Perempuan di Era Modern

Perempuan di Era Modern

Dalam berbagai artikel korupsi, sering disebut mengenai peran kaum perempuan dalam proses pemberantasan korupsi. Hal ini sebab posisi perempuan nan dipandang strategis dan cukup efektif dalam mencegah pembudayaan korupsi di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Sedemikian besarnya peran perempuan, sehingga selain dipandang sebagai matahari nan memberi semangat juga dapat dianggap sebagai kuda hitam. Di mana nantinya sang kuda inilah nan akan menghancurkan kehidupan seseorang.

Bukan hanya melalui artikel korupsi, hal ini sudah nampak dalam global perpolitikan tanah air nan melibatkan perempuan. Mulai dari kasus video mesum seorang anggota dewan nan berujung pada pencopotan kedudukan sang anggota dewan. Kasus tokoh agama nan disangkakan memiliki interaksi dengan seorang wanita muda, dan juga kasus video dan foto mesum para artis.

Namun perempuan tidak selamanya memiliki sejarah negatif. Begitu banyak nama perempuan perkasa nan namanya harum hingga sekarang. Tersebut mulai sederet pahlawan nasional macam Cut Nya Dien, Christina Martha Tiahahu, R.A Kartini hingga di era modern tersebut Susi Susanti dan Pratiwi Sudharmono. Itulah sedikit nama nan memiliki peran krusial dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga saat ini.



Perempuan di Era Modern

Pada masa reformasi seperti sekarang ini, di mana perang terhadap korupsi begitu gencar dilakukan. Salah satunya melalui artikel korupsi nan menyebutkan bahwa peran perempuan begitu diharapkan buat mengurangi praktek hitam ini. Meski bukan sebagai pelaku langsung, namun mau tau mau fenomena bahwa perempuan memiliki peran dalam penciptaan praktek korupsi.

Mengapa demikian? Salah satunya ialah bahwa mayoritas perempuan di Indonesia memainkan peran sebagai ibu rumah tangga. Dalam peran ini, perempuan memiliki kekuasaan dalam pengaturan arus uang nan diterima dari gaji suami dan pemakaian buat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sinilah proses kecukupan ekonomi dapat ditentukan, dan juga merupakan sebuah proses awal munculnya budaya korup atau tidak.

Seorang perempuan nan baik tentu akan mampu mengatur keuangan keluarga, sehingga semua dari penghasilan halal nan diterima mampu dioptimalkan buat memenuhi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, seorang perempuan nan berperan sebagai ibu rumah tangga, juga harus dapat memerankan diri sebagai manajer rumah tangga.

Yakni sebagai sosok nan mampu mengontrol dan mengaudit penghasilan nan diperoleh kepala keluarga. Sehingga pada akhirnya akan muncul kejelasan, mengenai berapa sebenarnya penghasilan suami dan juga sumber keuangan nan diperoleh. Inilah nan saat ini mulai sporadis nampak di lingkungan rumah tangga, khususnya di Indonesia.

Seorang ibu rumah tangga, sudah semakin banyak nan tak peduli terhadap asal usul penghasilan suaminya. Berapapun penghasilan nan diberikan seorang suami, lebih sering diterima tanpa ada proses bertanya tentang asal usul penghasilannya. Bahkan nan terjadi adalah, semakin banyak uang nan diberikan seorang suami, maka semakin diamlah sang perempuan tersebut.

Dalam konteks seperti ini, kebiasan demikian haruslah diubah. Seorang istri harus berani bertanya manakala suaminya memberikan uang belanja melebihi dari nan biasa diterima. Ini merupakan sebuah sikap hati-hati buat mencegah sang suami memperoleh tambahan penghasilan dari jalan nan tak semestinya.

Jika seorang suami tak dapat memberikan penjelasan, maka seorang istri harus dapat sesegera mungkin memberikan peringatan kepada suaminya buat tak melakukan tindakan nan melanggar hukum. Dapat dikatakan hal seperti ini merupakan salah satu tindakan audit internal atas keuangan rumah tangga. Jika dapat dilakukan, minimal akan mempersempit peluang bagi seorang suami buat melakukan tindakan melanggar hukum, dalam hal ini korupsi.

