Tiga Pilar Ajaran Konfusius

Tiga Pilar Ajaran Konfusius

Ketika kemajuan suatu bangsa melebihi bangsa-bangsa lain nan ada di dunia, maka bangsa itu akan menjadi sasaran nan wajib dipelajari. Begitupun dengan bangsa China. Bangsa satu ini telah menjadi satu bangsa nan mempunyai kebudayaan nan sangat tinggi sejak ribuan tahun nan silam. Jejak-jejak peradaban China tentu saja mempengaruhi apa nan terjadi pada China pada saat ini. Tidak mengherankan kalau banyak bangsa lain nan berusaha mengetahui apa nan menyebabkan kebudayaan China begitu maju. Dari siapa saja orang-orang China dahulu mengetahui banyak ilmu dan pemahaman tentang kehidupan?



China dan Peradabannya

China mempunyai banyak pakar filsuf nan sangat mempengaruhi peradaban dan kebudayaannya. Salah satu filsuf nan cukup disegani ialah Konfusius nan hayati pada 551 atau 552-479 SM. Keberadaan seorang filsuf nan dianggap sebagai seorang guru merupakan satu karakteristik masyarakat nan telah berpikir maju. Masyarakat nan mempercayai apa nan dikatakan oleh seseorang nan dianggap sangat bijaksana pada zamannya itu akan sangat mempengaruhi jalan pikiran masyarakat dalam era kehidupan filsuf itu sendiri atau bahkan jauh dalam lagi pengaruh ajarannya hingga menembus abad, seperti nan terjadi pada seorang Konfusius. Ajaran sang filsuf bahkan disamakan dengan sebuah agama nan harus dituruti.

Bagaimanakah seorang filsuf mampu mempengaruhi nan terkenal dengan majemuk peninggalan menakjubkan dengan kejayaan nan mungkin tidak dapat ditandingi kebudayaan dari negara mana pun di dunia. Tampaknya, China memang ditakdirkan sebagai negara sumber pelajaran hayati nan penuh misteri. Kekaguman atas budaya nan sudah sangat tua ini membuat orang berbondong-bondong pergi ke China buat melihat secara langsung bukti peninggalan budaya tersebut.

Kebudayaan nan luar biasa itu tidak hanya berupa bangunan dan gaya hidup. Cara berkomunikasi dengan manusia lainnya dan cara menghargai bumi, juga termasuk dalam ajaran nan diberikan oleh sang filsuf. Bagaimana Konfusius menggambarkan suatu pelajaran bagai sesuatu nan maya bila tidak diamalkan. "Aku melihat, saya tahu. Aku mendengar, saya mengerti. Aku melakukan, saya paham." Perkataan seseorang nan tak hayati di zaman modern itu sangat abadi. Tidak heran hingga saat inipun semua ajaran sang filsuf masih saja mempengaruhi perkembangan peradaban dan kebudayaan China .

Tembok Raksasa, Kota Larangan, lebih dari 20 kota modern, tata letak kota, kemajuan bisnis, pertumbuhan ekonomi nan mencengangkan walaupun pendapatan per kapita penduduknya masih di bawah Singapura, dan manuver-manuver politik presidennya, semakin membuat banyak orang penasaran. Sesungguhnya apa nan membuat bangsa China seolah sangat tahu apa nan harus dilakukan dalam menahlukkan semua orang dan bangsa nan berusaha bersaing dengan mereka.

Selain berusaha menjadi nan terbaik dan hanya melakukan nan terbaik. Bangsa China terkenal dengan ketekunan dan kesabarannya dalam menahlukkan emosi dirinya sendiri. Begitu banyak digambarkan bagaimana seorang pendekar nan mengambil dan menggunakan emosi lawannya sebagai senjata buat melawan lawannya itu. Pengendalian emosi ini sangat terlihat ketika para pendekar dengan hati dan jiwa nan tenang, menghadapi agresi seekor kobra nan sangat ganas. Penggambaran ini terlihat dalam salah satu adegan film Karate Kid. Itulah negeri China nan sempat membuat berbagai rahasia dan nan kini berusaha membuka diri kepada satu peradaban dunia.

Bangsa ini telah dengan berhasil memberikan bukti bahwa apa nan menjadi pegangan hidupnya itu memang ampuh. Keberadaan rel kereta barah nan membelah negera Amerika Serikat, nan membentang dari Timur ke Barat itu, diakui oleh bangsa Amerika sendiri bahwa rel kereta barah nan masuk dalam salah satu keajaiban global teknologi itu, tidak akan sukses tanpa adanya kerja keras dari para pekerja dari China nan didatangkan langsung dari China.

Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang-orang China nan merantau dan berusaha mencari penghidupan di negeri khatulistiwa ini. Mereka dengan penuh ketekunan walaupun tak mengenal siapapun berusaha keras buat membuktikan bahwa mereka mampu bertahan dan bahkan membangun kekaisaran ekonomi nan tangguh. Hingga saat inipun dari 10 orang terkaya di Indonesia, sebagian besar merupakan orang-orang keturunan China. Jangan-jangan kaum menengah ke atas nan ada di Indonesia ini, sebagian besar ialah orang keturunan China.

