Gayus Tambunan - Apa Kata Masyarakat?

Gayus Tambunan - Apa Kata Masyarakat?

Masalah penyelewengan uang rakyat belakangan ini makin terasa merajalela, terutama ketika kasus korupsi Gayus Tambunan terkuak. Di satu sisi, rakyat harus menekan serendah-rendahnya biaya hayati sehari-hari tetapi di sisi lain ada oknum pegawai Pajak malah menyalahgunakan hasil jerih payah rakyat, sehingga korupsi semakin merajalela.

Bukan hanya wakil rakyat saja nan seakan berpesta menghabiskan uang rakyat, tidak terkecuali pegawai gologan rendah atau orang nan memiliki kekuasaan atau kewenangan di berbagai bidang seperti berlomba menggendutkan pundi-pundi tabungan mereka di Bank. Gayus Tambunan ialah satu contoh orang nan menyalahgunakan amanat dalam pekerjaannya.



Siapa Sebenarnya Gayus Tambunan?

Gayus Tambunan lahir di Jakarta 32 tahun nan lalu. Tidak ada nan mengenal dirinya sebelum kasus menghebohkan ini mencuat ke kalangan publik. Sebelum diberhentikan, Gayus Tambunan bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan Indonesia. Namanya melangit setelah seorang perwira polisi, Susno Duadji, membeberkan ke media bahwa Gayus Tambunan memiliki sejumlah dana haram di rekening pribadinya.

Dana nan terkumpul di rekeningnya itu terbilang sangat besar buat ukuran pegawai negeri sekelas dirinya, yaitu senilai 25 Miliar dan uang asing senilai 60 Miliar, plus perhiasan senilai 14 Miliar nan disimpan di deposit spesifik bank atas nama istrinya. Peristiwa ini tentunya menambah jumlah forum negara nan memiliki aura negatif di masyarakat. Siapa nan tak tahu jika persoalan uang ialah masalah nan sangat sensitif terlebih menyangkut uang milik rakyat.

Selain itu, gambaran aparat perpajakan nan higienis ikut tercoreng oleh tindakan Gayus Tambunan nan memalukan ini. Ada beberapa nama krusial nan ikut terseret dalam kasus Gayus Tambunan ini, di antaranya 12 pejabat tinggi Dirjen Pajak, petinggi kepolisian, petinggi Bappenas, aparat kejaksaan, hingga pengacaranya sendiri.

Semua nan terlibat diperiksa secara teliti dan cermat oleh pihak kepolisian. Tapi ada sesuatu nan absurd sehubungan dengan masih bebasnya Gayus Tambunan keluar masuk tahanan dan berjalan-jalan di luar negeri seenaknya.

Apa nan terjadi? Bagaimana sebenarnya kinerja kepolisian dalam menangani masalah berat ini. Pemberitaan mengenai bebasnya Gayus Tambunan memanfaatkan aparat kepolisian dengan uangnya nan seakan tidak pernah habis ini sungguh menyedihkan. Rakyat dapat melihat dan menilai betapa rendahnya gambaran para aparat nan seharusnya bekerja menegakkan keadilan malah lebih memilih memuaskan nafsunya akan materi haram tersebut.

Meskipun Gayus Tambunan berada di balik jeruji, namun kebebasan tetap diperolehnya dengan mudah. Satu hari dia dapat menonton pertandingan tenis internasional di pulau Dewata dan di kemudian hari dia dapat dengan santai menghabiskan uang haramnya di meja judi di Macau, Taiwan. Bagaimana cara Gayus Tambunan memperoleh semua kemudahan ini jika tidak ada pelicin terlebih dulu terhadap mereka nan mengawasinya di dalam tahanan. Bandingkan dengan rakyat kecil nan juga sama-sama berada di balik kisi-kisi besi itu. Bisakah mereka keluar bebas seperti nan dilakukan Gayus Tambunan? Tentu saja tidak.

Lalu, bagaimana kondisi ruang tahanan loka Gayus Tambunan ditahan, apakah sama seperti tahanan lainnya atau memiliki kelas-kelas tersendiri seperti layaknya hotel berbintang? Jika diperhatikan dengan lebih teliti, Gayus Tambunan mungkin saja hanya ikan kecil di antara ikan-ikan besar dalam satu lingkaran nan sama.

Tertangkapnya Gayus Tambunan membuka peluang bagi aparat kepolisian buat menyelidiki lebih lanjut tentang kasus korupsi ini. Dengan disebutkannya beberapa nama besar oleh Gayus Tambunan, ini membuktikan bahwa dibalik kasus ini ada sesuatu nan lebih besar menunggu buat dikorek oleh aparat polisi. Namun susahnya di Indonesia, hukum seakan berpihak hanya kepada mereka nan berkantong tebal.

