Pertanian Sayuran Organik

Pertanian Sayuran Organik

Seberapa besarkah Anda mengetahui pengertian sayuran ? Sayuran dihasilkan dari pertanian. Oleh karena itu, sebelum mengetahui lebih jauh tentang sayuran, sebaiknya Anda mengenal pertanian. Setelah era perburuan, manusia mulai berpikir buat mengenal teknik baru dalam melangsungkan kehidupannya. Teknik pertanian pun diperkenalkan sebagai pengganti atau pelengkap perburuan.



Pertanian Berpindah dan Menetap

Pada mulanya, pertanian dilakukan dengan berpindah-pindah. Teknik pertanian seperti ini ternyata menimbulkan masalah, seperti lingkungan nan kurang terawat dengan baik. Kemudian, teknik pertanian dengan cara menetap pun diperkenalkan. Namun, teknik ini bukan tanpa masalah. Lama-lama, tanah loka bertani menjadi berkurang taraf kesuburannya. Akhirnya, manusia menemukan teknik pertanian konvensional, yakni menggunakan pupuk sintetis.

Penggunaan pupuk ini berdampak cukup signifikan, di antaranya meningkatkan produksi pertanian. Namun, teknik ini pun akhirnya mendegradasi kualitas tanah nan menjadi loka tumbuh tanaman. Selain itu, pupuk sintetis umumnya mempunyai harga nan tak murah dan terkadang langka di pasaran. Akhirnya, timbul masalah tak hanya dari sisi teknis pertanian itu sendiri, tetapi dari segi rantai sosial-ekonomi.



Pertanian Organik

Kemudian, manusia menciptakan teknik pertanian organik. Ide pertanian organik sebenarnya timbul dari kenyataan hutan alami nan tumbuh dengan fertile tanpa harus menggunakan pupuk sintetis. Segala macam "pupuk" dan penjaga zat hara lainnya terdapat secara alami di alam. Konsep itu kemudian digunakan dalam teknik pertanian organik.

Secara istilah, pertanian organik ialah teknik pertanian tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, baik pestisida maupun pupuk sintetis. Peran pupuk dan pestisida tersebut digantikan oleh bahan-bahan nan memang orisinil terdapat di alam. Peran pupuk sitentis digantikan oleh pupuk dari kotoran hewan (pupuk kandang) dan pupuk hijau seperti tanaman orok-orok.

Sementara itu, peran pestisida digantikan oleh pestisida organik, seperti tembakau, brotowali, awang-awang, gadung, dan mengkudu. Pestisida dan pupuk organik tersebut tak membahayakan lingkungan. Bahkan, sangat kondusif buat manusia selaku konsumen sayuran atau buah-buahan nan dihasilkan dari pertanian organik.



Pertanian Sayuran Organik

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sayur ialah daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri, buncis), dan sebagainya nan bisa dimasak. Definisi lainnya, sayur ialah kuliner nan berkuah (seperti gulai, sup). Sementara itu, sayuran ialah berbagai macam sayur (seperti kubis, kangkung, dan bayam).

Oleh sebab itu, jika ditarik simpulan dari definisi dan klarifikasi tersebut, sayuran organik ialah berbagai macam sayur nan dihasilkan dari teknik pertanian organik. Konsep krusial dari sayuran organik ialah teknik pengolahan dan pembudidayaannya harus murni tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.

Menurut Pracaya (2007) pengertian sayuran , umumnya, segala jenis sayuran bisa dikembangkan dengan teknik pertanian organik. Namun, nan perlu diperhatikan ialah beberapa jenis tanaman sangat peka terhadap hama dan gangguan penyakit. Oleh sebab itu, diperlukan teknik-teknik spesifik dalam pembudidayaannya. Selain itu, perlu diperhatikan pula kepentingan bisnis dari teknik pertanian organik ini. Umumnya, teknik pertanian organik diarahkan buat komoditas pertanian bernilai ekonomis.



Pengertian Sayuran dalam Sayur dan Buah Organik

Kita dapat memahami pentingnya pengertian sayuran dalam sayur dan buah organik. Pangan organik merupakan pangan nan dihasilkan dari suatu sistem pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip ekuilibrium ekosistem secara terpadu. Hal itu dilakukan dengan meminimalisasi atau menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis nan bisa membahayakan kehidupan organisme.

Tujuan pangan organik ialah menghasilkan produksi secara berkelanjutan. Pada prinsipnya, bercocok tanam pada huma nan bebas kandungan bahan kimia berbahaya tentu bisa menghasilkan pangan berkualitas, baik dari segi gizi maupun kesehatan.

Peningkatan minat masyarakat terhadap produk pangan organik dipicu oleh meningkatnya pencerahan masyarakat akan gaya hayati sehat dan kepedulian terhadap lingkungan. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa mengonsumsi pangan organik lebih aman, sehat, dan bergizi.

Masyarakat dari negara-negara maju sudah sangat memahami dan beranggapan bahwa pangan organik lebih superior, baik dalam hal gizi, keamanan, maupun kesehatan. Di Indonesia, konsumen pangan organik masih terbatas buat kalangan eksklusif saja, yaitu masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas dan berdomisili di perkotaan.

