Kejayaan dan Keruntuhan

Kejayaan dan Keruntuhan

Sejarah peradaban Islam di Spanyol dimulai sekitar tahun 711 Masehi, nan merupakan kelanjutan setelah Islam masuk ke Afrika. Islam masuk ke Spanyol ketika kepemimpinan Islam berada di bawah khalifah Al-Walid. Khalifah ini ialah khalifah nan berasal dari Bani Umayyah dan berkedudukan di wilayah Damaskus.

Dalam proses masuknya sejarah peradaban Islam di Spanyol, tak terlepas dari peran sentral tiga nama. Ketiganya yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif ibn Malik memiliki peran sebagai penyelidik atau mata-mata buat mengetahui kondisi Spanyol sebelum masuknya pasukan. Sedangkan Thariq ibn Ziyad ialah pemimpin pasukan pertama nan membuka jalan buat masuknya pasukan nan lebih besar.

Thariq menyiapkan pasukan dan menyusun taktik di sebuah loka nan bernama Gibraltar. Daerah ini ialah pintu primer buat dapat masuk ke wilayah Spanyol. Dan setelah Thariq mampu menguasai beberapa wilayah, masuklah pasukan Islam pimpinan Musa Ibn Nushair nan membantu menaklukkan beberapa wilayah buat dikuasai oleh pasukan Islam.



Alasan Masuknya Islam ke Spanyol

Sebelum Islam masuk ke Spanyol, wilayah tersebut dikuasai oleh kerajaan Goth. Sebelum Goth berkuasa, Spanyol berada di dalam kekuasaan Kerajaan Romawi. Di jaman Romawi berkuasa, perekonomian Spanyol tumbuh pesat sebab didukung kekayaan alam dan kesuburan tanahnya. Bahkan industri Spanyol termasuk tumbuh pesat di banding negara lain di kawasan tersebut.

Namun ketika Romawi hancur dan Spanyol dikuasai kerajaan Goth, semua kemakmuran tersebut hilang. Ekonomi rakyat lumpuh, dan penindasan pun terjadi di berbagai sektor sebab kekejaman raja Roderick.

Dari kondisi inilah, nan menjadi awal masuknya sejarah peradaban Islam di Spanyol. Islam masuk buat membebaskan rakyat Spanyol dari penindasan nan dilakukan raja Roderick, serta menumbuhkan semangat rakyat Spanyol buat kembali menata perekonomian mereka.

Karena meskipun kemudian datang sebagai pemenang, Islam tak serta merta bersikap sombong kepada penduduk Spanyol. Termasuk dengan memaksa mereka memeluk agama Islam. Salah satu buktinya, Spanyol hingga kini tak tercatat sebagai salah satu negara nan memiliki penduduk beragama Islam dalam jumlah besar. Padahal, kesempatan buat melakukan hal itu sangat terbuka ketika Spanyol sukses ditaklukkan.

Sebaliknya, Islam tetap memberikan toleransi kepada penduduk Spanyol buat menganut agama nan mereka yakini dan menjamin keamanan penduduk nan ingin beribadah di gereja. Selain itu, dalam pemerintahan Islam, perekonomian nan ada di Spanyol mampu kembali tumbuh dengan pesat sehingga Spanyol dapat meraih kejayaan sebagaimana saat di bawah kekuasaan Romawi.

Dan ketika perekonomian rakyat Spanyol dirasa sudah mampu buat mandiri, maka pada tahun 1492, kaum muslimin mulai meninggalkan Spanyol. Mereka memberikan kemerdekaan kepada rakyat Spanyol buat mengelola kekayaan negeri mereka tanpa perlu membayar upeti atau setoran sebagaimana layaknya negeri jajahan. Kesan nan baik inilah nan menjadikan Islam banyak mewarnai aspek kehidupan masyarakat Spanyol, meski agama mayoritas mereka bukanlah Islam.



Peralihan ke Dinasti AlMohad

Dinasti Almoravid atau AlMohad (al-Murabitun, ca. 1.062-1.150), kekuatan Islam nan baru muncul di Afrika Utara, Berber etnis lebih dari Arab, menaklukkan Maroko dan mendirikan Marrakesh sebagai ibukotanya pada 1062. Dipimpin oleh Yusuf bin Tashufin, al-Murabitun memasuki al-Andalus (Spanyol Islam) setelah jatuhnya Toledo pada tahun 1085 sebagai tanggapan atas permohonan para pemimpin Ta'ifa 'untuk membantu dalam memukul mundur pasukan Kristen Spanyol utara.

Mereka memegang kendali al-Andalus tahun 1090, sambil mempertahankan kursi primer mereka dari pemerintah di Marrakesh. Dengan cara ini, al-Murabitun datang buat memerintah bagian dari Sahara, Maroko, Aljazair, dan Spanyol dan pelabuhan krusial terkontrol serta trans-Sahara perdagangan.