Peran perempuan dalam pencegahan korupsi dapat pula dilakukan dengan cara lain. Seperti misalnya mengubah gaya hayati mewah dan cenderung boros. Sebab salah satu motivasi seseorang melakukan korupsi ialah demi memenuhi kebutuhan hayati nan biasanya cenderung mewah dan berlebihan.

Di luar negeri tercatat, istri mantan presiden legendaris Filipina, Ferdinand Marcos tercatat sebagai perempuan dengan koleksi sepatu terbanyak di dunia. Namun di sisi lain, sang suami yaitu Marcos, harus melarikan diri dari negeri nan dipimpinnya. Hal ini terjadi, karena Marcos dituduh melakukan korupsi dalam jumlah nan tak sedikit.

Jika dianalisa dengan apa nan terjadi pada istrinya, dapat diambil konklusi bahwa salah satu motivasi Marcos melakukan korupsi ialah demi memenuhi nafsu sang hobi istri dalam hal berbusana. Di Indonesia, gejala seperti ini sudah nampak mewabah terutama di kalangan istri-istri pejabat.

Tecatat dalam setiap kegiatan Singapore Great Sale nan merupakan sarana dagang negeri jiran, selalu tercatat bahwa pembeli barang-barang mewah dalam jumlah banyak selalu datang dari Indonesia. Dan pembelinya hampir dapat dipastikan dari kalangan istri pejabat, di samping deretan seniman Indonesia.

Padahal dalam event tersebut, barang nan dipajang masih tergolong barang super mewah buat ukuran Indonesia. sehingga dapat diraba, bagaimana pola hayati dari para istri pejabat nan selain getol berbelanja di acara tersebut, juga sering diberitakan berbelanja besar-besaran saat sedang menemani sang suami ke berbagai loka di global ini.

Jika seorang istri mampu memainkan peran sebagai ibu rumah tangga bijak nan tidak silau oleh berbagai gemerlap kemewahan, merupakan cara nan efektif buat meredam nafsu korup para pejabat. Sebab, dengan gaji murni saja, sebenarnya para pejabat di Indonesia sudah lebih dari cukup buat dapat hayati layak tanpa perlu menilep kanan kiri.

Dari dua sisi itu saja, nampak sekali betapa besar sebenarnya peran para perempuan dalam menangkal dan memberantas budaya korup di negeri ini. Namun selama ini hal demikian belum banyak dilakukan. Penanganan korupsi masih sebatas pada pemrosesan terhadap pelaku korupsi saja.

Padahal begitu banyak faktor nan mempengaruhi seseorang melakukan tindakan korupsi. Dan faktor dari kehidupan di rumah merupakan salah satu faktor nan memiliki peran cukup besar dalam proses penciptaan budaya korup. Mengingat dari tradisi di rumahlah, sebuah konduite seseorang dapat terbentuk dan terwujudkan dalam konduite di lingkungan luar rumahnya.

Dengan demikian, dalam proses pemberantasan korupsi memanfaatkan kaum perempuan nan menjadi istri pejabat merupakan salah satu langkah efektif. Selain dengan memberikan ancaman sanksi bagi para pelaku korupsi itu sendiri. Pengoptimalan peran sebagai istri, sebagai pengawas internal buat para suami nan berposisi sebagai pejabat negara tidak ada salahnya dicobakan.

Para istri dapat diminta berperan sebagai seorang auditor dalam mengawasi arus keuangan suaminya. Dan manakala menemukan hal-hal nan absurd dalam sistem keuangan suami, maka sang istri dapat langsung meminta keterangan sejak dini. Hal ini krusial buat mencegah peluang makin membesarnya penyalahgunaan wewenang demi laba pribadi melalui korupsi tersebut.

Jika memang ditemukan hal nan janggal, seorang istri dapat berperan sebagai seorang advisor agar sang suami dapat tetap berada pada rel nan lurus. Bukan justru sebaliknya, mendorong suami buat makin mempertebal kocek pribadi dengan menggiatkan kegiatan korupsi tersebut.

Demikianlah, begitu besar peran perempuan. Tidak hanya dalam proses perjuangan fisik merebut kemerdekaan ataupun memperoleh prestasi taraf internasional. Namun di rumah pun, seorang perempuan dapat turut berperan dalam mewujudkan sebuah negara nan higienis dan bebas dari konduite korup. Sehingga para perempuan ini tak lagi dapat disebut sebagai "kanca wingking".