Contoh Pantun Jenaka

Contoh Pantun Jenaka

Sebagai sebuah karya sastra, pantun jenaka mempunyai kedudukan tersendiri di hati para penggemarnya. Pantun jenaka dibuat si pengarang buat menghibur orang lain nan menyimaknya. Sering pula digunakan buat memeriahkan suasana dalam suatu acara, atau pun berusaha membuat suasana menjadi lebih cair dan akrab, penuh kekeluargaan.



Sekilas Pantun

Yang dimaksud dengan pantun sebenarnya mempunyai pengertian sebagai teknik bersosialisasi nan dipilih dengan cara nan efektif dalam menyampaikan pesan .

Jadi meski nampak berkesan santai, namun pantun merupakan salah satu teknik berkomunikasi juga. Dalam perkembangannya, pantun original dengan pendefinisian seperti tersebut di atas merubah wujudnya, menjadi pantun adat, pantun sindiran, pantun nasehat dan pantun jenaka.

Pantun juga sebenarnya ialah sastra lisan nan dilakukan impulsif tanpa tulisan. Pantun ini termasuk kategori jenis puisi lama nan dikenal dalam bahasa melayu dan bahasa lain di Nusantara ini, juga ditulis buat memudahkan dalam menghapal, menggunakan dan menyebarkannya.

Istilah pantun juga dikenal di suku Batak, dengan sebutan umpassa (dibaca: uppasa), sementara dalam bahasa Jawa pun nan serupa pantun dinamakan parikan , seperti paparikan yang juga populer bagi suku Sunda.Sedangkan di masyarakat Banjar dikenal dengan tutur baturai berisikan pantun berbalas.

Meski nampaknya ringan, tak seberat puisi, namun pantun memiliki tatanan dan kaidah anggaran penulisan juga. Seperti pengaturan bait, larik serta barisnya.

Karena bagian dari pantun, pantun jenaka pun biasanya memiliki empat larik atau baris. Berpola a-b-a-b dan a-a-a-a. Tidak akan enak didengar jika pantun menyalahi pola ini, misalnya menjadi a-b-b-a atau a-a-b-b.

Dua larik pertama ialah sampiran, dan dua larik terakhir ialah maksud dari pantun tersebut. Biasanya bagian sampiran tidak ada kaitan sama sekali dengan bagian isi, melainkan hanya berupa pengantar irama saja, agar pantun lebih enak didengar.

Keunikan dari pantun maupun pantun jenaka, ialah pada unsur bunyi nan didengar di ujung kalimat, ketika pantun diucapkan. Estetika bunyi tersebut nan membuat pantun tampak unik.



Tujuan Pantun

Tetapi, terkadang pantun jenaka digunakan buat menyindir orang lain, namun diramu sedemikian rupa antara kata-kata nan digunakan, mimik muka, dan suasana ketika pantun dibacakan, tujuannya agar tak menyinggung dan menimbulkan sakit hati.

Kalau sebatas buat menyindir, sepertinya masih bisa dimaklumi. Namun apabila pantun, atau pantun jenaka sekalipun digunakan sebagai media buat saling mengolok, menyindir maupun menyerang satu sama lain; rasanya sungguh sangat disayangkan. Padahal pantun tersebut ialah nilai terindah nan diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, sekaligus menjadi kekayaan budaya nan patut dibanggakan.

Sehingga, apabila menemui hal atau kelompok orang seperti demikian; sebaiknya buat kembali sadar dan mengembalikan gambaran pantun itu sendiri sebagai khasanah budaya bangsa.

Tujuan pantun itu sendiri sebenarnya adalah:

  1. Media komunikasi dengan cara nan halus.
  2. Media bersosialisasi dan mengakrabkan interaksi antar keluarga, antar masyarakat, dan antara dua orang.
  3. Ala memperhalus penyampaian maksud tertentu. Semisal ketika tertarik pada anak gadis seseorang, maka keinginan hatinya tersebut disampaikan melalui pantun.
  4. Alat menghibur diri maupun menghibur orang lain. Terutama pantun jenaka .
  5. Media berkenalan.

Semua tujuan-tujuan tersebut tak berlebihan. Karena pada masa di awal kebudayaan Indonesia, memang pantun digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap percakapan selalu menggunakan pantun. Contohnya ialah masyarakat di daerah Sumatera Barat, dan Banjar.



