Pesan nan Disampaikan

Pesan nan Disampaikan



Tujuan

Tujuannya tentu saja agar pesan nan disampaikan juga dapat sampai dan masuk ke dalam hati dan sanubari mereka. Sehingga tujuan dakwah Islam juga lebih cepat mengena dan tersebar di berbagai pelosok daerah Jawa. Selain itu, masih banyak orang Jawa terutama nan berusia cukup lanjut, tak terlalu paham bahasa Indonesia. Untuk itulah penggunaan bahasa Jawa ini menjadi salah satu cara memberikan pengetahuan kepada semua orang terutama nan tak menggunakan bahasa Indoneisa.

Dengan menggunakan bahasa Jawa, orang nan pulang kampung nan telah merantau jauh dan lama tak pulang, akan merasa menikmati keberadaannya di tanah Jawa dengan seutuhnya. Bahasa Jawa ini akan membuat keakraban dan kedekatan secara emosional dengan sesama. Ketika mendengar bahasa Jawa di tanah Jawa, maka rasa senang itu akan semakin lengkap. Perjalanan jauh menuju kampung halaman menjadi tak terasa sebab terselimuti oleh rasa senang itu tadi.

Untuk itulah para ulama nan ingin menyebarkan Agama Islam di pulau Jawa, selain mengajarkan ajaran agama nan paling mulia ini juga menyatukan diri dalam budaya masyarakat setempat. Salah satunya yaitu menyampaikan khutbah hari Raya Idul Adha Bahasa Jawa ketika hari besar bagi umat Islam itu tiba. Tema nan disampaikan dapat mengenai apa saja asalkan tak lepas dari bahasan tentang keutamaan berkurban, interaksi antara orangtua dan anak, darma kepada Allah Swt, dan hal-hal atau warta nan berkaitan dengan apa nan sedang terjadi.


Isu ini sangat krusial diangkat. Terutama kalau isu atau tema itu bisa mempengaruhi pemikiran atau pemahaman tentang keislaman umat. Untuk itulah para khatib perlu mengetahui tentang apa nan sedang hangat terjadi di sekelilingi. Tentu saja gaya penyampaiannya harus diperhatikan dan waktu penyampaian tak terlalu panjang agar tak menimbulkan kebosanan nan akut. Tidak sporadis jamaah nan tak tahu bahwa khutbah itu merupakan bagian dari sholat eid, meninggalkan tenpat sholat.

Padahal, sebab khutbah menjadi bagian nan tak terpisahkan dari sholat eid, maka jamaah tak boleh meninggalkan tenpat sholat sebelum khutbah berakhir. Namun nan terlihat ialah banyak juga jamaah nan meninggalkan lapangan loka sholat, merokok, bercerita, dan melakukan hal lain. Inilah nan cukup disayangkan. Hal ini juga menunjukkan bahwa hukum ini belum terlalu dipahami oleh banyak orang. Untuk itulah para pendakwah tetap harus lebih sering menyebarkan hukum-hukum nan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat.



Berbagi Ilmu

Para pendakwah bukanlah satu-satunya orang nan seharusnya melakukan hal ini. Masyarakat sendiri harus mampu mendidik dirinya sendiri. Hanya saja kedangkalan ilmu dan pengalaman membuat mereka tak mengerti dan mungkin saja tak tahu bagaimana cara mendapatkan ilmu itu. Inilah mengapa mereka masih membutuhkan para pendakwah agar memberikan ilmu nan memang harus didapatkan.

Masyarakat Jawa nan masih banyak menganut Islam abangan atau pemahaman Islam nan digabungkan dengan budaya atau pengaruh agama Hindu, juga harus diberikan pengertian terus-menerus. Jangan sampai pemahaman ini menjadikan mereka melakukan dosa besar. Apalagi hingga melakukan syirik kepada Allah Swt. Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat Jawa nan membuat sesajen dan melakukan banyak ritual pada saat-saat tertentu.

Pemahaman tentang hari baik dan bulan baik serta tolak balak juga masih banyak dilakukan dan dipahami sebagai sesuatu nan tak menjadi masalah. Padahal hal-hal tersebut dilarang dalam Islam. Kalau nan menyampaikannya ialah orang nan bukan berasal dari tanah Jawa dan tak dapat berbahasa Jawa, maka hal ini mungkin akan menjadi sedikit sulit. Dengan pendekatan budaya dan pendekatan secara pribadi, seorang pendakwah akan mampu memberikan pengertian baik dengan cara nan halus dan bertahap.

