Praktik Ilmu Laduni

Praktik Ilmu Laduni

Ilmu Laduni banyak dituding negatif. Asal mulanya nan tak jelas membuat banyak pihak memandang miring ilmu ini. Bahkan, cabang ilmu ini banyak dituding menghambat perkembangan pengetahuan di global Islam. Jadi makhluk apakah Ilmu Laduni ini?



Sejarah Ilmu Laduni

Banyak nan beranggapan bahwa ilmu Laduni ialah ilmu mistik dan tak jelas. Namun, asumsi seperti itu tak sepenuhnya benar. ilmu Laduni maknanya ternyata lebih luas daripada sekedar ilmu mistis. Hal ini perlu diketahui agar tak ada asumsi miring terhadap ilmu ini. Kata Laduni sendiri banyak diambil dari ayat berikut ini :

"Dan Kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu. " (Al Kahfi: 65)

Jadi secara istilah, ilmu Laduni merupakan ilmu nan berasal dari Allah. Ilmu ini merupakan pemberian Allah kepada umat-Nya. Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ilmu ini merupakan ilmu nan diberikan langsung oleh Allah ke dalam lubuk hati manusia tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu dan tanpa melalui proses metode ilmiah. Sedangkan menurut Ibnu Arabi, ilmu ini terpancar ke dalam hati manusia, tanpa menggunakan argumentasi akal pikiran.

Untuk lebih jauh mengena iiIlmu Laduni, kita dapat melihat pendapat Abu Hamzah As-Sanuwi. Dia membagi ilmu menjadi dua bagian. Yang pertama ialah Ilmu Wahdiy, yaitu ilmu nan diperoleh tanpa melakukan proses belajar normal. Kedua ialah Ilmu Kasbiy, yaitu ilmu nan diperoleh dengan cara belajar normal.

Ilmu Wahdiy dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Syariat dan Ilmu Makrifat. Ilmu Syariat ialah ilmu nan berupa wahyu dan diberikan kepada nabi dan rasul. Ilmu ini dianggap absolut kebenarannya, jika penyampainnya dari manusia ke manusia tak mengalami distorsi. Ilmu ini juga nan dipakai acum Nabi Khidir ketika memberi pengetahuan kepada Nabi Musa.

"Sesungguhnya saya berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah nan telah Dia ajarkan kepadaku nan engkau tak mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah nan Dia ajarkan kepadamu nan saya tak mengetahuinya juga." (H.R. Bukhari).

Ilmu Syariat ini selain wajib dipelajari, juga wajib diamalkan bagi manusia nan percaya kepada Allah. Ilmu Syariat ini secara prinsip memang berlangsung tanpa proses belajar normal. Nabi menerima wahyu, baik dari Allah maupun lewat mediator malaikat Jibril. Namun dalam proses pembelajarannya dari manusia ke manusia, maka buat memahami Ilmu Syariat masih digunakan pembelajaran normal. Walau mungkin tak masuk ke aspek filosofis, namun hanya di tataran literer saja.

Selanjutnya ialah Ilmu Makrifat. Ilmu ini diperoleh dengan cara nan gaib. Makrifat diperoleh jika adanya suatu ilham dan terbukanya tabir. Dapat juga ilmu ini didapatkan lewat mimpi, dan hanya diberikan Allah kepada hamba-Nya nan shalih dan mukmin. Ilmu Laduni oleh banyak ulama memang diakui kebenarannya. Namun kebenaran ini kebanyakan haya buat diri sendiri dan tak buat didakwahkan kepada orang lain.

Hal ini sebab orang lain belum tentu memilik taraf ketakwaan sebagaimana pemilik ilmu Laduni. Hal ini dapat membuat seolah-olah ilmu Laduni ini bertentangan dengan Ilmu Syariat. Contoh nan paling diingat ialah kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa. Ilmu dari Nabi Khidir ini hanya dapat dilakukan oleh orang nan memiliki taraf ketakwaan nan sama. Hal ini sebab nan dilakukan Nabi Khidir banyak bertentangan dengan syariat, misalnya membunuh anak kecil.

Pembelajaran Ilmu ini dapat diterima dengan baik penjelasannya oleh Nabi Musa sebab taraf ketakwaan Nabi Musa nan tinggi. Karena itu, dalam Al-Qur'an juga tak disebutkan bahwa Nabi Khidir tak mendakwahkan ilmunya kepada orang awam. Di sisi lain, Nabi Musa nan berasal dari dasar Ilmu Syariat diberi kewajiban mendakwahkan ilmunya. Hal ini sedikit menjelaskan kedudukan Ilmu ini dan Ilmu Syariat dalam Islam.