Ini ialah satu kehebatan dari satu keyakinan. Ketika hayati ini dipenuhi dengan keyakinan dan kerja keras, maka keberhasilan itu menjadi sesuatu nan akan mengejar dan tidak perlu dikejar lagi. Inilah nan diyakini oleh orang-orang China dan keturunannya. Mereka rela tak menjadi pegawai negeri dan lebih konfiden merambah global bisnis dengan segala resikonya. Mereka sahih dan mereka dapat menikmati keberhasilannya. Hanya saja orang lain menjadi iri kepada mereka. Iri dan cemburu dari orang-orang nan tidak mampu melakukan hal nan sama.



K'ung-tzu atau Kongzi

Konfusius atau K'ung-tzu atau Kongzi merupakan filsuf nan tak hanya terkenal dan cukup berpengaruh di China, tetapi di seluruh dunia. Hebatnya lagi, ajarannya hingga sekarang tetap saja dipelajari dan dianut oleh banyak orang sehingga ajarannya disebut Konfusianisme. Ajaran Konfusius ini dianggap sebagai salah satu ajaran nan masih sinkron dengan zaman manapun. Hal ini sebab ajarannya menyangkut hayati dan kehidupan manusia.

Konfusius mengajarkan bagaimana cara hayati dengan menghargai alam dan manusia. Konfusius mengajarkan buat menjadi patuh. Namun, kepatuhan itu sendiri tidaklah buta. Kepatuhan nan masih dalam koridor kemandirian. Oleh sebab itu, setiap orang harus belajar. Belajar itu tak hanya dengan mendengar, tetapi harus melakukan. " I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand ."

Konfusius melarang muridnya buat risi tentang kehidupan setelah mati. Beliau malah menganjurkan murid-muridnya buat hayati dalam harmonisasi nan sebenarnya. Misalnya, setiap orang harus menghargai, membantu, dan menghormati orang lain dengan cara melayani kebutuhan orang lain, mengajarkan ilmu nan dimiliki, atau sekadar menjadi anak nan baik bagi orangtua dan menjalankan tugas sebagai anggota masyarakat dengan baik pula.

Adalah sesuatu nan sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama teman sambil bermain musik, berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, dan membantu orang lain menyelesaikan tugas-tugasnya. Itulah nan selalu diajarkan oleh Konfusius nan tak hanya seorang filsuf, tetapi seorang guru nan sangat dihormati.

Ajaran nan membuat harmoni hayati lebih terasa inilah nan membuat semakin banyak orang nan belajar dari apa nan telah diberikan oleh sang filsuf. Entah dari mana sang filsuf mendapatkan pengetahuannya nan luar biasa itu. Mungkin saja ia memang dianugerahi ketajaman batin dan kemurnian jiwa nan membuatnya mampu melihat nan tak dilihat oleh orang lain dan mampu memahami nan tidak mampu dirasakan oleh orang lain.

Kedekatan dengan alam dan kedekatan dengan sang pencipta mampu membuat satu ajaran nan sangat membumi. Tidak semua orang mampu melakukan hal seperti ini. Tidak mengherankan kalau Konfusius menjadi salah satu guru nan sangat disegani. Guru nan memberikan inspirasi kepada semua orang dari berbagai negara dan berbagai ras dari era kehidupan nan berbeda.



Tiga Pilar Ajaran Konfusius

Konfusius menekankan tiga pilar ajaran nan harus dilakukan oleh para muridnya. Ketiga pilar tersebut ialah ritual, pendidikan, dan keluarga. Ritual termasuk upacara-upacara menghormati para leluhur sebab tidak akan ada kekinian tanpa masa lampau, upacara kematian, cara-cara berpakaian, makan nan baik, hingga memperlakukan tamu dengan hormat. Konfusius berpendapat bahwa kebaikan nan dilakukan oleh seseorang itu akan berdampak pada orang itu sendiri.

Tiada satu kebaikan nan tak memberikan kebaikan. Jadi, kalau ingin mendapatkan akhir nan baik, harus terus berusaha menjadi baik kepada siapa pun dan apapun. Kebaikan nan diberikan kepada hewan nan menjijikan sekalipun suatu saat akan berbuah satu kebaikan nan tidak pernah disangka-sangka. Menjadi baik dan tetaplah baik hingga ajal menjemput.

Dalam pendidikan, Konfusius mengajarkan buat selalu berpikir dengan matang sebelum melakukan sesuatu. Sementara itu, keluarga merupakan loka pertama buat belajar bagaimana saling menghormati dan menghargai. Ajaran Konfusius nan begitu luas dan melingkupi seluruh tata kehidupan itulah nan membuatnya masih memainkan peran nan sangat krusial hingga kini dalam kehidupan rakyat China.

Tidak mengherankan kalau kini ada satu undang-undang spesifik buat melindungi orangtua. Undang-undang itu memungkinkan orangtua mengadukan anaknya nan menelantarkannya. Itulah kebudayaan China nan merasa tidak akan dapat maju tanpa menghargai dan menghormati apa nan telah dilakukan oleh para leluhurnya.