Artikel Ramadan - Cahaya Ilmu

Artikel Ramadan - Cahaya Ilmu

Tak terasa, tahan ini kita akan segera memasuki bulan Ramadan. Berbagai cara menyambut bulan nansuci itu harus dilakukan dengan baik. Para wanita nan masih memiliki utang puasa Ramadan tahun sebelumnya, sudah mulai memaksakan diri dan memompa motivasi agar segera membayar utang puasanya.

Para penyambut surga dengan puasa, dengan semangatnya berpuasa minimal tiga hari di bulan Rajab. Para panitia Ramadan kampus, selain mulai menghubungi para pengisi kultum sebelum salatt Tarawih dan Subuh, juga banyak nan membuat artikel Ramadan sebagai bagian dari dakwah Ramadan.

Pembuatan artikel Ramadan dapat menjadi sesuatu nan berat bagi nan tak terbiasa menulis. Sebaliknya, penulisan atau pembuatan artikel Ramadan dirasa biasa saja bagi seseorang nan memiliki hobi menulis. Untuk nan menganggap pembuatan artikel Ramadan merupakan sesuatu nan tak biasa, ada beberapa cuplikan dari artikel Ramadan nan mungkin dapat memberikan inspirasi, yaitu sebagai berikut.



Artikel Ramadan - Yang Tahu Berhutang dengan nan Belum Tahu

'Sampaikanlah walau satu ayat'. Apakah maksud dari hadis ini? Setiap umat nan mengetahui sesuatu, hendaknya dia menyampaikan sesuatu itu kepada orang lain. Orang nan telah menerima kebaikan itu akan menyampaikan kepada orang lain lagi. Begitulah selanjutnya sehingga semakin banyak orang nan tahu dan semakin banyak nan tidak terpuruk di dalam ketidaktahuan.

Begitu banyak orang cerdas nan hanya menikmati kecerdasannya sendiri. Dia tidak mau berbagi ilmu atau mungkin tidak tahu bagaimana berbagi ilmu. Tidak sedikit orang cerdas nan menyembunyikan ilmunya. Dia takut apabila banyak nan tahu tentang ilmunya maka rezekinya akan berkurang.

Kisah-kisah para guru ilmu bela diri nan ada di novel-novel laga, menggambarkan bagaimana seorang guru ilmu bela diri nan tak memberikan semua ilmunya. Hal ini sebagai benteng diri agar tidak dibunuh oleh muridnya nan khianat. Namun, dalam Islam, memberikan pengetahuan kepada orang lain itu tak akan merugikan diri sendiri.

Orang nan takut berbagi pengetahuan itu mungkin belum pernah mendengar kisah dua orang pemburu. Di suatu loka ada dua orang pemburu nan bernama Bengak dan Calak nan terus bersaing ilmu. Mereka berdua begitu tersohornya sehingga begitu banyak nan ingin belajar bagaimana cara berburu. Maklum saja, pada saat itu berburu ialah sumber mata pencarian hidup.

Tidak dapat disangkal bahwa kalau banyak nan tahu bagaimana berburu dengan baik, tak menutup kemungkinan bahwa hewan buruan akan habis dan kalau hewan buruan habis, itu artinya kelaparan akan merajalela. Namun, sekali lagi bahwa itu ialah logika manusia.

Pemburu nan bernama Bengak tak mau sama sekali memberikan ilmu berburunya kepada orang lain. Dia dengan angkuhnya menolak semua orang nan mendatanginya. Sedangkan pemburu nan bernama Calak, mau mengajari orang-orang nan datang kepadanya tetapi dengan satu syarat bahwa setiap orang nan sukses mendapatkan buruan, dia akan mendapatkan bagian sebanyak 10% dari daging total hewan buruan nan didapatkan oleh muridnya.

Tidak harus menunggu lama, berbondong-bondonglah orang mendatangi Calak. Dengan sungguh-sungguh hingga muridnya menjadi pandai, Calak berusaha keras agara murid-muridnya itu menjadi pemburu nan handal. Dengan kesibukannya mengajar, Calak tak dapat lagi berburu. Bengak menyindir Calak nan tidak mempunyai persediaan makanan buat musim pacakelik beberapa bulan lagi. Calak hanya tersenyum mendengar kata-kata pesaingnya itu. Dia tetap dengan sabar membagi ilmunya.

Lambat laun, muridnya menjadi pemburu nan hebat. Tanpa disadari oleh Bangak, Calak telah membangun loka penyimpanan hasil buruan pembagian dari para muridnya. Ketika masa-masa sulit, loka penyimpanan itu telah penuh dan Calak tidak akan kehabisan bahan makanan.

Calak malah berpikir buat lebih banyak berbagi kepada orang lain nan belum beruntung. Selama ini ia pun sduah sering berbagi. Namun, sebab dia berburuan sendirian, tak banyak nan dapat ia bagiakn. Ketika pembagian hewan buruan dari muridnya semakin banyak, semakin banyak pulan orang nan mendapatkan kebaikan dari Calak.

