Budaya Profesional

Budaya Profesional

Jika berbicara tentang budaya luar , sebagian besar masyarakat kita niscaya berpikir budaya-budaya negatif nan bisa merusak generasi bangsa. Padahal, sebetulnya jika kita mau berpikir lebih arif maka kita bisa melihat fenomena bahwa ada juga budaya nan berasal dari luar nan sifatnya positif.

Budaya-budaya nan justru patut kita teladani buat membuat generasi kita bertambah maju. Tidak hanya generasi muda, budaya-budaya ini juga layak diteladani oleh semua orang dan semua kalangan.

Budaya luar nan baik layak kita teladani buat dapat menjadi negara maju. Negara nan sejahtera dengan kondisi bangsa dan negara nan lebih baik dari saat ini. Karena, justru sebetulnya tak sedikit juga budaya kita nan jelek dan harus dihilangkan buat kemajuan bangsa.

Dengan mengetahui budaya luar nan layak diteladani maka kita dapat bercermin dan mulai menginstropeksi diri buat menyaring budaya mana nan tak kita miliki dan harus mulai kita teladani mulai dari sekarang.



Budaya Tepat Waktu

Budaya tepat waktu ini ialah salah satu budaya luar nan harus kita teladani. Dengan melakukan segala sesuatu tepat waktu, bisa membuat segala planning berjalan dengan lancar. Ini harus ditanamkan pada diri kita masing-masing agar tak ada pihak nan dirugikan dampak ketidaktepatan terhadap waktu nan telah ditetapkan.

Jika kita sudah tepat waktu dan nan lain ternyata tidak, maka kita menjadi pihak nan dirugikan. Alhasil kita justru nan mengikuti orang nan salah, bukan sebaliknya.

Di luar negeri , justru orang nan tak tepat waktulah nan akan malu. Hingga, ia berusaha semaksimal mungkin buat dapat tepat waktu ketika rendezvous berikutnya. Pengaruh positif ini sangat baik buat ditularkan kepada orang lain, bukan justru pegaruh negatif nan kita ikuti. Dengan tepat waktu, hayati menjadi lebih teroganisasi.

Dampak besar akan terasa jika dilakukan semua pihak hingga berimbas pada kemajuan bangsa. Untuk mewujudkannya, perlu dukungan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, masyarakat, BUMN, dan lain sebagainya nan terkait.



Kepatuhan sebab Kepercayaan

Di luar negeri, terutama di Jepang masyarakatnya patuh kepada pemerintah, anak patuh kepada orang tuanya. Kepatuhan ini tak didasari rasa takut melainkan sebab kepercayaan nan diberikan pihak nan lain. Mereka melihat bagaiman sikap dan watak orang nan memberikan mereka perintah. Karena itulah muncul rasa percaya hingga apa pun nan mereka minta atau perintahkan niscaya dilakukan.

Alasannya, sebab mereka percaya bahwa perintah nan diberikan itu semata-mata demi kebaikan bersama. Sehingga, mereka patuh tanpa perlu dipaksa.

Ada pencerahan dalam diri setiap orang buat mematuhi apa nan diperintahan kepada mereka. Hal ini dikarenakan orang nan memerintah mereka ialah orang nan bisa dipercaya. Bukan orang nan suka ingkar janji atau korup dalam bentuk apa pun.

Itulah sebabnya mereka mematuhi apa nan diperintahkan. Ada kepercayaan bahwa nan diperintahkan ialah buat kebaikannya dan juga buat kebaikan semua pihak. Dengan begitu, tak ada protes atau hujatan sama sekali dari rakyat kepada pemerintah atau dari anak kepada orang tuanya. Namun, ketika kepercayaan itu dikhianati barulah mereka pantas buat tak mematuhi anggaran nan dibuat.



Budaya Profesional

Budaya profesional ini diterapkan dalam budaya kerja . Mereka tak melihat saudara atau bukan dalam memilh karyawan atau apa pun. Ketika seseorang layak dan memiliki kemampuan nan sinkron dengan nan dibutuhkan maka ia layak mendapatkan sebuah pekerjaan.

