Ceramah Kultum dan Usia Muda

Ceramah Kultum dan Usia Muda

Ceramah atau khotbah merupakan wahana nan dilakukan oleh seseorang atau forum buat melakukan dakwah atau siraman rohani. Ceramah ini biasa dilakukan di berbagai tempat, namun nan identik adalah dengan suasana masjid. Ceramah nan akan diangkat di sini adalah nan berhubungan dengan muslim. Ceramah banyak dilakukan di berbagai acara, ibadah sholat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, dan masih banyak lagi. Namun tahukah Anda dengan ceramah kultum ?

Ceramah nan biasa disebut dengan kultum merupakan ceramah nan sangat singkat durasinya. Kultum sendiri merupakan kependekan dari “kuliah tujuh menit,” nan artinya ceramah tersebut hanya dilakukan tak kurang dari jangka waktu tujuh menit.



Kenapa Disebut dengan Istilah Kultum?

Penyebutan “kuliah” sendiri bukan tanpa maksud dan tujuan. Penyebutan dengan kata tersebut adalah bertujuan buat memberikan kesadaran kepada khalayak/umat buat mendapatkan ilmu nan baru dan penuh kebaikan. Layaknya pendidikan di perkuliahan nan menerangkan berbagai ilmu pengetahuan , ceramah ini pun demikian. Banyak ilmu nan dapat didapat ketika mendengarkan ceramah ini, dari mulai nan telah kita ketahui, namun sulit diaplikasikan hingga hal-hal nan belum pernah kita ketahui.

Ada satu nan menarik nan berhubungan dengan ceramah nan singkat ini, yakni ceramah ini hanya terjadi pada bulan Ramadhan saja. Kenapa dengan bulan Ramadhan? Di saat bulan Ramadhan, dikenal dengan istilah ngabuburit, yakni kegiatan nan dilakukan buat menunggu waktu berbuka puasa tiba. Untuk menunggu waktu berbuka tersebut, alangkah baiknya buat melakukan kegiatan-kegiatan nan bermanfaat. Tidak hanya buat jasmani saja, namun buat rohani juga.

Ketika ngabuburit itulah di hampir setiap masjid, radio, maupun televisi selalu melakukan dan menyiarkan kegiatan ceramah. Ceramah itulah nan dinamakan dengan ceramah kuliah tujuh menit.

Meskipun dapat dikatakan ceramah nan sangat singkat dibanding dengan ceramah lainnya, seperti ceramah Jumat atau cemarah Idul Fitri. Ceramah kuliah tujuh menit ini tetap mempunyai makna nan sangat dalam. Banyak materi nan dipaparkan oleh penceramah memiliki makna nan dapat menyentuh hati pendengarnya. Tema nan diambil biasanya tentang keluarga, orangtua, anak shaleh, dan puasa itu sendiri.

Dalam bulan Ramadhan, ceramah kuliah tujuh menit tersebut biasa dilakukan dalam dua waktu, yakni ketika subuh dan menjelang adzan magrib. Ketika sehabis sholat subuh berjamaah, di setiap masjid sudah otomatis dilakukan ceramah tersebut. Hal itu dilakukan selain buat menambah kekayaan rohani masyarakat, juga buat mengisi kegiatan nan tak bermanfaat ketika sehabis sahur.

Sementara itu, ceramah tujuh menit nan dilakukan ketika menjelang berbuka/adzan magrib bertujuan buat mengisi waktu menunggu berbuka. Tidak ada salahnya sambil menunggu waktu nan dinanti-nantikan tersebut buat mendengarkan siraman rohani nan bisa bermanfaat. Bahkan sambil mempersiapkan buat menu berbuka pun dapat tetap mendengarkan sebab televisi dan radio serempak buat menayangkannya.
Khotib dan Ceramah

Seperti kita tahu bahwa ceramah itu dilakukan oleh orang nan ditunjuk oleh Dewan Keluarga Masjid (DKM) buat mengisi khutbah pada waktu tertentu. Orang tersebut dinamakan dengan khotib atau penceramah. Setiap DKM nan menentukan khotib buat ceramah haruslah dengan ketelitian. Maksud dari ketelitian adalah, teliti tentang riwayat khotib tersebut.

Harap diperhatikan kedalaman ilmu agamanya, kepandaian ia menyalurkan ilmunya kepada umat, juga keahlian ia dalam berkhutbah. Khotib nan melaukan ceramah tersebut haruslah dapat membuat suasana menjadi tak kaku dan harus dapat mencairkan suasana. Karena suasana nan tegang dan kaku dapat membuat umat buat jenuh dan enggan mendengarkan ceramah.

Meskipun itu hanya ceramah tujuh menit, setiap khotib dituntut buat dapat menyampaikan ceramah singkat tersebut dengan gaya nan tak membosankan, namun tetap menyentuh. Penyampaian materi ceramah dapat diambil dari berbagai sumber, seperti kehidupan konkret nan pernah dialami atau kehidupan orang lain nan pernah terlintas.

