Aliran Agama Islam - Islam Modern, Rasionalisasi Islam

Aliran Agama Islam - Islam Modern, Rasionalisasi Islam

Berapa banyakkah genre agama Islam ? Ada hadits terkait hal ini, H.R. Abu Dawud sebagai berikut, Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan”.

Jika kita melihat dalam konteks politik, Islam memang hanya terbagi dalam dua kelompok, Islam Sunni nan jumlahnya 90% muslim dan Syiah nan jumlahnya 10%. Akan tetapi, jika kita melihat lebih terperinci, golongan-golongan dalam Islam dapat dibagi berdasarkan eksklusivitas mereka terhadap agama atau bahkan kelompok Islam lain.

Islam menekankan penyerahan hayati seorang muslim kepada Allah; menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, atau pada intinya, berbuat baik. Muslim diperintahkan buat menghormati umat beragama nan lain. Bahkan, dalam buku Mahkota Sufi , Idries Shah menyatakan bahwa “Muhammad tak mengklaim membawa suatu agama baru.

Setiap bangsa mempunyai pemberi peringatan sendiri-sendiri. Ajaran dalam Alquran hanyalah peringatan atas kebenaran nan sudah diketahui semua orang, agama-agama nan lahir sebelum Islam.



Aliran Agama Islam - Islam Sufi, Islam Moralitas

Islam sufi ialah islam nan selalu menjunjung tinggi nilai akhlak. Karena Islam sufi pengkajiannya fokus pada tasawuf. Syeikh Junaid al-Baghdadi menyatakan bahwa tasawuf ialah proses penyucian buat menempatkan nan hak. Artinya, kebenaran itu tak akan berubah dan tidak mungkin dipalsukan.

Bagi kelompok Islam sufi, akhlak lebih tinggi dari ilmu. Sehingga aktivitas nan mereka lakukan lebih cenderung banyak berzikir kepada Allah. Jika pun menghadapi masalah, kaca mata mereka tidak pada sebabnya, tapi pada nan menghadirkan masalah tersebut. Sehingga nan mereka pandanga selanjutnya ialah akibatnya.

Artinya, jika mengalami musibah, mereka langsung menyandarkan diri kepada Allah bahwa mereka mungkin telah melakukan kesalahan. Sehingga Allah mendatang permasalahan agar ingat kepada Allah segera dan bertaubat.

Pola pikir Islam sufi ini, kini menjadi aliran agama Islam. Hanya saja terkadang berbeda antara satu genre sufi dengan sufi nan lain. Ada nan alirannya masih mementingkan syariat dan ada pula nan tidak mementingkan syariat. Bagi nan mementingkan syariat dalam beribadah mereka tetap berpandauan pada fikih. Sedangkan bagi nan tidak mementingkan syariat, mereka fokusnya pada ibadahnya saja, yaitu zikir. Bagi kelompok ini nan krusial zikirnya.

Manakah genre agam Islam sufi nan benar? Tak ada nan dapat memastikan sahih secara seratus persen. Hanya saja, tetaplah beribadah dengan mengikuti syariat nan dibawa oleh Rasulullah Saw. Artinya, tetap menggunakan anggaran nan dibawa oleh Rasulullah Saw. Jangan sampai melampauinya sebab itu menyalahi aturan. Allah Swt. berfirman, “Katakanlah (Mummad) jika kamu ingin dicintai Allah, maka ikutilah saya pasti Allah akan mencintaimu”.



Aliran Agama Islam - Islam Eksklusif, Islam Kontekstual

Di samping sufi, terdapat kelompok “oposisi” sufi, yaitu kelompok eksklusif. Kelompok ini mengawali kebencian terhadap agama atau kelompok Islam lain melalui keberadaan Kaum Khawarij. Ciri-ciri mereka di antaranya, suka mencela dan menganggap sesat, berprasangka buruk, hiperbola dalam beribadah, keras terhadap sesama muslim, memiliki sedikit pengetahuan, dan berakal buruk.

Selanjutnya, meski tak seradikal Khawarij, muncul paham Wahhabi nan dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Paham ini mengkritik buruknya moral pemerintahan dan berupaya buat mengembalikan Islam seperti pada masa Nabi Muhammad SAW. Paham Wahhabi pada akhirnya dianggap sebagai cikal bakal kelompok-kelompok nan dianggap sebagai kelompok Islam radikal, termasuk kelompok Noordin M. Top.

Cara berpikir kelompok eksekutif ini lebih cenderung pada mengikuti apa nan terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah. Mereka lebih suka beribadah dengan nan sinkron dengan apa nan terkandung di dalam nash . Jika ada nan dinilai melanggar etika nash maka mereka akan melakukan apa nan menjadi tindakan lanjutan nan terdapat di dalam nash.

Tak menjadi keheranan kenapa muncul para kelompok Islam Radikal seperti Noordin M. Top sebab mereka memandang, apabila seseorang tak berpegang pada hukum Allah maka layak diperangi. Apabila kafir mengganggu umat Islam, maka ialah hak umat Islam lainnya buat melawan hingga membunuhnya. Dan jika melihat kemungkaran merajalela, maka hak muslim buat menumpasnya.