Begitupun sebaliknya, sekalipun orang tersebut saudara bahkan adik atau kakak kandung, ketika ia tak memiliki kemampuan maka ia tak akan dipekerjakan di perusahaan tersebut. Ketika mereka kompeten dan diterima bekerja maka mereka akan diperlakukan secara profesional lepas dari segala atribut kekerabatan mereka.

Jika budaya ini diterapkan maka tak akan ada kolusi, korupsi, dan nepotisme. Ketika orang itu sukses dengan pekerjaannya maka mereka mendapatkan penghargaan. Begitupun ketika mereka gagal atau melakukan kesalahan maka mereka akan mendapat hukuman.

Dengan budaya kerja nan profesional, membuat mereka bekerja dengan profesional serta menjalankan tugas sinkron dengan baku operasional nan diberlakukan di perusahaan tersebut. Sekali pun mereka anak orang nan kaya raya, mereka tetap dididik buat menjadi seorang nan profesional. Tidak dengan mudah mendapatkan kekayaan orang tuanya. Mereka memiliki bisnis nan juga mereka rintis dari nol.



Budaya Kerja Keras

Budaya kerja keras ini juga termasuk salah satu budaya positif dari luar negeri, terutama negara-negara maju. Kerja keras buat mendapatkan sesuatu sudah ditanamkan sedari mereka kecil. Hingga ketika dewasa mereka mampu menjalani hayati berdikari sebab Norma tersebut.

Mereka tahu bahwa buat memperoleh sesuatu tak semudah membalikan telapak tangan, melainkan harus dengan kerja keras. Kerja keras nan membutuhkan pengorbanan buat mencapai apa nan mereka inginkan dan meraih apa nan mereka cita-citakan.

Dengan budaya kerja keras inilah, bangsa Korea dapat maju seperti sekarang ini, begitupun dengan bangsa Jepang. Kerja keras mereka lakukan tanpa kenal putus harapan dalam mewujudkan apa nan menjadi tujuan mereka. Setiap tujuan nan dibuat dalam rangka mendapatkan keberhasilan di akhir.

Begitulah seterusnya, hingga setiap kerja keras yag mereka lakukan dalam waktu nan panjang bisa berbuah manis pada masa nan akan datang. Menjadi hadiah bagi mereka nan mau bekerja keras.



Budaya Melayani

Budaya melayani ini juga merupakan salah satu budaya nan dilakukan orang-orang berhasil di negara maju. Terutama, para pemimpin nan menanamkan bahwa pelayanan nan baik akan mendapatkan hasil nan baik pula. Itulah sebabnya ketika mereka menjadi pemimpin maka mereka akan berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan nan terbaik bagi rakyat atau bawahannya.

Mulai dari kesehatan, transportasi, pendidikan, dan lain sebagainya. Imbasnya, mereka akan mendapatkan gambaran nan baik hingga dari budaya ini akan muncul rasa malu buat bertindak nan tak sewajarnya pada pemimpin mereka.

Semakin baik pelayanan nan diberikan maka rakyat atau bawahan semakin malu buat menkhianatai kepercayaan nan telah diberikan kepadanya. Dengan begitu, ia akan melakukan nan terbaik juga buat pemimpin mereka. Mereka akan malu jika tak menghasilkan prestasi nan baik.

Apalagi, jika mareka berbuat tak baik dengan tak mematuhi peraturan, tak bekerja dengan baik, atau dengan sengaja menentang pemimpin mereka. Dengan begitu, akan terjalin interaksi nan harmonis antara rakyat dengan pimpinan atau antara bawahan dengan atasan.

Itu hanya beberapa hal dari budaya luar nan patut kita teladani. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan buat kita semua agar meniru budaya-budaya positif dari luar bukan nan negatifnya saja. Jika kita selektif dalam menyikapi pengaruh budaya nan masuk dari luar maka kita bisa memilah mana nan baik buat kita dan mana nan tak baik.

Dengan begitu, kita bisa mengambil sisi-sisi positifnya dan tak kita tiru nan negatifnya. Sebaliknya, dengan budaya kita sendiri, kita teruskan budaya-budaya positif dan kita buang jauh-jauh budaya-budaya nan justru akan menghancurkan bangsa kita sendiri.