Kepatuhan dan Sikap Persistent Nabi Nuh dalam Berdakwah

Kepatuhan dan Sikap Persistent Nabi Nuh dalam Berdakwah

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab nan pedih" (Nuh : 1).Allah SWT memberikan tugas nan maha berat kepada Nabi Nuh buat menyampaikan selebaran tauhid nan menjadi inti dari ajaran agama samawi.

Tercatat dalam sejarah bagaimana usaha Nabi Nuh buat mengajak kaumnya buat menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan, selebaran dakwah Nabi Nuh merupakan selebaran dakwah terpanjang dalam sejarah dan sungguh dramatis. Bagaimana tidak, usia dakwah nan begitu panjang tak dibarengi dengan keberhasilan mengajak umatnya buat menempuh jalan nan lurus. Alih-alih mempunyai pengikut nan berlimpah, hanya segelintir orang nan "tersadar" dan akhirnya ikut kepada seruan Nabi Nuh.

Nabi Nuh menyampaikan risalahnya siang-malam kepada kaumnya dan khususnya keluarganya sendiri. Namun, sebab kesombongan nan dimiliki oleh istri dan anak-anaknya, mereka akhirnya termasuk ke dalam orang-orang nan terkena azab.

Perjalanan selebaran Nabi Nuh dalam menyampaikan risalahnya siang dan malam diabadikan oleh Allah Swt dalam kitabnya seperti terlihat di bawah ini:

"Dia Nuh berkata, Ya Tuhanku sesungguhnya saya telah menyeru kaumku siang dan malam. Tetapi seruanku itu tak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya saya setiap kali menyeruh mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri." (Nuh 5-7)

Ada beberapa ibrah (pelajaran) nan dapat dipetik dari sejarah dakwah Nabi Nuh. Meskipun harus susah payah menyeru umatnya, Nabi Nuh tetap berdoa agar umatnya senantiasa mendapat konservasi Allah Swt. Hal itu dilakukan padahal umatnya tak mendengarkan sedikit pun apa nan dibawa olehnya. Kecuali sebagian kecil saja, umatnya bahkan mengolok-olok setiap wahyu nan disampaikan oleh Nabi Nuh. Maka tidak ayal, Allah Swt mempercepat azab-Nya di global berupa banjir besar.

Semua umat Nabi Nuh nan tak mendengar ajaran nan dibawa olehnya, dibinasakan termasuk anak dan istri tercinta Nabi Nuh. Allah mengajarkan kepadanya bahwa anak dan istrinya bukanlah termasuk golongan Nabi Nuh. Keduanya termasuk golongan orang-orang kafir nan kelak akan menjadi bahan bakar neraka Jahannam.



Dakwah Tak Kenal Lelah Nabi Nuh Usia

Dakwah Nabi Nuh tercatat sebagai dakwah terpanjang sepanjang sejarah penyampain selebaran Allah Swt. Tercatat usia dakwah Nabi Nuh mencapai 100 tahun lebih dengan jumlah pengikut nan tak terlalu banyak. Jumlah pengikut nan tak begitu besar tak menyurutkan usaha dakwah Nabi Nuh. Dakwah tetap dilakukannya siang dan malam seperti diabadikan oleh Allah Swt dalam surat Nuh seperti terlihat pada cuplikan ayat di atas.

Begitu beratnya usaha dakwah tersebut, Nabi Nuh tetap berusaha bahkan tetap mendoakan agar umatnya mendapatkan pertolongan dari Allah Swt. Sebagai seorang da'i. Tentunya pelajaran dari dakwah nan dibawa oleh Nabi Nuh harus menjadi pelecut. Nabi Saw bersabda bahwa setiap muslim itu sejatinya ialah da'i. Oleh sebab itu, sebenarnya selebaran buat menyampaikan selebaran Allah Swt, mengajak kepada nan ma'ruf dan mencegah diri dan kaum kerabatnya dari kemungkaran sudah menjadi kewajiban nan tak terpisahkan dari diri seorang muslim.

Nabi Nuh dikenal sebagai pribadi nan lembut, memiliki tutur kata nan baik, visioner, argumentatif, santun, dan nan terpenting cerdas. Nabi Nuh tidak segan buat senantiasa berdoa kepada Allah Swt tentang nasib kaumnya. Alih-alih membenci mereka, Nabi Nuh bahkan meminta keselamatan umatnya meskipun ia sendiri telah didustakan. Sebuah citra pribadi nan memiliki kelembutan hati dan tak dinodai oleh perasaan dendam. Segala urusan dikembalikan kepada Sang Maha

Mengetahui, Allah Swt nan memiliki kerajaan lebih luas dari langit dan bumi. Tatkala ditantang buat berargumen, Nabi Nuh dengan elegan membalas argumen-argumen nan dapat menandingi orang-orang nan ingkar kepadanya. Dengan jiwa visioner nan dimilikinya, area dakwah dijadikan medan persuasi nan dilakukan tanpa kenal lelah.