Akan tetapi, ada beberapa kesalahan persepsi masyarakay awam mengenai pangan organik. Mereka beranggapan produk pangan organik ialah produk nan bagus tak hanya dari segi nilai gizi, tetapi juga dari penampilan produknya. Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa produk pangan organik tak selamanya bagus. Misalnya saja, banyak daun sayuran nan berlubang sebab digigit oleh serangga dan ukurannya pun kecil-kecil. Hal itu terjadi sebab pertanian perangsang pertumbuhan, hormon, serta pupuk buatan.

Di negara kita, melalui Baku Nasional Indonesia (SNI), pemerintah telah menentukan baku apakah sebuah produk pangan masuk kategori pangan organik atau tidak. Menurut SNI, sistem pangan organik ialah sistem manajemen produksi keseluruhan nan meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.

Dalam praktinya, pertanian pangan organik harus menghindari penggunaan benih atau bibit hasil rekayasa genetika, pestisida pupuk kimia sintesis, zat pengatur pertumbuhan, hormon, dan bahan aditif sintetis lainnya. Oleh karena itu, pertanian organik diharapkan akan menghasilkan bahan pangan nan alami dan kondusif secara kimiawi buat dikonsumsi.



Gizi Sayur dan Buah organik

Sayur dan buah organik merupakan salah satu produk dari sistem pertanian organik. Dasar pengelolaan pertanian organik ialah menghasilkan pangan dengan kualitas gizi nan tinggi dan dalam jumlah nan mencukupi. Pengelolaan ini menerapkan sistem alami tanpa mendominasi alam, meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah, serta menggunakan sumber-sumber nan bisa diperbaharui dalam sistem pertanian nan terorganisasi.

Sistem pertanian organik berkembang pesat di berbagai negara sebab pencerahan masyarakat tentang kerusakan lingkungan, ketergantungan pada bahan kimia, sumber energi nan tak bisa diperbaharui, keamanan pangan, serta kesehatan. Produk organik rasanya lebih enak, lebih sehat, dan ramah lingkungan juga menjadikan pertanian organik semakin meningkat dan berkembang.

Produk organik bisa dipasarkan secara internasional jika telah mendapat sertifikasi dari CAC (Codex Alimentarius Comision) dan IFOAM (Internasional Federation of organik Agriculture Movement). Hasil penelitian nan dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa 6 dari 10 orang akan memilih pangan organik jika lebih mudah didapat dan harganya tak lebih mahal daripada pangan konvensional atau pangan nonorganik.

Di Jepang, pangan organik ada sekitar 2 – 3% dari secara holistik produksi sayuran dan buah nan dipasarkan. Sementara itu, di Amerika, konsumen pangan organik meningkat hampir dua kali lipat. Demikian pula dengan Australia.

Unsur gizi dan kesehatan merupakan salah satu kegunaan nan ditawarkan produsen dalam memasarkan pangan organik. Kandungan gizi pangan organik dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan pangan konvensional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi pangan organik memang lebih tinggi daripada pangan nonorganik. Sebagai contoh, dibandingkan dengan sayur dan buah nonorganik, sayur organik mempunyai kandungan nan lebih tinggi sebanyak 27% vitamin C, 29% zat besi, dan 14% fosfor.

Hasil penelitian nan dilakukan di Australia menunjukkan bahwa sayur dan buah organik nan biasa dijual di supermarket mempunyai kandungan mineral 10 kali lebih tinggi daripada pangan konvensional sejenis. Sementara itu, hasil penelitian nan dilakukan di Amerika juga menunjukkan bahwa kandungan mineral sayuran buncis, kol, selada, dan bayam organik memiliki kandungan mineral lebih tinggi daripada sayuran konvensional sejenis.



Keamanan Sayur dan Buah Organik

Pengertian sayuran nan sehat juga dapat tercermin dari keamanan sayur dan buah organik ini. Selain unggul dari sisi nutrisi juga cita rasa, bahan pangan organik juga bebas bahan kimia berbagahay. Kadar senyawa berbahaya, seperti nitrat, oksalat, dan asam amino bebas, pada produk pangan organik lebih rendahsehingga baik buat kesehatan.

Residu pestisida produk makanan organik sanagt rendah dibandingkan dengan produk pangan nonorganik. Pestisida digunakan buat memberantas hama pengganggu tanaman sehingga bahan standar pembuatan pestisida ialah bahan beracun seperti timbal, antimon, arsen, merkuri, selenium, thalium, zing dan florida. Bahan ini akan berdampak negatif jika tak digunakan dan dikelola dengan bijaksana.

Secara langsung maupun tak langsung, sisa pestisida nan tinggi dalam bahan pangan, khususnya sayur dan buah nonorganik, bisa berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Begitu juga dengan polusi nan disebabkan oleh pestisida, baik di udara, air, dan di huma pertanian.

Daya kerja racun dari pestisida sangat beragam, antara lain bisa memengaruhi saraf nan mengakibatkan terganggunya saraf otak, sistem enzim nan mengganggu metabolisme, dan bisa langsung mematikan. Sisa pada makanan seperti sayur dan buah dampak penggunaan pestisida nan tak terkontrol merupakan bahaya langsung terhadap manusia.

Tanpa kita sadari, zat tersebut akan tertimbun monoton di dalam tubuh kita. Kontroversi nan paling keras ialah adanya kemungkinan pestisida, khususnya pestisida insiktisida organoklorin, sebagai penyebab tumor atau kanker pada manusia.