Langkah Mengurangi Pengangguran

Langkah Mengurangi Pengangguran

Salah satu masalah nan cukup besar di Indonesia ialah masalah pengangguran, nan tidak pernah teratasi setiap tahun. Faktor pengangguran dapat majemuk macamnya dan ini tak boleh diabaikan oleh pemerintah.

Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya buat mengatasi masalah ini. Walau bukan hal mudah, pengangguran niscaya dapat ditangani bila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama.



Banyaknya Pengangguran

Data pengangguran di Indonesia saat ini sungguh dapat menimbulkan keprihatinan. Betapa tidak, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah pengangguran di negeri ini mencapai sekitar 8% dari jumlah angkatan kerja.

Sekitar 12,8 juta jiwa masyarakat Indonesia menganggur, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu. Ditambah lagi, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad di tahun ini ada penambahan jumlah pengangguran sekitar 1,1 juta, yakni dari tamatan sekolah (perguruan tinggi) nan belum terserap lapangan pekerjaan.

Ada begitu banyak faktor nan menjadi penyebab sulitnya buat menurunkan data pengangguran di Indonesia. Salah satunya, yaitu kekurangseriusan pemerintah dalam mengurangi jumlah penganggur, kerangka berpikir masyarakat nan masih menganggap menjadi pegawai negeri lebih martabat dan lebih menjamin hidup, serta lemahnya mental berusaha sebagai fundamen kokoh memperbaiki kehidupan ekonominya.

Masyarakat tidak dapat serta merta hanya mengandalkan peran pemerintah dalam menggusur angka pengangguran tanpa mereka terlibat aktif dalam upaya membebaskan dirinya sendiri paling tak buat menganggur.

Keadaan masyarakat nan banyak menganggur jelas akan memengaruhi keadaan ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Masih banyak masyarakat nan menganggur tentu akan membuat produktifitas menurun, pendapatan nan minim, dan berimplikasi pada meningkatkanya jumlah kemiskinan. Jika tidak segera dilakukan upaya atau langkah tepat buat mengatasinya, maka perekonomian di suatu negara berada diambang kehancuran.

Data pengangguran di Indonesia dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan dinyatakan dalam persentase. Pengangguran dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan jumlah GNP (Gross National Product) dan pendapatan per kapitanya.

Di Indonesia ada nan disebut dengan pengangguran terselubung, yakni pekerjaan nan sebenarnya dapat dilakukan dengan jumlah pekerja nan minimal dilakukan dengan mempekerjaakan banyak orang.



Faktor Pengangguran

Ada beberapa faktor nan mempengaruhi banyaknya pengangguran di Indonesia. Berikut ini ialah beberapa penyebab pengangguran nan generik terjadi di Indonesia.



1. Pendidikan Rendah

Tak dapat dipungkiri, taraf pendidikan nan rendah dapat menyebabkan seseorang buat sulit mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan pekerjaan sendiri, tetap akan kesusahan sebab pola pikir dan pengetahuannya tak berkembang. Ini bukanlah hal mutlak, tetap ada beberapa orang nan sukses memiliki pekerjaan walau hanya berpendidikan rendah.



2. Kurang Keterampilan

Banyak orang walau hanya lulusan SMP atau SMA, tetap berhasil di bidang eksklusif sebab memiliki suatu keterampilan. Keterampilan nan dimaksud tentu bermacam-macam, mulai dari keahlian di bidang komputer, kerajinan tangan, keterampilan berbisnis atau berdagang, dll.



3. Kurang Lapangan Pekerjaan

Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah nan begitu tinggi. Jumlah nan sangat besar ini tak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan, baik nan disediakan oleh pemerintah maupun swasta.



4. Kurangnya Taraf EQ Masyarakat

Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi, nan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara atau berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya nan mendukung dalam hayati di masyarakat. Orang nan pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan apapun, dibanding orang nan selalu pendiam dan tak berani mengeksplor potensi diri.



5. Rasa Malas dan Ketergantungan Diri pada Orang Lain.

Misalnya ada seorang lulusan sarjana nan kemudian tak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hayati pada orang tua atau pada pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk menjadi pengangguran. Selain itu, ia melewatkan peluang buat menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain. Bila banyak lulusan sekolah seperti itu, taraf pengangguran tentu akan sangat tinggi.



6. Tidak Mau Berwirausaha

Umumnya seseorang nan baru lulus sekolah atau kuliah sangat terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu ialah tujuan nan sangat mutlak. Bila bisa pekerjaan, memang tak masalah, tapi bila tak bisa walau sudah terus mencari, ia dapat jadi pengangguran.

Bila banyak lulusan sekolah tak terlalu fokus dalam melamar kerja, tapi menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja nan berguna bagi orang lain, pastilah angka pengangguran di Indonesia dapat ditekan bahkan dapat jadi tak ada lagi nan menganggur.



