Kisah Nabi Muhammad - Zuhudnya Rasulullah dalam Kehidupannya

Kisah Nabi Muhammad - Zuhudnya Rasulullah dalam Kehidupannya

Nabi Muhammad merupakan nabi terakhir bagi umat Islam di seluruh dunia. Nabi Muhammad dipilih Allah Swt., sebagai utusan Allah buat menyebarluaskan agama Islam. Dalam kisah Nabi Muhammad, Nabi Muhammad Saw merupakan sosok muslim nan taat pada agama dan sangat menyanyangi umatnya.

Pribadinya nan mengesankan dan tawadu', membuat nabi Muhammad berhasil membawa umat Islam menjadi umat nan besar di dunia. Bahkan seorang Michael H. Hart dalam bukunya The 100 , menobatkan nabi Muhammad sebagai orang nan paling berpengaruh dan berhasil sepanjang sejarah kehidupan manusia.



Kisah Nabi Muhammad - Sejarah Singkat Nabi Muhammad

Pasti Anda penasaran bagaimana sosok dan kehidupan dari Nabinya semua umat muslim di seluruh dunia. Berdasarkan kisah Nabi Muhammad , Nabi Muhammad Saw terkenal dengan sifatnya nan menwan hati bagi siapapun nan mengenalnya. Sifat mulia nan dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw antara lain ialah Al-Amin, As-Saadiq. Sehingga beliau dipanggil dengan sebutan Al-Amin dan As-Saadiq.

Nabi Muhammad Saw merupakan anak dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah. Ayahnya meninggal terlebih dahulu sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, tepatnya ketika Nabi Muhammad berusia 4 bulan dalam rahim ibunya. Ketika berumur 6 tahun, Nabi Muhammad Saw harus kehilangan ibu tercinta. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad Saw sepeninggal ibunya diasuh oleh kakeknya Abd Al-Muththalib.

Namun, Nabi Muhammad Saw tak lama diasuh dengan sang kakek. Kakek Nabi Muhammad Saw meninggal ketika Nabi berusia 8 tahun, selanjutnya Nabi Muhammad Saw berada di bawah pengasuhan pamannya Abu Thalib. Selama pengasuhan dengan pamannya Abu Thalib, Nabi Muhammad Saw diajari menggembala kambing dan seirng menemani pamannya berdagang sampai ke negeri Syam.

Ketika Nabi Muhammad Saw beranjak dewasa, ia menambah keterampilannya, berupa ilmu bela diri dan memanah, di samping keahliannya berdagang nan makin berkembang. Hingga sepak terjang berdagang Nabi nan maju terdengar sampai ke telinga Siti Khadijah. Siti Khadijah merupakan wanita terhormat nan memiliki status tinggi Suku Arab. Ia seorang janda, nan memiliki bisnis dagang nan juga maju.

Nabi Muhammad Saw diminta Khadijah buat bekerja sama dengannya. Kepiawaian Nabi dalam berdagang ditambah dengan pribadinya nan menawan, membuat Khadijah jatuh hati. Hal ini juga disambut baik oleh Nabi Muhammad Saw. Maka mereka pun menikah, ketika itu Nabi Muhammad Saw berusia 25 tahun dan Khadijah hampir 40 tahun.



Kisah Nabi Muhammad - Diangkatnya Muhammad Menjadi Rasul

Dalam kisah Nabi Muhammad, pada masa Nabi Muhammad sebelum menjadi Rasul, sering terjadi konfrontasi atau perpecahan di Mekkah. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad Saw suka menyendiri di Gua Hira'. Gua Hira' terletak dalam sebuah bukit sekitar 6 Km sebelah Timur Kota Mekkah. Tepat ketika malam tanggal 17 Ramadhan sewaktu Nabi Muhammad sedang berada dalam Gua Hira', ia didatangi oleh Malaikat Jibril.

Malaikat Jibril lantas menyuruh Nabi Muhammad nan tak dapat membaca, buat membaca apa nan disampaikan Malaikat Jibril dari Allah Swt. Ketika itu, nan dibaca oleh Nabi Muhammad ialah surat Al-Alaq ayat 1-5. Surat Al-Alaq tersebut menjadi wahyu pertama nan diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Selama menjadi mengemban tugas dari Allah Swt sebagai rasul, Nabi Muhammad banyak mendapatkan rintangan, terutama dari kaumnya sendiri. Tidak sporadis Nabi Muhammad mendapat cemoohan nan tak mengenakkan hati dari masyarakat pada masa itu. Sesaat setelah diangakt menjadi Rasul, tugas primer Nabi Muhammad ialah menyebarkan ajaran Islam. Orang pertama nan memeluk Islam setelah Nabi ialah istrinya Siti Khadijah.

