Jauhkan Warta Kriminal dari Anak-anak

Jauhkan Warta Kriminal dari Anak-anak

Warta kriminal , itulah nan acapkali kita dengar dan saksikan setiap harinya. Entah apa nan terjadi dengan kelangsungan kehidupan kita. Setiap hari, seolah-olah kita disuguhi dengan warta kriminal, mulai dari penipuan, pencurian, penjambretan, penganiayaan, pemerkosaan, dan pembunuhan.



Rentetan Warta Kriminal Mewarnai Kehidupan

Serangkaian pemberitaan nan tidak nyaman didengar dan disaksikan itu seolah terus berulang setiap harinya, setiap menitnya. Memang, setiap putaran waktunya kita berada dalam ancaman kekerasan, baik disadari maupun tak kita sadari. Tapi, warta kriminal nan kerap terjadi seakan intensitasnya semakin sering. Kita pun seolah sudah tak terkejut lagi mendengar warta pembunuhan nan hampir setiap hari diberitakan oleh media massa.

Namun lain halnya jika hal tersebut menimpa teman atau kerabat kita, niscaya kita terhenyak dan tak percaya kejadian tersebut menimpa orang nan dekat dengan kita. Keseringan munculnya berita kriminal, terlebih lagi pembunuhan nan terjadi di lingkungan sekitar. Seolah kita tak merasa aneh setiap hari mendengar warta pembunuhan, warta mengenai orang dibunuh.

Namun jika kita merenunginya dan berpikir sejenak mengenai warta kriminal khususnya pembunuhan setiap harinya, niscaya kita akan merasa ngeri dan bergidik. Tapi itulah fakta, fenomena nan ada bahwa setiap hari kita selalu disuguhi warta kriminal nan tak nyaman disaksikan. Seperti halnya warta kriminal nan telah terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Terlebih lagi warta kriminal nan menyebutkan pembunuhan berantai. Seperti halnya nan terjadi di daerah Jombang dan Nganjuk, juga daerah lainnya di Indonesia.

Pembunuhan nan terjadi kemudian dikemas dalam warta kriminal nan menghebohkan masyarakat. Warta menghebohkan adalah nan tergolong pada pembunuhan berantai atau pembunuhan sadis seperti mutilasi. Sering kita saksikan warta pembunuhan berantai nan dilakukan secara berulang dan kontinyu oleh satu pelaku nan menewaskan sembilan hingga lima belas nyawa.

Ada pula warta kriminal nan menyebutkan pembunuhan secara massal nan terjadi pada sebuah keluarga nan seluruh anggota keluarganya dibunuh. Termasuk anak berusia dua tahun nan jelas tak tahu apa-apa mengenai perselisihan nan mungkin saja terjadi antara pelaku pembunuhan dan orang tua korban. Begitu pula dengan pembunuhan disertai pemotongan nan semakin sering terdengar beritanya oleh kita. Tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian dan disebarkan di beberapa tempat.

Seorang sadisme melakukan pembunuhan di luar kesadaran. Biasanya pada orang nan mengalami gangguan kejiwaan merasa seolah-olah mendapat bisikan buat membunuh. Hal tersebut disebabkan adanya faktor halusinasi di luar pencerahan dirinya. Ia melakukannya tanpa suatu penyesalan. Kalaupun menyesal persentasenya kecil atau dibuat-buat. Itulah sebabnya warta kriminal sepertinya sangat sering terjadi setiap hari. Semua itu dapat saja disebabkan faktor perselisihan atau di luar pencerahan nan tidak dapat dikontrol.

Dalam ulasan warta kriminal nan ditayangkan media televisi menyebutkan sesungguhnya setiap orang mempunyai potensi buat menjadi seorang psikopat, hanya saja persentasenya kecil. Kemudian nan menyebabkan dia menjadi seorang psikopat adalah pada proses perkembangan (tumbuh bunga pribadi seseorang) atau pengaruh lingkungan nan menjadikan talenta atau kecenderungannya semakin parah.

Dalam warta kriminal sering disebutkan alasan seseorang nan menderita psikopat biasanya merasakan dirinya tertekan, stres, dan akhirnya mencari jalan keluar nan diselesaikan sinkron dengan bakatnya. Talenta seseorang nan tertekan atau stres berbeda-beda, ada nan mengarah pada gangguan jiwa, bunuh diri, dan psikopat.

Jika bakatnya mengarah pada terjadinya gangguan jiwa, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan, gila, kehilangan kesadaran. Jika bakatnya mengakhiri hidup, maka ia akan memilih buat bunuh diri. Ada juga nan bakatnya melampiaskan pada orang sebagai bentuk wujud balas dendam atau sebagai kesenangan yakni menjadi psikopat. Latar belakang kejiwaan juga kerap mewarnai warta kriminal nan terjadi.