Sejatinya, keradikalan mereka bisa dimaklumi bila kita memahami pola pikir mereka. Karena bagi mereka tak ada hukum selain hukum Allah. Inilah nan muncul dalam pemikiran Sayyid Quthb, ada masyarakat muslim dan masyarakt jahiliyyah. Masyarakat jahiliyah inilah nan layak diperangi, baik ia memang orang kafir maupun orang muslim nan membela orang kafir.



Aliran Agama Islam - Islam Modern, Rasionalisasi Islam

Islam Modern, Ada pula genre lain, yaitu islam modern. Gerakan ini dipelopori oleh Jamaluddin Afgani dan Muhammad Abduh. Gerakan ini bertujuan buat membuat Islam selaras dengan kemodernan. Caranya, memperkaya Islam dengan berbagain inovasi nan berkaitan dengan rasionalitas nan diandalkan pengetahuan Eropa.

Aliran Agama Islam modern ini selalu menggunakan rasio. Meski kelompok ini ada nan menerima hadits-hadits Rasulullah Saw. dan ada pula nan hanya menerima hadits Rasulullah Saw. nan statusnya mutawatir dan shahih. Maka genre ini selalu berkaitan dengan masalah fikih.

Bagi kelompok aliran agama Islam rasioanal ini tak boleh menetapkan hukum nan sifatnya merugikan orang lain. Meski ada kemashalatan di dalamnya. Dalam kajian fikih, kelompok genre agama Islam ini selalu menggunakan maqashid syariah, Yaitu nan melakukan penjagaan terhadap agama, harta, akal, diri dan kehormatan.

Maka dalam kajian akidahnya, kelompok ini terkadang terlalu terbuka bahkan ada nan menyamakan dengan agama lain. Meski lebih banyak nan menyatakan tak sama agama Islam dengan agama nan lain.

Bagi genre agama Islam rasionalitas, tak ada kecenderungan Allah dengan mahluk-Nya dan tak ada nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Dari sisi akhlak, terkadang Islam rasionalitas ini kalah dengan islam sufi. Sedangkan dari sisi akidah, genre rasionalitas ini lebih baik dari genre ekslusif. Karena genre ini selalu berusaha menyucikan Allah dari segala hal nan menyerupai dengan mahluk. Sehingga ayat al-Qur’an nan dinilai sama dengan nan dimiliki mahluk segera diberi pemahaman nan benar.

Misalnya, firman Allah Swt.”Tangan Allah di atas tangan mereka”. Bagi kaum genre ekslusif, mereka memahami tangan seperti apa nan dimaksud Allah. Sedangkan bagi genre rasionalitas, tangan nan dimaksuda ialah kekuasaan Allah. Sehingga kekuasaan Allah berada di atas tangan mereka. Artinya, Allah nan menguasi menguasai mereka. Apa nan Allah mau terhadap mereka, maka itu nan terjadi. Bukan kemauan manusia nan terjadi, tapi kemauan Allah.



Aliran Agama Islam - Ketiga Genre di Indonesia

Menariknya, ketiga genre di atas (sufi, eksklusif, dan islam modern) sukses masuk ke Indonesia dan memiliki pengikut masing-masing. Misalnya, sufi berkaitan juga dengan NU, Islam modern berkaitan dengan Muhammadiyah, dan islam eksklusif, jika dikaitkan berhubungan dengan FPI.

Meski beragamnya genre agama Islam mestinya umat Islam tetap satu. Caranya dengan saling memahami dan bukan saling menyalahkan. Jika terjadi disparitas berusahalah buat saling menjaga diri. Namun, bila kesalahannya sampai merusak akidah baru boleh menyalahkan antara satu dengan lainnya.

Misalnya saja dalam memahami Ahmadiyah nan jelas-jelas mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah nabi Muhammad Saw., maka tidak jalan buat tak saling nasehat-menasehati. Karena mengakui keberadaan genre Ahmadiyah sama saja dengan mengakui ada agama nan diakui Allah selain agama Islam.

Karena agama nan disampaikan Nabi Adam as. hingga nabi Muhammad Saw. ialah sama. Yaitu, agama Islam. Jika ada perubahan, maka bukanlah agama Islam. Mirga Ghulam Ahmad bukan Rasul atau Nabi Allah. Karena sudah dijelaskan tak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Semua genre agama Islam sepakat akan hal tersebut.

Adapun perbuatan FPI nan melakukan tindak kekerasan terhadap pelaku maksiat, mungkin itulah cara mereka. Umat Islam dari genre agama Islam nan lain tidak mesti harus ikut melakukan hal nan sama bila merasa masih ada jalan nan lain. Yang dilakukan FPI tak menyalahi akidah. Ia hanya memahami bahwa jika mampu memerangi kemaksiatan dengan tangan, maka lakukanlah.

Sedangkan genre nan lain memahaminya, bahwa nan dimaksud dengan tangan di dalam hadis ialah kekuasaan. Bila ada dapat dilakukan, bila tak jangan dilakukan. FPI merasa memiliki kekuasaan dan tangan buat melakukannya. Maka genre nan lain diharapkan buat tak saling menjelekkan.

Inilah kajian sederhana tentang aliran agama Islam . Semuanya berawal dari cara memahami agama sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat buat sobat Ahira.