Menyangkal kurangnya kesalehan dan apa nan mereka dianggap sebagai kemerosotan moral raja Ta'ifa, dan mengikuti sekolah Malikiyya dalam hukum Islam konservatif, al-Murabitun meremehkan seni mewah kaum muslimin Spanyol. Meskipun mereka mulai dengan mensponsori program keras dari dekorasi arsitektur, monumen dan pabrik tekstil di Almería menunjukkan bahwa Murabitun akhirnya menyerah pada budaya latif ala al-Andalus.

Terutama nan spektakuler dari periode ini ialah mimbar dari Masjid Kutubiyya, Marrakesh, ditugaskan pada tahun 1137 oleh Sultan Almoravid lalu, Cali bin Yusuf (r. 1106-1142), buat masjid jemaat nya. Di Afrika Utara, masjid dari Algiers (1097 ca.), Tlemcen (1136), dan Qarawiyin di Fez (1135) ialah contoh arsitektur krusial dari periode ini.

Pada pertengahan abad ke-belas, al-Murabitun digantikan oleh Muwahidun (al-Muwahhidun, 1.150-1.269), sebuah dinasti Berber baru dari Afrika Utara. Pada 1150, para Almohad telah tersingkir dari Maroko serta Sevilla, Córdoba, Badajoz, dan Almería di Semenanjung Iberia. Muwahidun membuat Sevilla kapital mereka di al-Andalus, sementara tetap mempertahankan Marrakesh sebagai pusat kekuasaan mereka di Afrika Utara.



Kejayaan dan Keruntuhan

Setelah kekalahan Almohad oleh tentara gabungan Aragon dan Castile pada Pertempuran Las Navas de Tolosa tahun 1212, menjadi titik balik dalam sejarah semenanjung Spanyol, dan al-Andalus sekali lagi terpecah menjadi kerajaan kecil nan membayar pajak, rentan terhadap penghancuran kerajaan Kristen. Tidak terkecuali kerajaan kecil, Banu- nan memerintah Granada, segera kehilangan kedaulatan mereka.

Lantas reformasi agama ialah bagian integral dari pembentukan Almohad, pengadilan mereka di Marrakesh dan Sevilla menjadi pusat pembelajaran Islam. Dalam seni Almohad, gaya ketat melihat skematisasi meningkatnya ornamen dan terus menggunakan desain geometris. Masjid Agung dan menara nan disebut La Giralda, nan mereka dibangun di Sevilla, ialah kerangka berpikir gaya Almohad.

kaum Muwahidun inipun membangun masjid besar, rumah-rumah mewah dan istana seluruh kerajaan mereka, nan secara bertahap diperpanjang sejauh utara Sungai Ebro, dekat kota modern Tarragona. Melanjutkan dengan penggunaan desain geometrik dalam seni dan arsitektur (pola dimulai oleh Murabitun), mereka membangun kembali Alcazar di Sevilla, Masjid Agung kota diperbesar dan dibangun dekat sebuah menara baru, bernama Giralda.

Menar itu tingginya lebih dari 100 meter, menaraelegan dan ramping dibangun itu pada 1184 buat menandai aksesi Abu Yusuf Ya'qub al-Mansur. Menara, melayani sebagai model buat nan serupa di ibukota kekaisaran Almohad dari Potongan harga dan Marrakesh, masih berdiri saat ini, dan menjadi simbol dari Sevilla tengara.

Seperti kaum Murabitun, Almohad secara bertahap menyerah pada Norma nan lebih santai dibnaidng dan spiritual nan umumnya ditandai oleh centang perenangnya Al-Andalus. Negara-negara Kristen di utara saat itu terlalu terorganisir baik buat ditaklukkan oleh Muslim dan, meskipun adanya camp kecil kristen nan menjadi 'alien' wilayah, Almohad tak membuat kemajuan permanen terhadap kehidupan non muslim.

Khalifah Penerus Al-Mansur, Muhammad III (Al-Nasir) akhirnya dikalahkan pada 1212 di pertempuran Las Navas de Tolosa di Sierra Morena, menandai berakhirnya penguasaan Almohad. Di Afrika Utara, perkembangan arsitektur termasuk dinding Fez, Rabat, dan Marrakesh dan masjid dari Taza (1142), nan Kutubiyya (Marrakesh, 1147-1158), Tinmal (1153-1154), atau Qasba (Marrakesh, 1195), dan Hasan (Rabat, 1199).

Sejarah Peradaban Islam di Spanyol di takdirkan Tuhan tak bertahan lama. Anda niscaya bertanya tanya mengapa dan mengapa? Adakah spanyol merupakan contoh dari hilangnya kejayaan Islam bila tak di kelola? Hmm.. pandangan nan dapat jadi keliru. Karena dari basik nya, penakluk Afrika nan kebetulan muslim menjajah Spanyol, dan lantas mereka terusir pulang kembali. Hal hal nan berulang pula di zaman modern ini. Penjajahan memang ditakdirkan Tuhan tak akan bertahan lama.