Pada saat itu, dalam tubuhnya keluar serangan nan memudahkan buat membunuh orang. Pada warta kriminal dengan kasus pembunuhan berantai, seseorang cenderung dapat dikategorikan sebagai seorang psikopat. Semestinya, menyikapi kasus warta kriminal pembunuhan berantai, pelaku dijatuhi sanksi nan berat sebab seorang psikopat sulit berubah. Dia sudah tak dapat memedulikan sesama manusia dan bersikap asosial/antisosial (tidak suka berteman dengan masyarakat).

Seorang penderita psikopat nan terekam dalam warta kriminal sebagai pelaku, mesti diproses hukum sebagaimana kasus kriminal pembunuhan lainnya sebab psikopat merupakan sifat atau jiwanya, bukan disebabkan gangguan jiwa. Pembunuhan dilakukan dalam keadaan sadar penuh. Hal nan memengaruhi seseorang menjadi psikopat dapat disebabkan pola asuh, faktor genetik nan tak terbentuk dengan benar, bagaimana seseorang dibesarkan dalam lingkungan keluarga (berat sebelah kepada salah satu pihak: apakah lebih dekat dengan bapak atau ibu).

Seperti disebutkan tadi, siapa pun mempunyai potensi, dapat menjadi seorang psikopat. Namun dalam banyak warta kriminal nan ditayangkan, masyarakat kerap mengaitkan kesamaan psikopat dengan konduite percintaan sesama jenis. Padahal, psikopat ketertarikan sesama jenis bukanlah merupakan kelainan atau gangguan jiwa. Semua dilakukan sebab rasa cemburu nan berlebihan. Rasa cemburu hiperbola itu dapat menimpa siapa saja, bukan hanya milik pecinta sesama jenis.

Sering pula kita dengar dan saksikan berita kriminal nan "dilahirkan" pada pasangan heterogen, suami membunuh istrinya sebab rasa cemburu nan berlebihan, nan tak didasari alasan nan kuat dan logis. Rata-rata hanya risi istrinya berselingkuh, kemudian muncul halusinasi istrinya berselingkuh, meskipun pada kenyataannya istrinya setia tapi tetap dapat menjadi korban pembunuhan. Begitupun sebaliknya.



Jauhkan Warta Kriminal dari Anak-anak

Berita kriminal nan dalam setiap waktu pemberitaan, baik pagi, siang, petang, dan malam hari disiarkan di media elektronik dan setiap harinya kita baca di media cetak bukanlah sesuatu nan baik buat terus dibaca dan disaksikan. Terlebih jika warta kriminal tersebut disaksikan oleh anak kita nan masih dalam masa pertumbuhan. Dapat menimbulkan trauma dan kesamaan nan negatif. Bahkan bagi orang nan memiliki talenta menjadi seorang sadisme atau psikopat, warta kriminal nan muncul seolah-olah menjadi inspirasi untuknya.

Kita mesti bijak dalam memilih tontonan buat anak kita. Mereka mesti diberi arahan dan pengertian mengenai berita-berita kriminal nan disiarkan media massa. Begitupun dengan kita nan mesti lebih berhati-hati dengan segala kemungkinan ancaman nan dapat saja mengintai kita.

Tingginya warta kriminal nan terjadi setiap hari memang membuat kita merasa risi dan takut dalam beraktivitas, dan tindak kriminal itu bukan hanya dilakukan oleh orang asing (orang nan tak kita kenal), melainkan dalam beberapa kasus, justru tindak kriminal banyak dilakukan oleh orang nan mengenal dengan dekat para korbannya. Dapat keluarga kerabat, sahabat, tetangga, atau rekan kerja.

Informasi nan disuguhkan media memang hampir semuanya warta kriminal. Minimal, warta kriminal selalu muncul setiap hari sekali. Jika dalam satu kali tayangan acara warta memuat satu saja warta kriminal, maka kalikan dengan jumlah acara warta nan muncul setiap harinya.

Maraknya warta kriminal nan terjadi di sekitar masyarakat dapat menjadi bukti bahwa bangsa ini, bangsa nan mengklaim selalu menjunjung tinggi adat ketimuran, mengalami kemerosotan moral. Insting buat saling mengasihi sesama tergerus oleh kebutuhan hayati nan semakin meningkat dan tak diimbangi dengan meningkatnya tingkat hidup.

Jika sudah demikian, maka nan wajib disalahkan atas maraknya berita kriminal di masyarakat ialah para koruptor! Mereka merenggut hak-hak masyarakat Indonesia buat bisa hayati lebih layak. Disadari atau tidak, orang-orang nan sejatinya dursila di Indonesia ini ialah bukan pembunuh, bukan pemerkosa, bukan penjambret atau maling, tapi koruptor!