Namun, meraihnya bukan monopoli kaum tertentu. Allah Maha Adil, tentu akan memberikan ilmu bagi siapa pun nan berhak dan diinginkan-Nya. Memang ada berbagai syarat dalam mencapai Ilmu Laduni ini. Berikut ini beberapa dalil naqli, baik dari ayat Al-Qur'an maupun Hadits nan sedikit menjelaskan syarat apa saja nan diperlukan buat meraih Ilmu Laduni:

" Dan takutlah kamu kepada Allah, pasti Allah akan mengajarimu." (Q.S. Al Baqarah : 282)

"Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi Ilmu Laduni ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam: "Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah". (H.R At Tirmidzi).

Dari dalil ini kita dapat melihat satu syarat awal. Ilmu ini dapat diperoleh orang nan takut dan bertakwa kepada Allah. Orang nan higienis dan menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya, lebih berpeluang buat menguasai Ilmu Laduni.

"Dan orang-orang nan berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang nan ihsan (muhsinin)." (Q.S. Al'Ankabut : 69).

Berjuang di jalan Allah juga membuat seseorang bisa mendapatkan Ilmu Laduni. Syarat ini juga krusial buat dipenuhi jika seseorang ingin mendapatkan Ilmu Laduni. Berdakwah juga berarti mengamalkan ilmu nan kita ketahui. Jika ilmu nan kita ketahui kita bagikan demi kesejahteraan orang lain, maka Allah akan memberikan kepada kita ilmu tambahan nan lain.

  1. Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu nan Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu nan Belum Ia Ketahui". (H.R. Imam Ahmad).

Syarat lainnya ialah tak terlalu mencintai dunia. Global memang indah, namun memang sengaja digunakan buat membuaikan cinta manusia kepada Allah. Jika manusia tak tergantung lagi kepada duniawi dan hanya mengejar Allah, maka pasti akan diberi ilmu dari-Nya. Hal ini membuat orang nan bersikap zuhud ini menjadi lebih berilmu dari orang nan mengejari keduniawian.

" Barang siapa nan zuhud pada global (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar" . (Fadhilatushaqat).



Praktik Ilmu Laduni

Dari beberapa dalil di atas kita dapat melihat beberapa syarat meraih ilmu ini. Karena berasal dari Allah, maka tak tersebut secara konkret bentuk Ilmu Laduni itu. Banyak nan menganggap ilmu ini sama dengan ilmu mistis dan juga kekebalan. Namun dari beberapa dalil di atas, ilmu ini seperti penyokong terhadap Ilmu Syariat dan Ilmu Kasbiy, nan dapat dipelajari manusia biasa.

Ada banyak ulama modern ini nan mengaku mempunyai ilmu Laduni. Misalnya ialah sebuah pondok pesantren nan dapat membuat santri dapat berbahasa asing tanpa pembelajaran normal. Hal ini diklaim sebab adanya ilmu ini.

Hal ini mungkin saja ada benarnya, jika memang syarat-syarat di atas memang terpenuhi. ilmu Laduni nan sudah diterima biasanya tak digunakan buat dakwah, sebab tak semua orang dapat memahami. Misalnya ialah ilmu Laduni futuristik dari Nabi Khidir. Akan sangat berbahaya jika orang nan mengaku memiliki ilmu Laduni nanti akan membunuhi orang sebab alasan seperti Nabi Khidir. Walau sebenarnya dapat dibuktikan terbalik, jika orang tersebut memang memiliki bakat, maka tak ada kekuatan global nan mampu menjeratnya.

Selain azas kegunaan nan ditujukan secara selektif, kita juga harus waspada, dari mana ilmu ini berasal. Misalnya kita mendapatkan "ilham" dalam mimpi sehingga ketika bangun bisa berbahasa Bosnia. Darimana kita konfiden bahwa ilham itu berasal dari Allah dan bukan dari makhluk ghaib?

Hal inilah nan membuat Ilmu ini masuk ranah nan rawan buat dijadikan pegangan. Banyak ulama akhirnya nan menganjurkan, jika seseorang merasa mendapatkan ilmu Laduni, lebih baik ilmu itu diamalkan buat diri sendiri terlebih dahulu. Hal ini buat mengantisipasi salah sumber ilham tadi.