Contoh Pantun Jenaka

Tak lengkap pembahasan ini rasanya, apabila Anda tak memiliki contoh dari pantun jenaka. Beberapa pantun jenaka di sini, bertujuan buat menimbulkan kekeh orang dengan tujuan buat bergembira. Dan ada juga nan dimaksudkan buat menghibur anak-anak maupun orang nan sedang dirundung kesedihan.

Berikut ialah beberapa contoh dari pantun jenaka.

Contoh pertama

Buah salak di rumah Tok Imam
Sirih sekapur pergi menjala
Anjing menyalak harimau demam
Kucing di dapur pening kepala

Atau di contoh nan lain:

Pohon manggis di tepi rawa
Loka datuk tidur lelap
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat datuk bermain sulap

Pantun sebagai bagian dari puisi lama memang biasanya masih menggunakan bahasa lama dengan sampiran nan berlatar belakang kehidupan agraris. Namun seiring perkembangan zaman dan masyarakat, sastra populer modern membuat pantun jenaka nan lebih bisa diterima kaum muda perkotaan.

Coba perhatikan pantun di bawah ini.

Anak monyet makan salak
Biji ditelan jadinya tersedak
Kalau cinta kamu ditolak
Yang lain masih banyaakk..!

Kecenderungan memasukan unsur-unsur luar nan berhubungan dengan global modern juga sudah mulai dimasukkan. Seperti unsur teknologi, gadget ataupun informasi.

Seperti contoh pantun jenaka berikut ini:

Anak kuda lari berdua Di belakang angsa sedang berjalan Biar gak ada pulsa Chatting cinta tetap jalan

Saat ini, biasanya pantun jenaka mempunyai isi seputar kehidupan remaja dan kaum muda, dengan sampiran nan dibuat lucu dan menarik. Dengan perubahan seperti ini, pantun jenaka bisa bertahan dan masih populer ditengah masyarakat muda kota.

Walaupun tak sesering penggunaan pantun lama dalam berbagai suasana di masa lalu, pantun modern, apalagi pantun jenaka, mempunyai penggemarnya sendiri, dan banyak digunakan buat bahan lawakan, mengirim sms atau email lucu buat mengakrabkan, hingga digunakan dalam sambutan atau pidato buat mencairkan suasana nan resmi.

Berikut ini pula beberapa pantun jenakan nan dikembangkan sinkron dengan tujuan si penciptanya sendiri:

  1. Pantun jenaka muatan dewasa

Naik kebukit mencari kuda
Kuda berlari ke bukit tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh

Elok berjalan di kota tua
Kiri kanan penjual kupat
Elok berbini tua
Perut kenyang ajaran pun dapat

  1. Pantun jenaka anak-anak

Jalan-jalan ke kebun Jawa
Jika pusing duduk di bawah kotak
Geli hati menahan tawa
Melihat kucing naik becak


Limau purut di rawa-rawa,
buah disimpan belum masak
Sakit perut karena tertawa,
melihat ikan duduk berbedak

  1. Pantun jenaka tempo dulu

Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita ke tanah rawa
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihat semua



Belajar Membuat Pantun

Anda pun bisa membuat pantun jenaka dengan mudah, walaupun mungkin tak dapat membuatnya secara impulsif seperti pantun jenaka di masa lalu. Kuncinya ialah membuat kalimat bagian isi terlebih dahulu, dengan menuliskannya di atas secarik kertas, baru kemudian membuat kalimat sampiran di atasnya, nan menarik, lucu, tidak terduga, dan unik.

Berikut ialah tips singkat agar Anda bisa belajar membuat pantun:

  1. Tentukan tema pantun jenaka nan ingin dibuat. Misalnya, patah hati, ingin kenalan, atau jatuh cinta dan bermaksud memuji.
  2. Cari dua baris kalimat sampiran pertama. Isi dengan diksi kalimat nan lucu dan unik.
  3. Buat dua baris kalimat isi nan berikutnya. Dan tulliskan maksud dari tema pantun Anda.
  4. Baca kembali pantun nan sudah jadi, dan pilih atau gantilah kalimat nan kurang pas dengan kata-kata nan lebih jenaka.

Nah, dengan banyak berlatih tentu Anda bisa membuat pantun jenaka juga akhirnya. Anda mau mencobanya?