Di awal penyebaran agama Islam setelah pengangkatan dirinya menjadi Rasul oleh Allah Swt melalui malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw masih memiliki pengikut nan sedikit. Hanya beberapa sahabat setia nan bersedia menjadi pengikut Nabi Muhammad. Perlahan namun pasti, perjuangan Nabi Muhammad Saw sedikit membuahkan hasil. Banyak juga di antara kaumnya nan mengucapkan dua kalimat syahadat buat memeluk agama Islam.



Kisah Nabi Muhammad - Zuhudnya Rasulullah dalam Kehidupannya

Banyak kisah nan menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw ialah seorang nan zuhud. Kezuhudan dan kesederhanaan merupakan karakteristik kehidupan beliau. Salah satu kisah Nabi Muhammad saw tentang zuhud bisa dilihat melalui peristiwa berikut.

Suatu ketika Nabi Muhammad Saw telah bersumpah akan berpisah dengan istri-istrinya selama satu bulan sebagai peringatan bagi mereka. Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana nan letaknya agak tinggi. Terdengar kabar di kalangan para sahabat bahwa Nabi Muhammad Saw telah menceraikan semua istrinya.

Ketika Umar bin Khaththab ra. mendengar kabar ini, dia segera berlari ke masjid. Setibanya di sana ia melihat para sahabat sedang duduk termenung, mereka bersedih dan menangis. Juga kaum wanitanya menangis di rumah-rumah mereka. Kemudian Umar ra. pergi menemui putrinya, Hafshah ra. nan telah dinikahi oleh Nabi Muhammad Saw.

Umar bin Khaththab ra. mendapati Hafshah ra. sedang menangis di dalam kamarnya. Umar ra. bertanya, "Mengapa engaku menangis?" Bukankah selama ini aku telah melarangmu agar jangan melakukan sesuatu nan bisa menyinggung perasaan Nabi?"

Kemudian, dia kembali ke masjid, terlihat olehnya beberapa orang sahabat sedang menangis di dekat mimbar. Kemudian, Umar ra. duduk bersama para sahabat beberapa saat, lalu berjalan ke arah kamar Nabi Muhammad Saw nan terletak di taraf atas masjid. Dia mendapati Rabbah ra, seorang hamba sahaya sedang duduk di tangga kamar itu.

Melalui Rabbah ra, dia meminta izin buat menemui Nabi Muhammad Saw. Rabbah ra. pergi menemui Nabi Muhammad Saw, kemudian kembali dan memberitahukan bahwa dia telah menyampaikan keinginannya, namun Nabi Muhammad Saw Hanya diam tanpa menjawab pertanyaan. Permintaan Umar ra. buat menemui Nabi Muhammad Saw. Disampaikan beberapa kali, hingga akhirnya Nabi Muhammad Saw. Mengizinkan Umar ra. masuk buat menemuinya.

Ketika Umar ra. masuk, dia menjumpai Nabi Muhammad Saw. sedang berbaring di atas sehelai tikar nan terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga di badan beliau nan putih higienis dan latif itu terlihat jelas bekas-bekas daun kurma. Di loka kepala beliau ada sebuah bantal nan dibuat dari kulit binatang nan dipenuhi oleh daun dan kulit pohon kurma.

Umar ra, bertanya, "Ya, Rasulullah Saw, apakah engkau telah menceritakan istri-istri engkau?" Beliau menjawab, "Tidak".

Umar ra. merasa sedikit lega mendengar jawaban Nabi Muhammad saw. Kemudian, sambil bercanda Umar ra. berkata, "Ya Rasulullah, kita ialah kaum Quraisy nan selamanya telah menguasai wanita-wanita kita. Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadannya ungguh berbeda dengan orang-orang Anshar. Mereka dikuasai oleh wanita-wanita mereka sehingga wanita-wanita kita terpengaruh oleh Norma wanita-wanita mereka."

Nabi Muhammad saw. tersenyum mendengar perkataan Umar ra. Kemudian, Umar memperhatikan kamar beliau. Terlihat tiga lembar kulit binatang nan telah dismak dan sedikit gandum di sudut kamar itu. Selain itu tak terdapat apapun, aku menangis melihat keadaan ini. Nabi Muhammad saw bertanya, "Mengapa engkau menangis?"