Masuk Islam itu haruslah menyeluruh. Bila memang telah mengaku sebagai seorang muslim, maka tak boleh lagi melakukan hal-hal nan tak berasal dari ajaran Islam. Tidak boleh setengah-setengah dan mencampurkan hal-hal nan tak perlu dengan hal-hal nan dianggap mempunyai dalil nan nyata. Islam itu telah paripurna dan tak perlu menambahkan lagi apapun kepada ajaran Islam. Namun sayangnya, masih sangat banyak orang nan tak peduli dan tetap berusaha memegang teguh budaya dan segala nan nan telah diyakininya sejak ia kecil.



Pesan nan Disampaikan

Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa nan disampaikan kepada orang Jawa tentu juga tetap mengandung nilai nilai ajaran Islam nan sebenarnya juga dapat menyatu atau sinkron dengan pola pikir masyarakat Jawa nan selalu menghormati nilai budaya nan mereka miliki, antara lain ialah :

1. Semangat gotong royong
Orang Jawa terkenal dengan pola hidupnya juga suka bergotong royong ketika sedang melakukan sesuatu, terutama buat kepentingan orang banyak atau umum. Maka para ulama juga dapat menyampaikan khutbah Idul Adha dalam Bahasa Jawa tentang interaksi aplikasi penyembelihan binatang kurban serta semangat gotong royong nan juga sangat sinkron dengan nilai nilai ajaran agama Islam.

Tidak menjadi masalah kalau ingin melakukan penyembelihan sendiri dan dibagikan sendiri. Namun, bila semua rentetan acara itu dilakukan bersama-sama, maka hal ini jauh lebih baik. Apalagi kalau dengan adanya cara kurban ini, kebersamaan dalam satu kampung akan semakin terasa. Banyak masjid nan menyelenggarakan kurban juga membuat acara makan bersama. Di tanah Jawa, hari Raya Haji atau Hari Raya Idul Adha memang tak ramai seramai Hari Raya Idul Fitri. Orang lebih terfokus pada aplikasi kurban.

Banyak unsur nan harus dipelajari ketika menyembelih hewan kurban ini. Misalnya, siapa saja nan berhak dan berapa hak dari nan berkurban. Tidak sporadis nan berkurban ini malah minta bagian eksklusif lebih banyak. Padahal sesungguhnya nan paling krusial ialah nita berbagi dan jika panitia memberi bagian nan berkurban, seharusnya diterima saja dengan lapang dada. Akan lebih baik kalau semakin banyak bagian nan dibagikan daripada nan dimakan sendiri.

2. Tolong menolong
Ulama atau ustad nan ingin mengajak masyarakat Jawa buat menjalankan ajaran Islam dengan lebih taat juga dapat menyampaikan materi atau topik ini ketika menyampaikan khutbah Idul Adha dalam Bahasa Jawa. Keterikatan dan merasa lebih dapat menerima apa nan disampaikan ialah sesuatu nan sangat penting. Sampaikan dengan bahasa nan mudah dan bahasa nan dimengeri oleh pendengar. Itulah konsep nan harus dipahami dengan baik oleh setiap pendakwah.

Selain menjadi bagian dari budaya Jawa, sifat suka tolong menolong itu juga sangat dianjurkan oleh Islam. Contoh nan dapat diambil misalnya tentang riwayat Nabi Muhammad nan selama menjalani tugasnya sebagai rasul juga suka menolong orang lain. Masyarakat Jawa sangat baik dan sangat bahagia dapat berbagi dengan orang lain. Sudah menjadi budaya bahwa mereka bahagia membahagiakan orang lain.

3. Memupuk rasa persaudaraan
Ini juga merupakan materi atau topik bagus nan dapat disampaikan dalam khutbah Idul Adha dalam Bahasa Jawa. Karena masyarakat Jawa juga bahagia sekali buat menjalin persahabatan atau persaudaraan dengan siapa saja, tanpa memandang pangkat atau golongan. Maka tak mengherankan bila masyarakat Jawa dengan bahagia hati mau memeluk agama ini sebab ajaran nan disampaikan juga sinkron dengan budaya mereka selama ini.

4. Mau berkorban
Orang Jawa juga dikenal dengan rasa solidaritasnya nan tinggi kepada sesama manusia. Mereka rela berkurban buat kebahagiaan orang lain. Hal ini tentu sangat sinkron sekali dengan inti atau tujuan dari aplikasi penyembelihan binatang kurban pada hari Idul Adha. Maka sangatlah tepat bila ustad atau ulama juga melakukan khutbah Idul Adha dalam Bahasa Jawa dengan mengambil tema ini sebagai pokok bahasan atau pesan nan ingin disampaikan.

Tema-tema tersebut tak akan menjadi tema nan basi sebab akan selalu ada dalam hati masyarakat Jawa.