Hukum seharusnya berlaku seadil-adilnya terhadap setiap kasus nan ada di depan tetapi buktinya beberapa kasus besar seakan menguap begitu saja. Seperti sebuah bom, satu waktu kasus besar meledak tetapi tidak lama kembali hening seakan dilupakan begitu saja oleh pihak nan seharusnya menyelesaikan dengan tuntas.

Rakyat selalu menjadi korban. Pengusutan kasus Gayus Tambunan seperti bertele-tele sebab pihak nan terkait menjadi bercabang dan berakar banyak. Setiap orang nan terlibat seakan berusaha melindungi dirinya sendiri dan saling melemparkan tanggung jawab. Betapa semrawutnya pengembangan kasus besar nan ada di Indonesia. Tidak ada keputusan nan niscaya kapan kasus Gayus Tambunan ini dapat terbuka jelas dan selesai, malah nan satu belum beres lalu muncul lagi kasus serupa nan lebih besar.

Rakyat semakin kebingungan dengan berbagai peristiwa hukum nan terjadi di negara ini. Bila ditilik lebih lanjut, rakyat sekarang lebih pintar dan sensitif. Mereka dapat mencium bau kebusukan para pejabat nan menyalahgunakan kewenangannya dengan semena-mena. Kasus Gayus Tambunan ini seperti sebuah tamparan bagi forum terkait. Mereka nan bekerja dengan jujur juga memperoleh akibat nan tak menyenangkan.



Gayus Tambunan - Apa Kata Masyarakat?

Respon nan ditunjukkan oleh rakyat sangat bervariasi terhadap kasus Gayus Tambunan, tetapi nan paling menarik ialah lagu spesifik nan dibuat oleh Bona Paputungan buat Gayus Tambunan. Pria nan juga sempat merasakan dinginnya suasana di balik jeruji ini menumpahkan kegetirannya akan kasus korupsi Gayus Tambunan ini dengan sebuah lagu nan dapat dilihat di salah satu media komersil di internet.

Lirik nan menyindir seakan menyuarakan kekesalan dan suara hati rakyat terhadap kasus Gayus Tambunan. Suara penyanyinya juga cukup enak didengar dan lagunya dapat dinikmati sambil bersantai. Gayus Tambunan juga semakin menuai kepopuleran dengan menggemanya kasus korupsi ini. Namanya banyak dibicarakan di media sosial, terbukti dengan berbagai karikatur, pantun, insinuasi bahkan lomba cerpen dan lomba foto nan spesifik bertemakan tentang Gayus Tambunan dengan hadiah menarik.

Di sisi lain, hukum harus ditegakkan tetapi di satu sisi lagi ada pihak nan diuntungkan dengan kasus Gayus Tambunan itu. Siapa mereka? Para pedagang kecil nan menjual berbagai pernak pernik berkaitan dengan Gayus Tambunan seperti kacamata hitam dan wig . Kedua aksesoris itu digunakan oleh Gayus Tambunan saat menonton pertandingan tenis internasional di Bali.

Selain itu ada juga kaos-kaos oblong bergambag karikatur Gayus Tambunan dengan tulisan nan bertemakan bertentangan dengan harapan dan banyak lagi nan lainnya. Memang, dalam setiap hal selalu ada baik buruknya, begitupun dengan kasus Gayus Tambunan ini. Sudah seharusnya mereka nan bersalah diberi sanksi nan layak dan setimpal, dan hakim harus dapat mengambil keputusan dengan bijak sehingga tak berkesan tak seimbang atau berat sebelah.

Apakah Gayus Tambunan harus dihukum seberat-beratnya? Tentu saja. Dengan jumlah uang nan begitu banyak, meskipun dia hanya sekedar kaki tangan dari otak nan sebenarnya, tetap harus diberi sanksi nan setimpal. Untuk aparat kepolisian, tentunya harus dapat mengusut lebih jauh dan menangkap otak primer dari kasus ini sehingga ke depannya kasus seperti Gayus Tambunan ini tak akan berkembang biak lebih besar lagi. Semoga saja pihak kepolisian dapat mengaplikasikan secara konkret motto mereka, yaitu buat melayani dan melindungi rakyat. Semoga saja kalimat itu bukan sekedar slogan nan numpang lewat. Mari jadikan Indonesia lebih higienis dan kondusif demi kepentingan rakyat.