"Bagaimana aku tak menangis, ya Rasulullah. Saya sedih melihat bekas tanda tikar nan engkau tiduri di badan engkau nan mulia dan aku prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah Swt. mengaruniakan kepada tuan bekal nan lebih banyak.

Orang-orang Persia dan Romawi nan tak beragama dan tak menyembah Allah, tetapi raja mereka hayati mewah. Mereka hayati dikelilingi taman nan di tengahnya mengalir sungai, sedangkan engkau ialah opas Allah, tetapi engkau hayati dalam keadaan miskin.

Nabi Muhammad Saw berkata,"Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal itu. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat, tentu akan lebih baik jika kesenangan hayati dan kemewahan di dunia. Jika orang-prang kafir itu bisa mewah di dunia, kita pun akan memperoleh semua kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya."

Mendengar ucapan Nabi Muhammad Saw, Umar merasa menyesal, lalu berkata "Ya Rasulullah, mohon ampunkanlah kepada Allah Swt. Untuk Saya. Saya telah bersalah dalam hal ini."

Begitulah kisah Nabi Muhammad dapat kita gambarkan bagaimana kepribadinnya nan zuhud. Dengan memiliki harta nan melimpah Nabi Muhammad Saw tak pernah merasa dirinya tertinggi derajatnya di antara umatnya. Beliau memperlakukan semua umatnya secara adil. Oleh sebab itulah mengapa Nabi Muhammad Saw banyak disukai dan disegani oleh kaumnnya. Kepribadian mulia nan dimilikinya membuat hati setiap nan menatapnya menjadi tenang.

Sebagai umatnya Nabi Muhammad Saw, sudah sepantasnyalah kita mengamalkan kepribadian beliau seperti nan ada dalam kisah Nabi Muhammad.



Meneladani Kisah Nabi Muhammad

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keteladanan menjadi krusial dan absolut adanya. Sine qua non orang-orang nan tampil ke depan menjadi cermin, acum dan loka bertanya. Kejujuran, kemandirian, kerendahan hati, ketegasan, dan keberanian, paling tak menjadi parameter krusial nan harus dimiliki bagi orang nan diteladani.

Keteladanan demikian nan kelak menghantarkannya menjadi pemimpin.Pemimpin nan memang layak diteladani dan dipanuti. Tanpa parameter itu, dapat dipercaya pemimpin layak diragukan kepemimpinannya.

Keteladanan dapat datang dari mana saja. Pemimpin politik, tokoh agama, tokoh adat, elit-elit pejabat, dan lain-lain baik nan masih hayati maupun nan sudah tiada. Selama memiliki catatan kehidupan nan baik, ialah patut diikuti. Termasuk juga para pemimpoin agama atau para nabi.

Nabi Muhammad ialah satu dari sekian deretan nabi dan rasul nan wajib diteladani. Beliau ialah manusia pilihan Allah nan sudah barang tentu hampir-hampir tak ada kesalahan dalam dirinya, baik kata, sikap maupun perbuatan.

Bagi nan mengaku pengikutnya, keharusan meneladani kisah nabi Muhammad tak dapat ditawar-tawar. Beliau ialah sosok manusia nan terbukti mampu merubah sejarah peradaban manusia dari kebutaan menuju kesadaran yang terang benderang.



Kemandirian

Di sudut kota Makkah sekitar akhir abad ke-4 masehi, lahir jabang bayi nan kelak dicatat sebagai manusia istimewa di sisi Allah. Dialah Muhammad. Lahir di tahun Gajah pada Senin 12 Rabiul Awwal (atau 20 April 571 Masehi). Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, dan ibunya Aminah binti Wahab.

Keduanya sama-sama berasal dari suku Quraisy. Sayang, selama hidupnya, Muhammad tak sempat melihat paras bapaknya. Status yatim disandang Muhammad saat ia lahir ke muka bumi. Kepergian sang bapak saat Muhammad masih ditimang dalam kandungan.

Enam tahun kemudian, ibu tersayangnya pun pergi meninggalkannya. Diusianya nan baru 6 tahun itulah Muhammad menyandang sebagai yatim piatu. Ibunya meninggal sebab sakit di sebuah desa nan berada diantara Mekkah dan Madinah.