Hal tersebut dapat terlihat ketika pada penyampaian ceramah kultum di saat bulan Ramadhan. Pada bulan tersebut banyak masyarakat nan sedang menjalani ibadah puasa dengan perut nan kosong. Begitu mendengar sang khotib nan berceramah dengan gaya nan menarik, santun, dan mengena tentu akan membuat pendengar menjadi sedikit melupakan bahwa mereka sedang menahan rasa lapar.

Ketika memberikan materi ceramah tujuh menit tersebut, dapat menggunakan materi nan tak terlalu berat, tapi dapat memberikan imbas positif nan besar terhadap umat. Hal tersebut dikarenakan jika menyampaikan materi nan sangat berat maka kemungkinan besar pendengar ceramah tujum menit akan merasa lelah dan berpikir keras.

Lain halnya ketika materi nan disampaikan begitu sulit dicerna, lataran sanga khotib mungkin memiliki ilmu agama nan sangat tinggi, namun tak begitu memikirkan pendengarnya maka pendengar akan cepat lelah. Dapat jadi materi nan seharusnya disampaikan dalam kurang lebih selama tujuh menit, ini akan mencapai bermenit-menit lamanya. Namun dapat juga jika sanga khotib belum terlalu menguasai materi sebagai khotib sehingga kurang paham dengan anggaran main dari ceramah tujuh menit tersebut.



Ceramah Kultum dan Usia Muda

Ketika mendengar sebuah ceramah, mungkin nan ada di pikiran kita semua adalah sosok khotib nan sudah berumur senja. Memiliki janggut nan tebal dan sudah dianggap senior di kalangan DKM tersebut. Namun kini, persepsi tersebut sudah banyak ditinggalkan, jika pun masih ada mungkin hanya di lingkungan eksklusif saja.

Saat ini sudah banyak nan melakukan ceramah tujuh menit dengan usia nan masih sangat muda. Itupun menjadi sesuatu nan sangat identik ketika selama ini banyak pandangan masyarakat bahwa nan harus melakukan cermah tujuh menit haruslah nan sudah berusia lanjut. Hal tersebut tak selamanya berlaku. Jika khotib nan masih muda tersebut sudah mempunyai ilmu nan cukup maka tak ada alasan nan dapat menolaknya buat menjadi khotib.

Pendidikan nan sudah dapat didapat sejak usia dini di berbagai pesantren , menjadikan banyak khotib muda nan bermunculan. Bahkan di berbagai masjid besar pun kini telah banya dihuni oleh para khotib muda.

Materi nan disampaikan dalam ceramah tujuh menit juga sangat bermakna, elegan, dan tentunya dapat mengena, baik itu terhadap umat nan masih muda atau nan sudah berusia lanjut. Terkadang cara penyampaian mereka dapat jadi masih labil dikarenakan usianya nan masih sangat muda, namun hal tersebut dapat menjadi pengalaman nan sangat berharga.

Ketika sang khotib muda ditunjuk buat memberikan ceramah tujuh menitnya di sebuah masjid maka mereka akan sangat antusias. Hal itu sudah banyak terjadi di berbagai wilayah nan notabene sangat banyak para sesepuhnya. Khotib muda nan melakukan ceramah tujuh menit tersebut tak seharusnya buat bersikap grogi. Dengan bertujuan menyampaikan dan memberikan pencerahan maka hal tersebut harusnya dapat diminimalkan.

Saat ini sudah banyak khotib muda nan dapat menjadi panutan bagi para umat muda. Mereka sudah banyak menelurkan ilmu agamanya buat dapat mencerahkan umat nan masih berbeda jalur. Sebut saja nama Ustad Jefri Al-Buchory, Ustad Subki, dan KH. Abdullah Gymnastiar. Mereka merupakan beberapa ustad muda nan pandai dalam menyampaikan ceramahnya, terutama dengan ceramah singkat.

Kebanyakan ustad muda nan melakukan ceramah tujuh menit akan menjadikan materi nan disampaikan bisa menyentuh, terutama buat umat nan masih muda dan labil. Mereka mempunyai caranya tersendiri buat memberikan pemaparan materi ceramah tersebut. Dengan begitu, ceramah nan mereka lakukan bisa dengan mudah diterima dan masuk ke hati para umat muda.

Itulah makna nan dapat didapat dari mendengar ceramah tujuh menit. Terutama buat para orangtua nan mempunyai anak usia muda, rajin-rajinlah buat sering mendengarkan ceramah tersebut. Dengan seringnya mereka mendengarkan ceramah kultum maka ketika mereka dewasa akan dengan mudah menularkan ilmu baiknya buat orang di sekitarnya.