Penerapan Sistem Irigasi di Wilayah Indonesia

Penerapan Sistem Irigasi di Wilayah Indonesia

Sebagai masyarakat nan hayati di negara nan disebut dengan negara agraris, tentunya kita masyarakat Indonesia ini mengetahui apa nan disebut dengan irigasi . Irigasi merupakan upaya nan dapat kita lakukan buat mengairi huma pertanian nan biasanya digunakan buat huma pesawahan.

Saat ini, banyak sistem perairan nan digunakan dalam rangka buat mengairi huma pesawahan atau huma pertanian ini dengan sistem nan lebih modern. Sistem pengairan memang sudah dilakukan oleh masyarakat dari zaman dahulu. Sistem pengairan pada zaman dahulu dilakukan dengan cara memanfaatkan genre air dari sungai. Namun, hingga saat ini sistem perairan secara tradisional seperti menyiram dengan air nan di bawa ke tanaman pun masih sering dilakukan.

Di negara Indonesia, sistem pengairan pada tanaman pun sudah dilakukan sejak nenek moyang kita sendiri. Sistem pengairan tersebut menggunakan metode tradisional dengan cara membendung sungai kemudian mengalirkannya ke pesawahan nan memerlukan pengairan. Sistem irigasi tradisional lainnya di akukan dengan cara mencari sumber air pegunungan nan dialirkan melalui bambu dan disambungkan ke pesawahan.

Pada zaman Hindia Belanda, sistem perairan dilakukan dengan melaksanakan tanam paksa terhadap rakyat Indonesia nan terjadi 1830. Pemerintahan Hindia Belanda dalam tanam paksa tersebut mengupayakan pengairan buat pesawahan dan mengeksploitasi tanah jajahannya.

Sistem perairan nan dipakai pada zaman Hindia Belanda ini sebelumnya memang telah mengenal tentang saluran primer, sekunder, atau tersier. Tetapi, sumber perairan ini belum memakai sistem bendunagn seperti waduk pada sistem perairan nan dipakai negara Amerika Perkumpulan .

Air dalam sistem perairan oleh pemerintahan Hindia Belanda ini disusun menjadi sistem perairan terpadu. Dalam kebijakan pemerintah Hindia Belanda tersebut, para petani nan notabenenya ialah rakyat Indonesia diwajibkan buat membayar uang iuran sewa sebagai pembayaran atas pemakaian air buat perkebunan dan pesawahan.

Selanjutnya, pada 1933 di Amerika, dibangun waduk serba guna nan dikenal dengan sebutan TVA yaitu Tennessee Valley Authority. Proyek TVA ini diprakarsai oleh Franklin D. Roosevelt nan tak lain ialah Presiden Amerika Perkumpulan pada saat itu.

Pembangunan sistem perairan TVA ini menuai isu mengenai produksi tenaga listrik, banjir, pencegahan kesehatan, dan penanganan akan alam seperti erosi, reboisasi, nan dilakukan hampir sama dengan model TVA tersebut.

Kemudian di Indonesia pun dibangun sistem perairan nan mirip TVA di Amerika Perkumpulan tersebut nan dikenal saat ini, Waduk Jatiluhur .
Letak dari proyek Waduk Jatiluhur ini berada di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Nama dari waduk ini adalah Waduk Ir. H. Juanda dengan luas 8.300 ha. Bendungan buat perairan ini mulai dibangun pada 1957 oleh kontrakktor asal Perancis. Waduk Jatiluhur ini merupakan waduk pertama nan ada di Indonesia.

Seperti nan sudah kita bahas di atas, sistem ini merupakan pengairan nan dilakukan buat memenuhi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, tujuan pengairan ini adalah sebagai pemasokan air buat memenuhi kebutuhan dalam huma pertanian dan pesawahan.



Jenis-jenis Irigasi

Berikut ini ialah jenis-jenis pengairan.



1. Irigasi Permukaan

Sistem perairan permukaan ini adalah sistem perairan nan langsung menyadapan air dari sungai. Penyadapan air ini dilakukan melalui bangunan bendung maupun bangunan pengambilan bebas nan dialirkan secara gravitasi melalui saluran nan dibuat hingga ke huma pertanian.

Pengaturan air buat perairan huma pertanian ini diatur dengan pintu air. Beberapa daerah menggunakan sistem perairan ini dan biasanya sistem perairan ini digunakan buat huma pertanian nan sangat luas sehingga tak dimungkinkan buat menggunakan sistem perairan secara manual atau tradisional.



