ritual Islam dan Hindu. Sebagian masyarakat Jawa juga mengakui bahwa mereka menganut agama Islam. Namun, praktik ritual mereka masih bercampur dengan ajaran Hindu.

Masyarakat Kampung Naga juga menganut agama Islam tapi masih ada juga ritual-ritual nan mirip dengan ritual agama Hindu. Namun, kelompok ini dapat hayati damai di lingkungannya dan tidak ada gesekan apapun dengan masyarakat sekitar. Malahan, masyarakat menghargai peraturan dan adat istiadat nan ada di kelompok sosial tersebut.

Akan tetapi, mengapa umat Islam eksklusif merasa sangat membenci Ahmadiyah? Pertama, nama kelompok ini nan membawa-bawa nama Islam. Kedua, keyakinan masyarakat di luar Ahmadiyah nan telah menganggap bahwa kelompok ini sesat dan menyesatkan. Ahmadiyah dianggap bathil dan telah menghina Islam dengan mempunyai nabi lain setelah Rasulullah, mempunyai kitab lain selain Al quran, dan mempunyai syahadat nan juga berbeda.

Hal-hal itulah nan membuat kekerasan tersebut terjadi. Selain itu, ketidaktegasan pemerintah dan kelambanan dalam mengantisipasi bara nan sudah mengendap dalam sekam membuat barah itu berkobar. Masyarakat mayoritas merasa berhak menghukum kelompok minoritas. Mereka merasa mempunyai kekuatan, terutama berdasarkan ajaran agama. Bagai di zaman khalifah Abu Bakar saat menumpas para nabi palsu. Mereka lupa bahwa Indonesia bukan negara Islam dan setiap warga negara berhak hayati dan tumbuh di negeri yang latif ini.

Seharusnya, masing-masing pihak duduk bersama dan menjauhi perang. Tak akan habis dendam bila selalu dipupuk. Kebencian hanya akan melahirkan kehancuran nan memusnahkan akar-akar perdamaian nan menjadi salah satu syarat hayati bahagia.



Amish

Amerika juga mempunyai masyarakat Amish nan masih memegang teguh ajarannya. Namun, apa nan membuat pihak mayoritas menghargai mereka? Rasa toleransi dan penghormatan atas hak-hak asasi tiap warga negara buat hayati dan berkembang di suatu negera dengan damai.

Dari gambaran di atas, bisa disimpulkan bahwa perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikulturan dapat berubah sinkron dengan peradaban serta komponen lain nan memengaruhi kebudayaan tersebut.