Balasan buat setiap keimanan nan diikrarkan akan mendapatkan kebaikan berupa nikmat. Kalimat persuasi itu bahkan tidak dapat mengajak orang berbondong-bondong buat pindah haluan keyakinan. Karunia lainnya nan diberikan Allah Swt kepada Nabi Nuh, seperti halnya kepada nabi-nabi lainnya, ialah berupa kecerdasan. Bagaimana mungkin seorang nabi tak cerdas, ia harus mengolah dan menyelesaikan masalah nan terjadi di kaumnya.

Nabi Nuh dengan kecerdasan dan kemampuan persuasi nan dimilikinya berdakwah mengesakan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun tak banyak dari umatnya nan tertarik bahkan istri dan anaknya sekalipun.



Kepatuhan dan Sikap Persistent Nabi Nuh dalam Berdakwah

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dakwah Nabi Nuh tergolong dakwah nan berdurasi sangat panjang. Durasi nan panjang tersebut tak juga dibarengi oleh kuantitas pengikut ajaran Tauhid nan dibawanya. Namun demikian, hal itu tak membuat nyali dan semangatnya ciut. Selain itu, Nabi Nuh tergolong ke dalam hamba nan senantiasa patuh dan tunduk terhadap perintah Alah Swt.

Dalam sebuah kisah nan juga diabadikan dalam Al-Quran, Nabi Nuh diperintahkan buat membuat perahu atau bahtera nan super besar. Untuk orang awam, mungkin perintah itu tak masuk akal. Bagaimana mungkin perintah membuat bahtera tersebut dilakukan di tengah daratan. Namun demikian, sebab sikap patuhnya kepada Allah Swt, Nabi Nuh dengan ikhlas melaksanakan setiap perintah nan datang kepadanya.

Melalui perantaraan wahyu-Nya, Nabi Nuh mulai membuat bahtera seperti termaktub dalam Al-Quran.

"Dan buatlah perahu itu dengan supervisi dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang nan zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan." (Q.S Hud : 37)

Demikianlah, Allah dengan segala sifat-Nya nan Maha Agung, mengajarkan Nabi Nuh buat membuat bahtera berukuran besar. Nantinya bahtera tersebut digunakan buat mengangkut semua makhluk nan ada di bumi secara berpasang-pasangan. Ketika membuat bahtera super besar tersebut, tentu saja kaumnya nan tak mengerti mengenai kebenaran dan perintah Allah, mengolok-olok apa nan dilakukan oleh Nabi Nuh.

Mereka beranggapan bahwa Nabi Nuh sudah hilang kesadaran. Hal itu tentu saja semakin menjauhkan umat Nabi Nuh dari kebenaran selebaran nan dibawa olehnya. Kisah itu diabadikan Allah dalam kitab-Nya seperti terlihat di bawah ini

"Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, 'Jika Kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami." (Q.S Hud : 38)

Selain mengejek dan mengolok-olok apa nan disampaikan oleh Nabi Nuh, para pemimpin dan para pengikutnya tersebut juga memberikan "labeling" bahwa Nabi Nuh ialah seorang nan gila. Hal ini termaktub dalam kitab-Nya

"Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) Kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan : 'Dia ialah seorang nan gila dan dia sudah pernah diberi ancaman." (Q.S Alqamar : 54)

Allah Swt telah memberitakan mengenai azab nan akan diterima oleh kaum Nabi Nuh. Allah memberikan tanda-tanda nan mengharuskan Nabi Nuh dan kaumnya segera harus menaiki perahu nan telah selesai dibuat. Kemudian, atas berkat kemurahan Allah Swt, Nabi Nuh diberitakan bahwa istri dan anaknya (Kan'an) bukanlah termasuk orang nan akan diselamatkan. Hal itu terlihat pada kitab-Nya nan agung. Allah berfirman:

"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) ialah perbuatan nan tak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu nan tak mengetahui (hakekatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang nan tak berpengetahuan."

Tidak lama terjadilah banjir besar, bahtera besar nan dibuat oleh Nabi Nuh, nan kerap kali diolok-olok menjadi satu-satunya armada nan akan membawa keselamatan. Dakwah panjang Nabi Nuh pada akhirnya berakhir dengan kebinasaan kaum Nabi Nuh nan bebal. Allah melaknat umat Nabi Nuh nan bebal itu dengan memberikan azab berupa banjir besar.