2. Irigasi Lokal

Sistem perairan lokal ini mendistribusikan airnya dengan cara menggunakan pipa. Dalam pelaksanaannya, sistem pengairan jenis ini tetap menggunakan genre nan bersifat gravitasi. Perbedaannya ialah dari segi penyebaran nan hanya dilakukan di sekitaran lokal saja dan terbatas. Pipa-pipa dalam perairan ini disambungkan sehingga dapat mengairi huma pertanian.



3. Irigasi dengan Penyemprotan

Dalam sistem perairan ini, pengairan buat huma pertanian dilakukan dengan cara menyemprotkan air berupa kabut nan disemprotkan ke tanaman bagian atas sehingga air nan disemprotkan tersebut menetes ke bagian bawah samapai ke akar. Cara pengairan ini cukup banyak nan masih melakukannya. Selain itu, pengairan ini pun banyak dipilih oleh para petani sebab penggunaan airnya pun dapat dihemat sebab penyemprotan lebih efisien.



4. Pengairan Tradisional dengan Ember

Pengairan ini biasanya dilakukan buat huma pertanian nan tak terlalu luas. Pengairan dengan sistem ini memang tak terlalu efektif sebab memerlukan tenaga kerja nan banyak buat melakukannnya. Selain itu, tentunya air nan digunakan pun akan menjadi sangat banyak sebab ketidakmerataan dalam sistem perairan ini dalam penyiraman huma pertanian tersebut.



5. Pengairan Pompa Air

Seperti sebagaimana dengan namanya, sistem pengairan ini menggunakan pompa air sebagai sumber primer dalam pengairan huma pertaniannya. Pengairan dengan cara seperti ini biasanya terus dilakukan walaupun sedang dalam masa musim kemarau . Perairan dengan pompa air ini biasanya dilakukan jika ada sumber air nan dalam yaitu sumur sehingga bisa digunakan oleh para petani kita dengan cara mengambil airnya dengan menggunakan ember.



6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi

Sistem pengairan ini dipakai di dataran kering di Afrika dalam rangka buat mendistribusikan airnya.



Penerapan Sistem Irigasi di Wilayah Indonesia

Sistem pengairan di Indonesia nan satu ini dikenal dengan nama pengairan Pasang Surut. Sistem pengairan ini diterapkan di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sistem pengairan ini dilakukan dengan cara memanfaatkan dari air nan dari sungai nan pasang surut. Pemanfaatan perairan sungai ini dimanfaatkan ketika air sedang pasang. Pemanfaatan air pasang dari sungai ini dapat dimanfaatkan empat hingga lima waktu dalam waktu dua minggu.

Di wilayah Indonesia nan memiliki huma nan kering, air merupakan hal nan langka serta penggunaannya nan harus efisien. Berikut ialah beberapa sistem pengairan buat huma nan kering.

  1. Sistem pengairan tetes ( drip irrigation ),
  2. Sistem pengiran curah ( sprinkler irrigation ),
  3. Sistem pengairan terbuka ( open ditch irrigation ), dan
  4. Sistem pengairan bawah permukaan ( subsurface irrigation ).

Wilayah Indonesia nan banyak memproduksi kelapa sawit tentunya sangat restriksi primer dalam hal pengairan. Dengan kondisi dengan terjadinya kurang pengairan tersebut, tentunya akan memperhambat pertumbuhan dari tanaman kelapa sawit tersebut.

Dalam keadaan nan lebih parah, kekurangan air ini bisa merusak jaringan tanaman nan tak sempurna. Dalam fase generatif, kekurangan air nan dialami ini bisa menurunkan produksi tanman sehingga bisa menurunkan produktivitas dan hasil minyak dari buah menjadi sedikit.

Biasanya, dalam sistem perairan pada perkebunan kelapa sawit , para petani membuat bak buat menampung air nan bisa menampung persediaan air serta menjadi loka penampungan air dari sungai. Selanjutnya di perkebunan kelapa sawit dibuat jaringan perairan sebagai suplai air buat tanaman kelapa sawit tersebut. Dalam satu bak sebagai penampungan air dari sungai tersebut bisa digunakan seluasnya sekitar 1 ha.

Dalam penerapannya, pengairan buat tumbuhan kelapa sawit ini tergolong ke dalam sistem perairan nan membutuhkan pengairan dan membutuhkan cukup pasokan air. Ini buat membantu perkembangan pertumbuhan dari tumbuhan tersebut sehingga bisa memberikan hasil panen dari kelapa sawit tersebut menjadi lebih maksimal.

Demikianlah pembahasan mengenai sistem irigasi. Dengan pengetahuan tentang sistem perairan ini, diharapkan kita dapat membangun sistem perairan sendiri dengan cara nan dipilih masing-masing buat mengairi huma pertanian atau perkebunannya.