Langkah Mengurangi Pengangguran

Dengan naiknya data pengangguran di Indonesia, membuat pemerintah perlu segera memperkuat kuda-kuda buat mengatasinya. Angka 1,1 juta tambahan penganggur tentu menjadi problem ekonomi nan mesti segera diatasi secara seksama.

Pemerintah, salah satunya diwakili oleh Fadel Muhammad, berupaya buat mendorong jumlah pengusaha nan baru. Selama ini, di Indonesia baru sekitar 0,18% penduduk nan menjadi pengusaha. Padahal idealnya jumlah pengusaha di negara berkembang, seperti Indonesia, minimal harus 2%.

Perlu segera dilakukan sinergi dengan berbagai pihak (swasta dan masyarakat) buat membentuk iklim usaha di mana pemerintah melalui departemen terkait dapat menjadi fasilitator utamanya. Semoga mendorong jumlah pengusaha baru dan menekan jumlah pengangguran nan tercatat dalam data pengangguran di Indonesia.

Seperti nan sudah disebutkan di atas, bahwa pengusaha di Indonesia nisbi sangat rendah. Untuk itu, di bawah ini akan dipaparkan mengenai kewirausahaan, sehingga diharapkan Anda bisa tertarik buat mulai berwirausaha.

Kewirausahaan muncul pertama kali pada abad 18, yaitu dengan diawali ditemukannya mesin uap, mesin pemintal, mesin lainnya nan bisa menghasilkan sebuah karya. Dengan mesin-mesin tersebut, mereka bisa menghasilkan sebuah karya dan berdampak pada pertumbuhan dan ekspansi organisasi melalui penemuan dan kreativitas.

Seorang wirausahawan ialah seseorang nan memiliki jiwa pemberani dalam mengambil resiko dalam rangka membuka usahanya di berbagai kesempatan. Masalah laba dan kekayaan bagi seorang wirausahawan bukan tujuan utamanya.

Seorang wirausaha nan memiliki jiwa pemberani dalam mengambil resiko berarti dia harus memiliki mental nan berdikari dan berani memulai usahanya, tanpa diliputi rasa takut atau cemas buat menjalani usahanya.

Di dalam memulai suatu usaha, ada tahapan-tahapan dalam melakukan wirausaha. Tahapan-tahapan tersebut ialah sebagai berikut.



1. Termin memulai usaha

Pada termin di mana seorang nan berniat buat melakukan usaha mulai mempersiapkan segala sesuatu nan diperlukan buat usahanya. Diawali dengan melihat peluang usaha baru nan memungkinkan buat membuka usaha barunya. Kemudian melakukan akuisisi atau melakukan franchising. Selain itu, hal nan krusial ialah memilih jenis usaha nan akan ditekuni, seperti bidang pertanian, produksi barang, atau jasa.



2. Termin melaksanakan usaha tersebut

Pada termin ini, seorang wirausahawan melaksanakan usaha nan telah direncanakannya. Seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek nan terkait dengan usahanya. Aspek-aspek tersebut meliputi pembiayaan, sumber daya manusia, kepemilika, organisasi, kepemimpinan, yaitu meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.



3. Termin mempertahankan usaha

Di dalam termin ini, wirausahawan menganalisis perkembangan usaha berdasarkan hasil nan dicapainya. Hal tersebut dilakukan buat meninjaklanjuti kondisi nan dihadapi wirausahawan tersebut.



4. Termin mengembangkan usaha

Pada tahapan ini, wirausahawan mengembangkan usahanya apabila hasil nan diperolehnya tergolong positif atau mengalami perkembangan dan bisa bertahan. Jadi, wirausahawan mengambil satu pilihan buat memperluas usahanya.

Apabila masyarakat Indonesia banyak nan berwirausaha, maka jumlah lapangan kerja akan bertambah dan mengurangi jumlah data pengangguran di Indonesia. Jangan takut buat berwirausaha, meskipun pendidikan nan diperoleh tergolong rendah, tapi kepercayaan diri dan kerja keras bisa membantu usaha nan dijalani menjadi maju dan berkembang.

Begitu juga dengan masyarakat nan memiliki pendidikan nan tinggi, jangan malu buat berwirausaha. Karena berwirausaha bukan sesuatu nan rendah, bahkan buat berwirausaha juga diperlukan ilmu pengetahuan dan kecerdasan.

Jadi, dari pada bersusah-susah mencari pekerjaan, lebih baik menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat nan menganggur. Tentu saja dibarengi dengan kerja keras dan usaha nan giat dalam membangun usaha tersebut.

Itulah beberapa faktor pengangguran nan banyak terjadi di Indonesia. Yang paling krusial ialah menanamkan sikap buat dapat menciptakan sesuatu, bukan mendapatkan sesuatu dengan cara mencari. Ini krusial ditanamkan pada setiap pelajar sejak dini. Ketika lulus nanti mereka siap menciptakan peluang kerja dan bukan hanya mencari atau melamar pekerjaan nan belum tentu mereka senangi.