Dari usia 6 tahun hingga 9 tahun, Muhammad hayati dalam didikan kakeknya, Abdul Muthalib. Tidak lama berselang, kira-kira 3 tahun kemudian, kakek Muhammad juga meninggal dunia. Setelah kakeknya, pengayoman terhadap Muhammad berpindah ke pamannya, Abu Thalib.

Ditangan pamannya, Muhammad tumbuh menjadi orang dewasa dan mandiri. Profesinya ialah pedagang biasa. Muhammad kerap diajak berdagang. Pamannya sedikit banyak telah mempengaruhi pola pikir dan masa depannya.

Saat perjalanan ke Syam, Muhammad dan pamannya berjumpa Bahira, salah satu tokoh agama Nasrani (pendeta). Menurut estimasi Bahira, sebagaimana didapat dari kitab Taurat dan Injil, ada ciri-ciri spesifik dan istimewa dalam diri Muhammad. Bahira menerawang bahwa Muhammad kelak akan jadi manusia pilihan Allah dan pemimpin dunia. Rahib Bahrani pun mewanti-wanti agar pamannya menjaga keamanan Muhammad. Jangan sampai orang Yahudi mengetahui kalau Muhammad calon Rasul. Resikonya ialah dibunuh.

Saat menginjak usianya ke 25, paman tercinta Muhammad melihat sudah ada kemandirian dan kedewasaan dalam diri Muhammad. Muhammad diminta buat buat mencari pekerjaan sendiri. Disarankan oleh pamannya, agar Muhammad menjumpai Siti Khodijah, salah seorang perempuan kaya berprofesi sebagai pedagnag. Khodijah termasuk pedagang berhasil nan ada di Makkah.

Muhammad akhirnya menuruti anjuran pamannya. Respon Siti Khodijah sangat positif. Sangat logis alasannya mengapa Siti Khodijah tanggap terhadap ajakan kerjasama Muhammad. Disamping sudah berpengalaman dalam berdagang, Muhammad dikenal cerdas, pintar, baik, jujur, sopan dan kesan positif lainnya.

Banyak laba nan didapat dari kerjasama itu. Rekanan antara Muhammad dan Siti Khodijah tak sebatas urusan bisnis, tapi lebih jauh lagi, yakni interaksi percintaan dan asmara. Muhammad dan Siti Khodijah lalu menikah.

Walau Siti Khodijah menginjak 40 tahun dan Muhammad 25 tahun, tidaklah mengurangi kecintaan dan kasih sayang. Keduanya dikaruniai enam anak. Yakni Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Sayang, dua anak laki-laki meninggal dunia.



Juru Damai

Kecerdasan dan kebaikan Muhammad sangat dirasakan masyarakat Makkah. Pernah muncul gonjang-ganjing konflik antar pemimpin suku Quraisy gara-gara persoalan peletakan Hajar Aswad (Batu Hitam) pasca renovasi bangunan Ka'bah. Semua suku merasa paling berhak meletakkan meletakkan Hajar Aswad seperti sedia kala. Hampir saja terjadi pertumpahan darah antar suku Quraisy.

Untung saja ada Muhammad. Ia menawarkan solusi cerdas dan dapat diterima semua kalangan. Ia menggelar surbannya di atas tanah dan meletakkan Hajar Aswad diatasnya. Dengan bijak Muhammad mengajak para pentolan suku buat bersama-sama mengangkat surban itu dengan cara memegang tiap-tiap ujung kain surban. Walhasil, cara itu diterima dan mewakili silang kepentingan nan ada.

Sekelumit kisah Nabi Muhammad sebelum menapatkan wahyu di atas patut digali pelajaran dan hikmahnya. Kesabaran, keteguhan dan kemandirian merupakan prinsip nan dipegang teguh oleh Muhammad. Terlebih kasus peletakan Hajar Aswad, peran Muhammad ialah simbol pengadilan kultural nan menyejukkan dan mendamaikan. Yakni sebuah pengadilan nan memberi putusan bijak, adil dan tak berpihak.

Kepekaan dan kepedulian Muhammad sangat tinggi terhadap persoalan disekitarnya nan dirasa bertentangan dengan nurani dan akal sehat. Hanya seorang diri saja Muhammad dengan percaya diri berdiri tampil di hadapan tokoh-tokoh Makkah nan disegani menjadi penengah dan pengetok palu keadilan. Karakter seperti itulah nan kita rindukan. Kendati belum didaulat sebagai pemimpin, gaya kepemimpinannya sudah terlihat. Pemimpin nan berani, tegas dan adil.