Itu berhenti di situ saja. Karena ada muridnya nan mendapatkan hewan buruan masih hidup, terbetiklah dalam benak Calak buat membuat peternakan dan mengembangbiakan hewan buruan mereka. Dengan demikian, bila masa sulit datang, hewan ternak itu akan menjadi sumber makanan nan baik

Akhirnya, Calak menjadi seorang pemburu sekaligus pengajar bagaimana berburu dan peternak nan sukses. Dia terkadang masih berburu, tetapi tak buat menjadi hewan buruan melainkan hanya buat bersenang-senang dan membimbing murid-muridnya.

Ada satu hal nan patut dipelajari dari Calak. Calak berprinsip bahwa 'Yang tahu berhutang kepada nan tak tahu'. Prinsip inilah nan membuat Calak dengan sabarnya membimbing para calon pemburu nan datang kepadanya. Calak merasa bahwa keterampilan nan didapatkannya ialah buah anugerah dari Tuhan sebab amanat ilmu itulah dia merasa harus membagikan keahliannya kepada orang lain.

Apabila semua orang berprinsip seperti Calak maka tak akan ada nan ingin berdiam diri dan tak menyebarkan kebaikan. Apapun pengetahuan nan dimiliki harusnya diajarkan kepada orang lain.

Orang tua nan seringkali tak sabar membimbing anaknya belajar sesuatu, sudah saatnya berkaca kepada Calak. Apabila satu teknik, anak tetap tak dapat memahami sesuatu, carilah teknik lain nan mungkin akan membuat anak mengerti. Kesabaran itu akan berbuah manis.

Kisah Bengak dan Calak ini dapat menjadi sumber inspirasi artikel Ramadan nan akan membuat manusia berpikir bahwa paling tak dia harus menguasai satu keterampilan nan nantinya dapat diajarkan kepada orang lain.

Bukan hanya pahala nan diperoleh, tetapi juga keberkahan hayati serta amal nan banyak ialah balsan bagi orang-orang nan dengan ikhlas memberikan ilmunya walau tak gratis. Apa nan dilakukan oleh Calak, ialah sesuatu nan sah-sah saja.

Berdasarkan kisah ini, dapat saja satu artikel Ramadan tersebut dikembangkan menjadi artikel Ramadan nan lain nan berkaitan dengan kewajiban mencari ilmu atau artikel Ramadan nan berkaitan dengan ilmu ekonomi.



Artikel Ramadan - Cahaya Ilmu

Sudah banyak artikel Ramadan nan membahas tentang bahwa global itu diraih dengan ilmu dan akhirat pun diraih dengan ilmu. Namun, dalam topik ini dapat dibuat lebih trendi dan mengena kepada target apabila diberikan contoh nan cukup dekat dengan kehidupan para sasaran pembaca yang. Teknik pembuatan artikel Ramadan nan satu ini memang membutuhkan kepekaan nan dimiliki oleh penulisnya.

Semakin banyaknya hal-hal nan berbau kemaksiatan dapat menjadi contoh. Para pemuda nan lebih mementingkan menghapalkan lagu-lagu Lady Gaga dan lagu-lagu Korea daripada menghapalkan ayat-ayat Alquran dapat menjadi contoh.

Sebutkan saja bahwa ilmu itu ialah cahaya. Cahaya nan akan menerangi kehidupan seorang umat di global dan di akhirat. Cahaya ilmu itu ialah sebuah cahaya dari Allah swt, nan hanya akan diberikan kepada orang-orang nan benar-benar ikhlas mengikuti hukum Allah swt. Tak akan ada cahaya ilmu terpancar dari seseorang nan bergelimang di global maksiat.

Intinya ialah ketika seseorang itu begitu banyak berbuat maksiat, cahaya ilmu tak akan pernah diperolehnya. Hatinya akan membeku dan menghitam sehingga sulit ditembus oleh cahaya Ilahi. Dia memiliki harta, tetapi sulit baginya buat berbuat sesuatu dengan hartanya.

Dia memiliki ilmu, lebih sulit lagi baginya buat berbagi dengan ilmunya. Hatinya terasa sesak kalau ada nan mengajaknya melakukan hal-hal nan berbau kebajikan. Matanya terasa berat kalau harus bangun melakukan sholat malam atau pun salat fardu dan sunat.

Bulan Ramadan dirasakannya sebagai bulan siksaan. Dia benci diatur oleh hukum Allah swt. Baginya hayati nan latif itu ialah hayati dengan hukum nan cocok dengan dunianya saja. Apa nan terjadi di global saat ini, intinya dapat menjadi ide bagi artikel Ramadan. Tinggal bagaimana merangkai kata dan membuat artikel itu lebih enak dibaca.